●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●Forever is a long time, but I keep my word that I save to you.
Together we can go far, as long as you are with me.
—I still love you
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
kedua tangannya tak pernah se-tremor ini selagi membuka pintu gerbang. karena buki tahu, ada sosok yang dia tunggu di sisi lain pagar—yang juga menunggu dirinya—untuk saling bertukar peluk.
yunseong merentangkan kedua lengannya selebar mungkin, sambil melukis senyum lebarnya. kala itu juga, momen mengharukan itu diikuti oleh buki yang berlari kecil, hingga akhirnya badannya ditabrakkan dengan lembut di badan yunseong.
“peutti..!!” yunseong paham bagaimana jeratan tangan buki di badannya menandakan banyaknya emosi yang buki rasakan di pertemuan ini. salah satu tangannya membalas peluk, dengan satu tangan lainnya mengusap ubun-ubun buki pelan, lalu diikuti dagunya yang bertumpu di sana.
“iya, sayang. seneng banget,”
“seneng banget!!!”
“selamat atas pengumuman kelulusannya ya, sayang,” kedua matanya mencari sepasang manik hitam kesayangannya, tanpa melepas peluk hangat itu.
“huhu peutti... buki seneng banget, akhirnya pengumuman lulus,” kedua manik itu perlahan berkaca, yang juga menjadi teman baik senyum buki yang sangat hangat.
tidak ada yang bisa menghentikan tatapan mereka saat ini, bahkan oleh daun-daun coklat yang berguguran di tengah musim gugur ini. kedua senyum di bibir mereka begitu merekah, menjadi candu bagi satu sama lain. dalam senyum bisu itu, kekehan lembut mereka keluar tanpa sadar, hingga menjadi penutup pelukan hangat itu.
“semuanya terjadi dalam waktu singkat, ya. gak nyangka,” sahut yunseong sembari merangkul buki di sampingnya, juga menjadi pemacu perjalanan mereka sore ini.
“and the fact that my grad news tepat setelah pengumuman promosi peutti!! yaampun aku lompat kegirangan banget malam itu,” buki melompat-lompat kecil di tengah jalannya, diikuti dengan tawa renyah yunseong yang begitu menggemaskan hingga buki mengeratkan kedua tangannya di lengan yunseong.
“terlalu ajaib, ga, sih? ini semua terjadi berdekatan,”
“iya, kan! gimana bisa promosi peutti tanggal 27, terus pengumuman buki tanggal 30!”
“October is our month for sure,”
kalimat ini juga menjadi kalimat penutup—mereka telah sampai di halte bus.
.
.
.
“jadi, rencana buki next apa?”
buki menatap yunseong lumat, tanpa jawaban, tanpa arti. yunseong yang sudah sangat siap mendengar cerita lengkap masa depan buki, kini perlahan melemaskan raut wajahnya. yunseong kali ini tidak bisa membaca, apa yang akan buki jawab.
buki melempar tatapannya di sekeliling restoran. buki menggigit bibirnya, seakan tidak ingin jawabannya keluar dan terdengar oleh yunseong.
“eh tapi kalau belum ada jawabannya juga gapapa kok, peutti cuma na—”
“maaf peutti..”
yunseong menahan napasnya. menunggu buki melanjutkan maksud permohonan maaf ambigu buki.
“maaf karena buki punya rencana hidup yang tidak disangka siapapun, bahkan mungkin keluarga buki sendiri,”
buki perlahan membawa tatapan matanya pada kedua manik yunseong, meski dengan semua ketakutannya,
“buki juga belum cerita ini sama siapa-siapa,”
“o-oh.. it's okay. dan kalau belum mau cerita sama peutti juga gapa—”
“peutti, maaf..?”
kedua kalinya yunseong menahan napasnya. rasanya yunseong ingin segera jatuh ke jurang saja, kalau jawaban buki adalah sesuatu yang dia takutkan sejak awal.
“kalau boleh jujur, buki ingin sekolah lebih tinggi lagi rather than kerja. tapi ini hanya cita-cita sementara...”
“oo—oh.. that's great. aku seneng dengarnya dan aku akan dukung kamu bagaimanapun yang terjadi,”
“and actually that means...”
”...”
.
“buki belum ingin berkeluarga”
jantung yunseong tidak jadi jatuh—setidaknya itu yang sepertinya ingin situasi katakan kepada semesta.
“sayang..”
tiba-tiba yunseong jadi punya pr baru mengenai kejelasan hubungan mereka. yunseong perlahan tersenyum, mencoba mengatakan kepada buki yang mulai menunjukkan raut wajah yang cemas—bahwa tidak ada paksaan atau tuntutan apapun dari yunseong.
“sayang. denger ya,”
seperti biasa, metode yang selalu sama bagi yunseong untuk menyampaikan pernyataan dari hati ke hati. kedua tangannya menggenggam erat tangan buki.
“aku gamau jadi tekanan dan tuntutan buat kamu. aku tidak minta untuk kita terburu-buru, pada semua hal, apapun itu. aku cuma mau kamu nyaman. sepertinya aku juga belum menyampaikan juga; tentang kita, aku tidak punya target apapun, loh, sayang. aku cuma mau kita bareng-bareng terus,”
kedua pasang pundak itu menjadi lemas, seakan segala hal menegangkan yang mereka buat kini mereda.
“dan aku dengan harap sangat, aku mohon, percayalah, aku akan selalu di sini sama kamu,”
.
.
.
“meskipun ini udah jauh banget, tapi buki pengen bilang ini lagi,”
“apa tuh, sayang?”
“kesayangan buki, hwang peutti yunseong, happy birthday!”
“ah iya.. kita cuma bilang di telpon kemarin,”
“hehehe, iya!!”
“happy birthday juga buki sayang!”
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
I'll keep you safe until you find what you looking for
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY; You Are Me, I Am You
Genel Kurgu◇Half socmed au, half writings au. ◇Slice of life. Wonder how it feels to be Buki who have Hwang "Peutti" Yunseong as her pillar of emotion and her diary. They have always been so grateful to have each other to depend on in every ups and downs. ●●...