extra part

7K 267 5
                                    

"Syahida, mriki. Anggo berangkat" Vani dengan setelan gamis panjang berwarna hitam dengan motif bunga berwarna mocca dan peach itu ke arah anak kecil yang duduk anteng di pangkuan abahnya menggunakan gamis dengan model dan motif sama persis dengan nya. Hanya ukuran nya yang lebih kecil.

"Ummah, nanti disana Ida boleh maem es klim mboten?" Tanya Syahida pada ummahnya yang sekarang terlihat sangat cantik. Vani, ya gadis lucu dengan gamis bermotif bunga mocca dan peach itu adalah anak Vani dengan Gus Azhar tentunya. Meicyla Syahida Al-Asyrof.

Syahida lahir beberapa bulan setelah Vani lulus Aliyah. Dan kini berusia dua tahun, bicara nya masih kadang salah kalau mengucapkan kata yang agak asing atau menurut nya susah.

"Tapi nggak boleh terlalu banyak loh, sayang" Vani memperingati anaknya.

"Kenapa, mah?" tanya Syahida bingung.

"Karena isyrof itu makruh, sayang. Semua itu nggak boleh berlebihan" Vani mengelus kepala anaknya yang dilapisi jilbab. Syahida mengangguk patuh.

"Nggo, mas" Vani bersidekap karena melihat suaminya yang malah diam di tempat nya dan senyum senyum sendiri. Padahal acara nya sudah dimulai.

"Mas Azhar anggo. Sudah telat ini" Vani melihat ke arah jam tangan nya. Gus Azhar masih diam.

"Mas Azhar ih. Nyebelin" Vani memberengut kesal. Gus Azhar justru tertawa.

"Ida, bilangin nih sama abah. Ummah kesel" Vani menjauh dari tempat tidur yang diduduki Gus Azhar.

"Abah, abah. Kata Ummah, Ummah kesel sama abah" ucap Syahida polos.

"Ummah kesel ya?" Syahida mengangguk menanggapi pertanyaan abahnya.

"Ya udah, yuk disamperin" ajak Azhar menuntun anaknya ke arah Vani yang duduk di meja rias dengan wajah cemberut.

"Jangan cemberut, tambah emesh liatnya" Gus Azhar mencubit pipi Vani yang semakin hari semakin cubby.

Sama seperti hamil Syahida dulu, kehamilan nya sekarang juga membuat Vani lebih berisi, cerewet, dan mudah kesal.

"Apa?" Tanya Vani sewot.

"Jangan cemberut gini lah. Udah cantik juga"

"Ayo ah" Vani menggandeng tangan putri kecilnya. Gus Azhar menggandeng tangan Vani.

"Ummah udah nggak kesel sama abah?" Tanya Syahida melihat Vani tidak menolak di gandeng abahnya.

"Enggak, di pending dulu kesel nya" jawab Vani sekenanya dan dengan polos nya Syahida percaya perkataan Vani.

Gus Azhar hanya tersenyum menanggapi percakapan kedua perempuan beda generasi yang menjadi keluarga kecilnya.

Mereka berjalan bersama, terlihat serasi dengan baju yang sama.

----------------


"Skenario Allah selalu lebih indah dari apa yang kita bayangkan"

----------------


Sampai disana, Vani menjumpai banyak sekali alumni Al-Asyrof. Jelas saja karena yang mengadakan acara adalah alumni Al-Asyrof.

Tanpa memedulikan pandangan orang yang memandang nya takjub, Vani langsung menuju ke panggung resepsi. Mela memanggilnya yang terlihat tak jauh dari panggung.

"Langsung naik aja yuk" Ajak Mela menghampiri Vani.

"Iya ini juga niatnya mau langsung kesana"

"Kamu makin cantik aja, Van. Tambah berisi juga" goda Mela.

"Bisa aja" Vani tersenyum.

"Kog baru dateng? Dari tadi aku nyariin loh"

"Tuh, mas Azhar. Bikin semua nya lama" Vani mengkambinghitamkan Gus Azhar.

Gus Azhar yang tiba-tiba menjadi kambing hitam hanya diam. Padahal sebenarnya yang lama ya yang barusan menyalahkan nya.

"Vani, Mela!" Seru Ata senang melihat kehadiran dua sahabat nya.

"Ata! Congratulations, Ta. Samawa ya, long last. Doaku akan selalu menyertai mu, my best friend. " Ucap Vani sambil memeluk Ata yang hari ini menjadi ratu. Mela juga mengucapkan serangkaian doa untuk sahabat nya.

"Cie yang hari ini jadi ratu sama raja. Hari ini milik kalian" Ucap Vani.

"Bahagiakan sahabat ku ya" Vani mengucapkan itu kepada lelaki di samping Ata.

Lelaki yang pernah mencintai nya dan mengisi hari hari nya dengan senyuman indah nya, walau tetap lebih indah Gus Azhar, setidaknya itu menurut Vani.

Ya, Ata menikah dengan kang Fezral. Vani juga tidak tau bagaimana kisah mereka, tapi yang jelas Vani sudah tidak merasa bersalah karena kang Fezral sudah menemukan tambatan hati nya.

"Pasti" kang Fezral mengangguk yakin.

"Skenario Allah selalu lebih indah dari apa yang kita bayangkan"

"Eh, gimana kandungan kamu, Mel?" Tanya Ata mengelus perut Mela.

"Alhamdulillah, sehat ya, mas. Kadang masih sering mual sih, tapi dah mendingan kog" Suami Mela tersenyum menanggapi ucapan istri nya. Mengelus lembut perut Mela dengan tulus.

Suami Mela bukan alumni Al-Asyrof jadi agak kikuk.

"Kamu juga lagi hamil kan, Van?" Kini pandangan mereka ke arah perut Vani yang masih rata.

"Iya, baru dua minggu usia nya, tapi berat badan udah naik aja" Vani menunduk melihat perutnya yang masih rata dan mengelus nya.

"Vani, ih. Aku aja baru nikah, masa kamu udah mau dua aja" Ata pura pura kesal. Tapi tentu sebenarnya dia senang, karena Vani terlihat bahagia dengan pernikahan yang awalnya tidak ia inginkan.

"Ata kapan nyusul nya?" Goda Mela.

Ata bersemu, merahnya sudah mengalahkan udang rebus karena suaminya juga menatap nya.

Semua tertawa melihat gadis yang beberapa saat lalu berubah status menjadi seorang istri. Vani dan Mela memang tidak datang di acara akad, karena acaranya bersifat privat hanya untuk keluarga.

"Ummah!" Syahida menarik baju Ummah nya yang masih tertawa karena tingkah sahabat nya.

"Astaghfirullah, Syahida" Vani memekik tanpa bisa ditahan melihat wajah putrinya.

Wajah Syahida terlihat sangat kotor. Ice cream memenuhi wajah imut campuran Vani dan Gus Azhar itu. Gamis bagian depan nya yang aslinya rapi pun tanpak kotor dan agak berantakan.

"Kenapa bisa begini? Ida nggak hati hati ya?" Vani berjongkok di depan anaknya yang memandang nya tanpa dosa membuat Vani tak tega untuk memarahinya.

"Abah yang jatuhin es klim nya, mah. Jangan marahin Ida" Syahida menunduk, takut dimarahi Vani.

Semua mata kini melihat ke arah Gus Azhar yang mengalihkan wajahnya ke arah lain, pura pura tidak dengar ucapan anaknya yang menyalahkan nya.

"Bener, mas?" kini Vani bertanya pada suaminya.

"Hehe, ya gitu" Gus Azhar menggaruk rambut belakang nya yang padahal tidak gatal sama sekali dengan cengengesan.

Gelak tawa kembali terdengar dari mereka saat melihat wajah Gus Azhar yang biasanya tegas menjadi konyol di depan istri nya.

Semoga tawa ini menjadi berkah dan selalu hadir di diri mereka kebahagiaan. Dan semoga lagi mereka selalu bersama sama dalam jalan Nya dengan penuh kebahagiaan tentunya.

Amin....

----------------

Karena sebuah kenangan adalah untuk pengalaman dan pembelajaran bukan pemberhentian.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ


Suka nggak sama ceritanya? Kalau suka ya Alhamdulillah... kalau nggak suka jadi berasa percuma deh🤦🙄😏

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang