lamaran

3K 174 0
                                    

"Alvania dan putra saya, Azhar" _Abah

----------------

"mah, kenapa kita dipanggil sama ndalem?" Tanya Kevin saat sudah masuk mobil, mereka langsung ke ndalem saat Kevin pulang.

"Mama juga nggak tau. Nanti juga tau sendiri, pa" Jawab Karin dan Kevin hanya mengangguk dan melajukan mobil nya.

Selang sekitar tiga puluh menit, mereka sampai di pesantren Al-Asyrof, padahal baru kemarin mereka datang kesini untuk menghadiri pernikahan neng pertama Al-Asyrof.

Kemarin mereka memang tidak bersama Vani karena anaknya itu sibuk dan hanya sempat bersalaman.

Sampai di sana mereka disambut oleh penjaga yang sedang bertugas sesuai jadwal.

"Inten seng saget kulo rewangi?" Tanya abdi ndalem itu.

Jelas saja ketiga orang yang baru datang itu kebingungan. Kan mereka tidak bisa memakai bahasa Jawa, mana krama lagi?

"Maaf kami tidak paham bahasa Jawa" Ucap Dhirga dengan cuek bahkan tanpa melihat lawan bicara nya.

"Mbak, diajak masuk aja. Itu keluarga nya Alvania" Ucap abdi ndalem yang tadi menelpon.

"Oh, mari buka silahkan" Ucap penjaga itu akhirnya dengan malu karena ketauan memperhatikan Dhirga yang tetap cuek.

"Lalu sekarang Vani mana, kang? Tanya Kevin pada abdi ndalem itu yang sebelumnya mengenalkan diri bernama Ilham.

" Tadi sudah dipanggil dan mungkin sedang bersiap. Panjenengan sedoyo saget mlebet ndalem rumiyen" Ucap kang Ilham.

"Maksudnya?" Tanya Kevin.

"Oh maaf, pak. Kalian boleh masuk ke ndalem dulu. Sudah ada Gus Azhar menunggu di dalam.

Mereka bertiga berjalan masuk ndalem dengan perasaan tidak tenang, tentu saja. Walau mereka menunjukkan wajah tenang, tapi mereka sedang khawatir bukan main, Dhirga yang biasanya cuek saja jadi khawatir.

----------------

"Vani, cepetan ih. Udah ditunggu juga" Ucap mbak Melika yang sedang jadwal bertugas kepada Vani yang sedang berjalan. Padahal Vani juga sudah buru buru.

Saat Vani keluar dia melihat keluarga nya sudah di ambang pintu ndalem.

"Mama" Panggil Vani dan segera berlari lari kecil menghampiri mereka. Dan akhirnya keluarga kecil itu masuk ke ndalem bersama.

Melihat guru nahwu nya duduk anteng di sofa ndalem, membuat nya semakin yakin kalau guru nahwu nya memang Gus Azhar.

Tapi kenapa menyamar dan tidak ada yang tau siapa dia? Ah, Vani ingat lelaki yang sedang menunggu mereka itu belum pernah menyebutkan namanya sendiri.

"Assalamu'alaikum" Sapa mereka pada Gus Azhar karena belum menyadari kedatangan mereka.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Monggo monggo pinarak" Ucap Gus Azhar dengan wajah sumringah membuat mereka yakin kalau mereka di panggil bukan karena kesalahan atau masalah yang dibuat Vani.

Meskipun tidak paham bahasa Jawa, tapi mereka paham dari gerak tangan Azhar dan mereka pun duduk dengan canggung.

"Dangu mlampah dugi mriki?" Tanya Azhar berbasa basi yang tidak dipahami mereka.

Vani yang tau kalau orang di depan nya memang Gus Azhar, menjadi lebih menghormati dan menjaga sikap.

"Nyuwun ngapunten, Gus. Kulo, sekeluarga tidak eh mboten bisa eh saget ngagem bahasa Jawa Dadose memakai eh ngagem bahasa Indonesia mawon" Jawab Vani dengan terbata bata karena masih berpikir.

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang