peutti 💙⚘

0 0 0
                                    


buki's pov

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

“hape mana hape?” aku mengecek sekali lagi barang-barang di tas. sepele, sih. cuma ponsel, dompet, dan masker. lagipula nanti di rumah peutti kita cuma ngobrol biasa.

setelah tas kupastikan tertutup dengan baik, aku memangkunya di pahaku, lalu menyenderkan punggungku di senderan halte bus ini. selagi menghirup udara bersih, aku memejamkan mata sejenak, membiarkan energi pagi memasuki jiwaku. otot dadaku secara otomatis dan perlahan membuang udara yang berisi kecemasan tak bermakna akhir-akhir ini.

begitu mataku terbuka, aku merasa ada seseorang di ujung mataku menatapku penasaran.

“buki, kan?”

“eh? kak hyeop?” badanku otomatis menegakkan punggungnya dan menyampingkan arah pandang pada orang itu.

“oh bener ya haha. takut salah orang,” ujarnya sedikit tersenyum lega.

aku mengangguk pelan sambil membelalakkan mataku—syukurnya ini seseorang yang aku kenal. teman yunseong sejak sma.. atau smp ya? lupa deh. hingga sekarang pun masih saling berjodoh—mereka bekerja di kantor yang sama. aku menghela napas sekali, menenangkan badanku yang tadi cukup terkejut.

“mau ke mana, buki?”

“ke rumah yunseong, kak,"

kak iyop mengangguk paham, dan memberikan senyum penuh yakin. kak iyop—panggilan akrabnya—memang terkenal ramah dan penuh senyum. aku yakin maksud senyumnya adalah sesuatu yang membuat dia paham.

“kebaca, sih. haha,” tawa renyahnya mencairkan senyum tegangku—terbaca juga oleh orang itu kalau aku masih terbawa rasa terkejutku.

“hehe iya ya? kalau kakak sendiri mau ke mana?”

pertanyaanku justru menjadi penyambut datangnya bus. kepala kami serentak melihat bunyi kendaraan yang semakin mendekat. kak iyop mempersilakan aku naik duluan.
dan boom! ternyata busnya penuh banget. keadaan yang cukup langka, tapi tidak heran untuk waktu weekend kali ini.

aku mengambil tempat agak ke belakang sambil mencari pegangan—ya, terpaksa aku harus berdiri. kak iyop juga akhirnya mengambil tempat di sebelahku.

“tumben ya,” bisik kak iyop.

aku menyetujui dengan anggukan yang untungnya kak iyop lihat sehingga aku tak perlu mengeluarkan suaraku. sebenarnya, aku sedikit kurang nyaman dengan keadaan ramai di bus seperti ini—kalau sendiri. syukurnya ada kak iyop di sini, setidaknya aku tidak terlihat seperti anak hilang?

“oiya tadi kamu nanya aku mau ke mana ya? aku mau ke kantor,” ucap kak iyop, berbicara dengan suara pelan namun terdengar jelas di telingaku.

“oh? kantor?”

“iya, ada barang ketinggalan aja sih. sekalian nyelesaiin urusan juga mumpung bisa,”

“woah..” entah kenapa aku memilih reaksi itu.

“kenapa tuh? haha,”

DIARY; You Are Me, I Am YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang