Hiraeth — "deep longing for something"
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Buki mengeratkan syal di lehernya selagi membawa kopernya. dia mengikuti arus orang-orang yang juga mencari jalan keluar dari stasiun itu. dari kejauhan dia lihat yunseongnya yang sudah di depan pintu keluar menanti dirinya. buki menunggu momen mata yunsong menemukan buki yang sedang berjalan pelan. kala mata mereka bertemu, keduanya menyimpulkan senyum. buki berjalan lebih cepat dan yunseong merentangkan tangannya.
buk
suara yang cukup keras untuk seseorang menabrakkan dirinya di dada orang lain. yunseong memeluk erat buki yang sudah mendarat dalam pelukannya. usai pelukan singkatnya, yunseong membetulkan syal yang dipakai buki.
“di jalan aman?”
“eum! aman. kamu baik-baik aja?”
“even better after seeing you. yuk?”
tangan kanan yunseong merangkul buki dan tangan kirinya membawakan koper buki. sampai duduk di bangku bis, belum ada satu kata lagi yang keluar dari mulut mereka. bus kini membawa mereka ke halte bus dekat kos buki.
“jadi ke sana habis naruh barang di kos?”
“jadi”
“kamu ga capek?”
buki menatap yunseong dengan senyum tipisnya “mau mengeluarkan capeknya sekalian di sana” jawabnya sambil terkekeh kecil.
yunseong hanya menjawabnya dengan senyum sambil mengangguk dalam,
“okay. aku temenin, ya?”
■■■
“oh, ini ya?” tanya seorang perempuan hampir paruh baya pada buki selagi menunjuk yunseong.
“iya, Bu.” jawab buki.
“saya yunseong, Bu”
“ah iya yunseong, saya sering dengar cerita tentang kamu dari buki,” ujar ibu itu sambil tersenyum, “terima kasih sudah jagain buki sampai sekarang. saya senang melihatnya. buki beruntung banget punya kamu”
“eh, enggga Bu. saya lebih bersyukur karena punya Buki”
buki yang mendengar percakapan semi-formal itu memutar matanya. Ibu konselor dan buki berbagi tawa kecilnya.
“terima kasih Bu sudah merawat buki sampai sekarang”
“terima kasih, Bu” ucap buki sambil berpamitan untuk pulang.
“iya, selamat berakhir pekan dan istirahat ya kalian”
■■■
yunseong membukakan botol minum berisi yogurt dan memberikannya kepada buki. saat ini mereka sedang ada di salah satu cafe sambil menunggu gerimis mereda agar mereka bisa pulang.
“makasih”
“gimana tadi?”
buki meneguk sekali minumannya “too much.. sampai gatau mana yang harus aku ceritain ke kamu”
“it's okay. ga harus diceritakan semua”
“kamu pasti denger aku nangis keras banget ya..?” tanya buki dengan suara kecil dan perlahan menunduk.
“untuk ukuran dengan suara hujan deras tadi.. iya. aku masih dengar nangismu”
kala itu waktu seakan berhenti dan tidak ada yang menanggapi hal tersebut lebih jauh.
“tapi itu kabar baik buat aku. aku malah takut kamu gabisa mengutarakan emosimu. sejujurnya aku khawatir, karena saat di rumah kamu bilang gaada waktu untuk me time?” lanjut yunseong.
“euheum” buki meng-iya-kan
yunseong mengangguk paham. dia juga meneguk minumnya sesekali.“sebenernya pas kamu nanya di chat waktu itu.. aku bohong kalau aku sehat-sehat aja. sebenernya aku lagi sakit. aku ga tau kalau efeknya sampai ke fisik begini”
“oh? sakit apa?”
“biasa... sakit perut. sampai demam. jadi seminggu itu aku menenangkan diri tapi belum berkesempatan nangis sih. jadi ya.. aku hanya menyendiri di kamar habis minum obat..”
yunseong memutar matanya ke kanan dan kiri.
“well actually...” yunseong menaruh minumannya, “hari itu aku mimpi kamu ada di keramaian dan sedang bercengkrama dengan orang-orang”
yunseong menghela napas pelan. buki bertanya-tanya apa maksud yunseong menceritakan hal itu.“terus kamu pergi dari keramaian itu. aku gatau kamu ke mana. kamu hilang gitu aja. pas aku cari, kamu lagi ada di ruangan gelap...
...kamu nangis di sana....
...sendirian” lanjut yunseong.
buki yang bahkan sejak tadi sudah membelalakkan matanya, kian melebarkan lagi matanya. bola matanya tak bergerak sama sekali. mata buki mulai berkaca-kaca. buki bermaksud menyimpan kembali air matanya, namun belum berhasil. yunseong mengambil sehelai tisu dan mengusapnya di pipi buki.
“that's why i asked you, ternyata feelingku benar,” ucap yunseong pelan sambil menatap buki penuh kekhawatiran. tangannya belum bergerak dari pipi buki, “kamu pasti capek dengan situasi itu, ya?”
“ooh.. yunseong.. maaf”
“it's okay, buki”
hari itu, entah kenapa, seberapa keraspun mereka ingin saling menghibur, tak ada jalan lain. hanya sedih yang dapat mereka rasakan saat ini. semesta mungkin sedang meyakinkan mereka berdua, bahwa...
tidak apa jika hari ini adalah hari yang penuh duka.
tidak apa jika hari ini hanya ada hening yang menemani mereka.
tidak apa jika hari ini tidak berjalan seindah bayangan mereka.
semesta ingin mereka, sekali lagi, menikmati masa duka.
.
.
setidaknya, mereka tidak sendiri. dalam duka yang dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY; You Are Me, I Am You
General Fiction◇Half socmed au, half writings au. ◇Slice of life. Wonder how it feels to be Buki who have Hwang "Peutti" Yunseong as her pillar of emotion and her diary. They have always been so grateful to have each other to depend on in every ups and downs. ●●...