sayu

0 0 0
                                    

“peutti pulang~”

“haii peutti~!”

“eh, buki?” yunseong terkejut begitu sosok kesayangannya tiba-tiba ada di dalam tempat tinggalnya—rumahnya bersama bapak dan ibundanya.

yunseong mengerjapkan mata berkali-kali, memastikan bahwa ini bukan mimpinya.

“hehe. yuk masuk!! bunda udah masakin makan siang. aku tadi bantuin bunda loh!”

“kok tau aku pulang siang?”

“hehe.. dari orang dalam. udahlah, ayok masuk” buki menarik lengan yunseong di tengah bengongnya yunseong memahami kejadian ini.

“eh bentar, ini sepatu belum copot!”

.

.

.

“bunda pergi bentar ya nak, nemenin bapak ke bank sebentar”

“lah bunda.. terus bunda ga makan siang nih?” tanya buki khawatir, padahal hari ini buki bela-belain ada di rumah bunda sejak pagi untuk membantu bunda masak.

“iya, bunda nanti makan sama bapak. kalian duluan aja, kasian peutti mau masuk siang”

“sengaja ya bun?” sahut yunseong tersenyum nakal dalam diam selagi fokus menyiapkan makan siangnya tanpa menoleh ke bunda.

“mau juga kan?” jawab bunda sambil terkekeh kecil.

“yauda hati-hati ya bun,"

“yaaah.. hati-hati bunda~!” buki sejenak mengantar bunda sampai depan pintu.


sebelum sampai ke meja makan, buki menatap yunseong yang masih fokus dengan makannya. sejenak buki tahu, sebercanda-bercandanya yunseong saat bercengkrama, yunseong tidak pernah se-abai ini. tatapannya cukup sayu bagi buki, sempat terbesit kekhawatiran di hati buki—sebenarnya, sih, sejak awal yunseong datang. buki mencoba tenang dan tidak terbawa suasana. sebelum duduk di kursi makan tepat di depan yunseong,

“peutti mau diambilin minum ga?"

“boleh”

buki menuju rak piring, mengambil mug kesayangan yunseong—iya, mug yang pernah buki belikan untuk yunseong sebagai hadiah. bukan karena ulang tahun, kelulusan, atau prestasinya. hanya hadiah, mungkin lebih tepatnya, mug atas rasa syukur buki dipertemukan dengan pria seteduh yunseong.

“hangat, kan?”

alih-alih menjawab, yunseong malah menatap buki yang baru saja menaruh mug nya di meja. buki menangkap tatapan itu, dan tidak tahu harus bagaimana, selagi merasa nyeri melihat tatapan yunseong.

“kamu tau banget aku suka pakai mug ini. and bingo, warm water. thanks” jawab yunseong setelah beberapa sekon, dengan suara lirihnya.

“peutti?”

“hm?” yunseong mengedipkan matanya perlahan satu kali sambil menanggapi buki.

“peutti butuh sesuatu, gak?”

tatapan sayu itu masih belum lepas dari mata buki. yunseong paham air wajah yang sedang buki tampakkan—khawatir. iya, buki sangat khawatir.

DIARY; You Are Me, I Am YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang