kekasih Azhar

3.4K 196 0
                                    

"Aku syeihqila, Najwa. Kekasihnya Azhar" _Syeihqila

----------------

Seminggu berlalu begitu cepatnya. Ummah sudah bisa kembali tersenyum seperti dulu. Gus Azhar tidak lagi banyak diam.

Papa, mama, dan Dhirga sudah pulang satu hari setelah akad, hanya menginap satu malam.

Neng Nela dan Gus Likhun sudah kembali pulang ke pesantren nya beberapa saat yang lalu.

Neng Najwa juga sudah tidak terpuruk lagi. Vani juga menjadi kehidupan nya dengan biasa.

Semua santri baik santri putra maupun santri putri juga sudah beraktivitas seperti biasa. Semua berjalan normal meski angan tentang abah belum bisa pergi dan masih terngiang jelas.

Vani baru saja pulang dari bimbingan KSMO (Komunitas Sains Madrasah terintegrasi ), masuk ke ndalem, Vani benar benar tinggal di ndalem.

Empat hari yang lalu, Vani mendapat piala karena memenangkan lomba KSMO tingkat kabupaten, juara satu di bidang matematika. Karena itu, Vani harus belajar semakin giat untuk perlombaan KSMO tingkat provinsi yang akan dilaksanakan dua minggu lagi bersama beberapa santri lainnya.

"Assalamu'alaikum" Vani membuka pintu ndalem. Ada kang Fezral yang sedang mengambil kunci mobil. Sekarang kang Fezral menjadi sopir ndalem karena abdi ndalem yang kemarin menjadi sopir sedang sakit dan pulang ke rumah nya.

Sekarang Vani sudah bisa menguasai perasaan nya. Kalau istilah nya sih sudah move on, walau baru setengah berhasil, tapi itu adalah kemajuan yang baik.

Kang Juga selalu sadar diri. kalau bertemu akan menunduj, seperti saat ini, berlalu begitu saja. Hanya berbicara saat ada perlunya saja.

"Teng pundi, gus?" Vani menyalami punggung tangan gus Azhar yang baru saja keluar kamar dengan setelan rapinya.

"Ngurusi pabrik, sebentar kog" Jawab gus Azhar lalu pergi ke luar ndalem, masuk ke mobil yang sudah siap disopiri oleh kang Fezral.

Gus Azhar memang memiliki pabrik, pabrik tekstil tepatnya. Gus Azhar juga mempunyai dua butik yang menyediakan pakaian muslim. Vani juga baru tau kenyataan ini beberapa hari yang lalu. Tidak banyak santri yang tau dan ini tidak pernah ada dalam pembahasan mengenai Gus Azhar, jadi wajar kalau Vani baru tau.

----------------

Vani sedang mengobrol ringan dengan neng Najwa. Vani sangat bersyukur karena neng Najwa bisa dengan mudah menerima nya, juga sangat baik pada nya. Tidak hanya neng Najwa, semua anggota keluarga ndalem juga baik pada nya dan menerima nya. Kecuali abi Bilal dan umi Ana tentu nya.

Tidak hanya mau menerima dan baik pada nya, neng Najwa juga sangat terbuka pada nya. mungkin karena jarak mereka tidak begitu jauh. Dan juga karena Vani tidak banyak menceramahi nya, mana mungkin Vani berani menceramahi neng nya? Meskipun status nya saat ini bukan hanya santri Al-Asyrof, tapi juga istri dari Gus Al-Asyrof, tapi Vani masih sungkan. Dan itu membuat neng Najwa nyaman bercerita dengan nya.

"Tok tok tok" suara pintu diketuk itu seperti nya berasal dari pintu utama ndalem.

Vani dan neng Najwa menengok ke arah asal suara.

"Kulo mawon, neng" kata Vani lalu beranjak dari sofa ruang keluarga itu.

"Sekedap" Vani melangkah cepat karena pintu itu di ketuk terus menerus, seperti tidak sabar.

Dahi Vani berkerut, siapa sih sebenernya? Siapa yang berani mengetuk pintu seperti itu? Bahkan  tanpa mengucap salam. Benar benar tidak sopan.

Vani membuka pintu dan tercengang. Siapa pula wanita yang ada di depan nya ini? Mana tata krama nya? Masuk pesantren dan soan ke ndalem dengan celana jeans, kaos ketat dan krudung pasmina yang dibentuk tidak menutupi bagian depan nya.

"Maaf, siapa?" Tanya Vani memilih menggunakan bahasa Indonesia. Gadis di depan nya ini tidak seperti orang Jawa, bahkan seperti nya bukan keturunan Indonesia. Bule istilah nya.

Hidungnya mancung dengan iris mata hitam legam. Bibir nya tipis merah alami. Dilihat dari postur tubuhnya yang tinggi semampai pun terlihat bukan orang Indonesia.

"Kenalin, Syeihqila Akbar" Gadis itu mengulurkan tangannya. Dia berujar dengan bahasa Indonesia, tapi logatnya aneh, agak tidak luwes atau memang benar benar tidak luwes. Vani menerima uluran tangan itu.

"Masuk saja, yuk" Ucap Vani membuka pintu ndalem semakin lebar untuk akses gadis itu masuk. Karena memang tidak sopan menerima tamu di depan pintu seperti ini.

"Tidak perlu, saya hanya ingin bertemu dengan Azhar saja, dimana dia?" Tolak nya enteng. Vani tersentak, siapa sih gadis di depan nya ini? Kenapa memanggil suaminya dengan tanpa menggunakan embel embel Gus. Dan menolak tawaran dengan tanpa rasa sungkan.

"Tapi Gus Azhar sedang keluar"

"Oh, berarti benar katamu kalau aku memang harus masuk dulu" Dengan lancang dan tanpa sungkan. Gadis yang mengaku bernama Syeihqila Akbar itu masuk. Menabrak pelan bahu Vani membuat Vani mundur beberapa langkah. Duduk di sofa ndalem dengan kaki jenjang nya yang disilangkan.

Vani berdecak, kenapa tadi tidak ada abdi ndalem yang mencegah gadis itu masuk? Jelas tertulis di gerbang bahwa pesantren ini adalah kawasan berbusana muslim dan sopan. Seperti nya gadis ini cukup pintar untuk mengerti kalimat itu. Vani menepuk jidatnya sendiri, lupa kalau sekarang giliran abdi ndalem yang pergi ke makam abah.

"Maaf ya, tapi sebenarnya anda ini siapa?" Tanya Vani sambil mendekat.

Terbiasa berada diantara para pebisnis dengan perangai keras membuat Vani bisa berperilaku biasa saja di depan gadis itu.

"Anda bertanya siapa saya? Memangnya anda siapa bertanya tanya?" Syeihqila justru balik bertanya.

"Kog mbak Vani lama ya? Emang nya siapa ya? Tadi kaya nya mbak Vani bicara nya pakai bahasa Indonesia. Apa temen nya mbak Vani ya? Samperin aja lah" Neng Najwa berjalan menuju ruang tamu.

Neng Najwa melihat kepala gadis yang posisi duduk nya membelakangi nya, melihat wajah Vani, neng Najwa menyimpulkan kalau Vani tidak suka sama tamunya itu, kalau teman tidak mungkin kan Vani masih berdiri di sana.

"Mbak Van, siapa?" Neng Najwa ikut masuk ke ruang tamu. Vani mengendikkan bahunya, neng Najwa menengok ke arah si tamu yang sudah terlihat wajah nya dan langsung menatap tidak suka begitu melihat pakaian dan cara duduk gadis itu.

"Ouh, aku tau, kamu pasti Najwa adiknya Azhar, kan?" Wajah gadis itu terlihat senang, berjalan mendekati Najwa.

"Kamu sangat mirip dengan Azhar, sayang. Azhar juga sering berfoto dengan mu, kamu sama menggemaskan nya dengan Azhar" Syeihqila mencubit pipi Najwa gemas.

"Kamu ini siapa, sih?" Najwa menampik tangan yang sedang mencubit pipi nya itu pelan.

"Aku syeihqila, Najwa. Kekasih nya Azhar"

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

jejaknya kawan.... like, and komen.

jempol nya...

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang