kungfu

4.7K 238 2
                                    

"Nggak papa, itu wajar, yang aneh itu kamu, Har. Dari dulu kayaknya kamu belum pernah jatuh cinta" _Ummah

----------------

Bel pergantian pelajaran an berbunyi. Gus Azhar berjalan memasuki ruang kelas IPA A putra. Karena jam kedua kelas itu memang pelajaran nahwu yang diajarkan oleh Azhar. Azhar hanya mengajar nahwu dan fiqih kelas 12 IPA putra saja.

Azhar yang hanya mengajar kelas putra sangat minim pertemuannya dengan santri putri. Bahkan santri putri tidak tau bagaimana wajah Gus mereka. Mereka hanya tau nama tanpa tau orang nya.

Muhammad Azhar Al-Asyrof, namanya sudah sangat masyur di kalangan santri putri maupun putra. Semua santri dibuat kagum dengan gus Azhar yang terkenal dengan ketampanan, kelihaian, kecerdasan, kealiman, ketegasan, kedisiplinan dan semua hal baik yang melekat dalam dirinya. Yang padahal mereka hanya tau dari cerita tanpa bisa memastikan nya, tapi mereka yakin kalau itu benar.

Semua murid kelas IPA A putra langsung tersiam begitu Gus Azhar masuk.

"Assalamu'alaikum! " Gus Azhar mengucap salam begitu masuk kelas. Semua menjawab serempak dengan semangat "Memangnya sarapan pagi ini berbeda? Kenapa kalian sangat bersemangat? " Inilah Azhar, sering berbeda dengan guru lainnya. Kalau guru lain menyuruh agar bersemangat, Azhar justru bertanya kenapa bersemangat. Bagaimana tidak bersemangat kalau dibalik ketegasannya, Gus Azhar adalah sosok yang santai. Di setiap pertemuan, gus Azhar selalu membawakan hal baru yang membuat mereka semakin bersemangat.

Azhar sudah tau rasanya mendapat dosen yang sungguh tidak mengenakkan, jadinya Azhar berusaha mengerti keadaan santri agar tidak tertekan tetapi tetap memahami materi.

Pelajaran dimulai dengan santai ditambah beberapa candaan, sehingga kebiasaan santri  yang sering membuat pulau di kelas itu tidak pernah terjadi.

----------------

"Minum Gus" Kata neng Najwa sambil meletakkan secangkir teh di meja. Azhar yang sedang mengamalkan apa yang diajarkan temannya mengerutkan kening.

"Gus kan puasa" kata Azhar yang membuat neng Najwa salah tingkah.

"Oh iya lupa" Najwa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil sesekali menengok lapangan. Dan Azhar jadi paham.

Memang sudah sudah tiga bulan kembali ke Indonesia dan dengan sahabat nya yang berasal dari Cina. Tapi alhamdulillah, silaturahmi mereka tetap terjaga meskipun hanya lewat media sosial.

Azhar yang sudah penuh keringat karena latihan bela diri itu menghampiri adiknya. Duduk disamping nya sambil meluruskan kakinya dan beristirahat. Mereka memerhatikan lapangan utama yang dapat terlihat jelas dari lantai dua ini. Lapangan yang setiap sorenya dipenuhi santri putra yang bermain bola atau hanya menonton.

Ini adalah rutinitas mereka. Azhar selalu mengamalkan beladiri kungfu yang diajarkan temannya itu. Tidak dalam ilmunya tapi mampu membuat lima orang kewalahan.

"Milih yang mana neng?" Tanya Azhar sambil menunjuk lapangan. Neng Najwa bersekolah di sini, tepatnya kelas X IPA A. Dan tak menutup kemungkinan neng Najwa menyukai salah satu santri putra. Hey, cinta tak memandang kasta.

"Mboten, Gus" jawab Najwa merona.

"Kayaknya lelaki beruntung itu ada di lapangan ini" Azhar mengamati lapangan kembali. Dan matanya menemukan seorang lelaki yang bermain bola sedang menengok ke arah Najwa sambil tersenyum. Azhar yang paham menengok adiknya dan tak salah lagi, Najwa juga menatap lelaki itu sambil tersenyum. Benar dugaannya.

"Zina mata" Azhar menutupi mata adiknya.

"Astaghfirullah" Najwa mengusap wajahnya. Tanpa berkata masuk ke dalam.

Azhar menggeleng gelengken kepalanya, lucu sekali cinta monyet adiknya itu. Azhar kembali melihat lelaki yang tadi menengok ke arah Najwa. Azhar kenal cowok itu, Alzam. Cowok kelas XI IPA B itu sering dibicarakan karena kepintarannya tapi kadang juga karena kenakalannya. Alzam sering mendapat ta'ziran karena lompat pagar dan kabur. Tapi tidak aneh kalau Najwa menyukai nya, dia blasteran Amerika, sangat terlihat di wajahnya, dan dia seorang mualaf.

Azhar masuk ke dalam saat mendengar azan magrib berkumandang dari masjid pesantren untuk mandi dan berbuka. Azhar selalu puasa dawud sebagai amalan tirakatnya. Sudah lima tahun amalan ini dia lakukan.

"Mah, neng Najwa lagi jatuh cinta" ucap Azhar tiba-tiba ketika mereka selesai berbuka. Ralat, yang berbuka hanya dirinya dan abah.

"Bohong, mah. Mas Azhar kan memang suka bercanda" neng Najwa gelagapan dengan wajah merona. Kadang Najwa memanggil Azhar dengan gus kadang juga mas, atau marahnya kadang memanggil Azhar dengan Aa. Begitu juga Azhar kadang memanggil saudara nya dengan sebutan neng, kadang juga dek dan mbak.

"Nggak papa, itu wajar. Yang aneh itu kamu, Har. Dari dulu kayaknya kamu belum pernah jatuh cinta" Ummah justru menjawab tidak seperti yang diperkirakan. Najwa memeletkan lidahnya untuk mengejek Azhar secara sembunyi-sembunyi. Kalau Ummah abah tau bisa didukani karena itu saru.

"Azhar masih normal, Mah" jawab Azhar dengan wajah masam. Semua tertawa, tidak keras karena sesungguhnya Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.

"Lha iya, tapi kamu kog yha bergelut sama beladiri mu terus" Abah ikut nimbrung, bukan rahasia lagi kalau Azhar bisa beladiri kungfu. Beladiri yang masih awam di Indonesia.

"Gimana kalau santri juga diajari kungfu? " Ide itu terlontar dari neng Nela yang baru selesai makan. Neng Nela ini memang sangat lama kalau makan.  Mungkin neng Nela menghitung kunyahannya. 😅

"Kulo dereng sepinter niku. Dereng saget dados guru" jika gus Azhar sudah berbicara memakai bahasa Jawa sepenuhnya, artinya dia serius dan tidak mau dibantah. Mereka semua mengangguk memahami.

Santri memang diajari beladiri turun temurun, bahkan beberapa dari mereka ada yang memenangkan perlombaan. Tapi kalau kungfu kayaknya mereka masih asing. Karena dulu saat Azhar belajar kungfu juga merasa kesulitan. Dan sekarang meskipun mahir kungfu, Azhar tetap berlatih beladiri bersama santri yang lain di tingkat sabuk hitam.

----------------

mboten gus: tidak gus.
ta'ziran: hukuman.
mualaf: baru masuk islam.
saru: disini diartikan sebagai tidak sopan.
kulo dereng sepinter niku: saya belum sepandai itu.
dereng saget dados guru: belum bisa menjadi guru.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Ig: zuhana_ndfh

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang