eunoia

0 0 0
                                    

"Beautiful thinking"

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

angin kecil yang menghempaskan sedikit poni yunseong kali ini membuatnya tersenyum lega. keadaan ini selalu bagian dari bahagianya, pemandangan dari dataran tinggi dengan diteduhkan kanopi dari tenda di belakangnya, dan tentunya, dengan seorang yang dia sayangi di sebelahnya. senyumnya perlahan memudar kala matanya menemukan buki dengan tatapan kosong.

“sudah selesai menyulamnya?”

helaan napas buki sebagai jawabannya membawa yunseong mendekati buki. matanya ia usahakan agar sejajar dengan lamunan buki. mengetahui mata buki yang tampak rapuh bagai kaca, yunseong duduk di sebelah buki dan membawa kepala buki pada pundaknya.

yunseong memberikan waktu beberapa detik, mempersilakan angin mengisi keheningan yang penuh makna tersirat. buki perlahan menyisihkan peralatan menyulamnya. tangan yunseong—yang mungkin—memiliki mata, membantu buki merapikan alat sulamnya.

“is it hard, buki?”

“not that hard. it's just...”

badan buki yang membungkuk tak berdaya, semakin meringkuk hingga buki duduk dengan memeluk lutut. angin yang dengan iseng menerbangkan beberapa helai rambutnya kini ditenangkan dengan tangan yunseong. usapan pelannya membawa buki menatap yunseong dalam.

“tiba-tiba aku takut ngeliat peralatan ini,”

“kenapa?” suara lembut yunseong tampaknya menusuk mata buki terlalu dalam—meski bukan itu tugasnya.

buki mencoba menelan tangisnya, entah bagaimana caranya—pokoknya air mataku tidak akan meninggalkan bola mataku.

“aku melihatnya seperti yunseong. rasanya sedih, karena aku tau dia akan menenangkan hati buki. ini hobiku, tapi aku sedih melihatnya,”

yunseong menghentikan usapan di rambut buki dan membawa tangannya merangkul buki. keduanya kini menatap jauh ke depan, pada cemara yang berdansa mengikuti angin, dengan semak-semak rindang yang saling bertumbuk sambil dikelilingi ribuan kupu-kupu putih kecil. kini, angin mencoba melemah, membiarkan dua pasang mata itu fokus melihat pemandangan yang ada.

“emang sekarang buki juga sedih kalau liat atau lagi sama peutti?”

“it's not sad but kinda.. fear of.. i don't know. i just feel too attached and rely on to you and it scares me—

—that i can't live alone,”

“eh? kenapa buki harus hidup sendiri?” mata yunseong yang sedikit khawatir memastikan mimik wajah buki. meskipun pada akhirnya tidak ada deskripsi yang tepat untuk buki—tatapannya hanya kosong.

“buki pengennya jadi wanita yang mandiri gitu, peutti,”

kepala yunseong mengalihkan pandangannya lebih ke atas, berharap langit biru yang cukup cerah bisa menjawab beribu pertanyaan di kepalanya. setiap orang tentu pernah mempertanyakan alasan eksistensi di hidupnya, dan rasanya detik ini pertanyaan itu menjadi dominan di kepalanya. agak arogan untuk menyinggung betapa banyak hal yang telah yunseong lakukan untuk kesayangannya. yunseong sebenarnya juga tahu betul bahwa buki sadar tentang itu, tapi mengapa keinginan buki begitu membuatnya bertanya—apakah kehadiranku tidak cukup untuk memenuhi hatinya?

“hm, begitu,”

buki kini bergantian mengecek mimik wajah yunseong. entah apa yang buki harap, tapi buki merasa dia perlu melakukan ini.

“tapi kalau saat ini, buki bukan sedih karena peutti. buki cuma merasa akhir-akhir ini—”

“buki,” sela yunseong, belum mengalihkan tatapannya pada langit biru itu,

“buki boleh, dan bisa kok jadi wanita mandiri”

“hm?” buki membelalakkan matanya, sedikit terkejut dengan selaan yunseong di tengah kalimatnya.

“tapi buat jadi wanita yang mandiri, buki butuh orang yang bisa membantu, at least orang itu bisa membimbing kamu..” yunseong membalas tatapan buki,

“biar buki bisa benar-benar mandiri nantinya”

tatapan buki melenceng entah ke mana. pandangan mata buki akhirnya memilih untuk menatap ke tanah kering di depannya, sambil berharap ada satu rumput yang mendukungnya agar tidak salah tingkah.

“ooh, gitu, ya?”

yunseong menepuk pelan punggung buki sambil tersenyum ringan, lalu bergegas pergi ke mini kitchen set di ujung tenda. tangannya tiba-tiba sibuk membuka wadah-wadah bekal mereka. suara plastik yang terbuka membawa tatapan buki pada kesibukan yunseong.

“jam makan siang, buki~~ yuk siap-siap~!”

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Greek (n) a pure and well balanced mind. a good spirit.

DIARY; You Are Me, I Am YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang