"Langsung jalan, pak, apartemen Flamingo, pak" _Vani
----------------
"Langsung jalan pak, apartemen Flamingo, pak" Tanpa pikir panjang Vani menyebutkan nama apartemen sepupu nya. Afcela. Dengan uang yang selalu mengalir, si kembar itu memilih tinggal mandiri di apartemen. Afcela nomer 54 dan Brasco nomer 55. Si kembar itu memang tidak bisa dipisahkan.
Vani memilih apartemen Afcela karena Gus Azhar pasti tidak bisa menebak nya. Selain itu Afcela pasti akan menerima nya begitu saja tanpa harus banyak tanya.
Vani menepuk jidat nya menyadari kebodohannya, tidak bisa menebak tapi bisa mengikutinya. Gus Azhar terlihat mengejar nya.
"Pak lebih cepat ya, pak. Berhenti di persimpangan depan aja. Di tukang ojek itu"
"Kenapa mbak? Nggak nyaman ya?"
"Enggak gitu, pak maaf. Tapi kalau pakai mobil itu mobil di belakang bisa ngejar, pak. Saya ini istilahnya lagi kabur"
"Oh, ya mbak nggak papa"
"Maaf loh, pak. Ini uang nya pak sekalian aja karena nanti saya bakalan langsung ngacir" Vani nyengir, memang memalukan ya.
"Eh ini kebanyakan, mbak" jawab sopir itu saat menerima dia lembar mata uang berwarna merah. Sopir itu sih merasa kalau kabur itu sudah wajar. Berkali kali dia disuruh kejar kejaran karena mengantar orang kabur.
"Nggak papa, pak. Sebagai gantinya bapak mau nolongin saya, nggak?" Tanya Vani.
"Apa neng?"
"Nanti kalau yang di mobil belakang tanya bilang nggak tau ya"
"Iya mbak"
Begitu sampai di persimpangan jalan, Vani langsung turun dan berlari ke salah satu tukang ojek. Tukang ojek ini juga cekatan, sebelum Gus Azhar datang, Vani sudah berlalu merayap cepat di tengah kendaraan yang didominasi oleh mobil.
"Berhenti, pak" Gus Azhar meminta sopir taksi yang tadi ditumpangi Vani untuk berhenti.
"Kenapa, pak?" Tanya sopir itu pura pura tidak tau.
"Anda tau tidak, gadis yang tadi diantar bapak mau kemana?" Tanya Gus Azhar. Dia sangat berharap kalau sopir taksi ini tau, karena tidak mungkin Gus Azhar mengejar. Jalanan ramai dan Vani juga sudah tidak terlihat.
"Maaf, ya. Saya ini bukan bapak nya. Jadi kalau saya mengantar kesini berarti tujuan gadis tadi kesini. Kamu ini aneh ya" Jawab sopir itu ketus. Vani akan sangat berterima kasih dengan sopir tadi kalau tau akting nya akan sebagus ini.
Gus Azhar yang tidak berpengalaman dengan hal seperti ini percaya percaya saja dengan ucapan sopir itu.
"Kalau begitu, bapak pasti lihat kan gadis itu berjalan kemana?"
"Tadi dia naik ojek" sopir itu langsung masuk taksi dan pergi.
Gus Azhar berjalan ke para tukang ojek.
"Assalamu'alaikum, pak. Mau tanya boleh?"
"Waalaikumsalam, tanya apa?"
"Itu, gadis yang barusan naik ojek ada tiga" jawab mereka. Gus Azhar mengusap wajahnya bingung.
"Yang pakai jilbab biru muda, pak" untung dia ingat.
"Ada dua juga pak"
"Yang tinggi nya sebahu saya, pak"
"Wah kalau itu nggak paham. Mereka buru buru jadi nggak liat"
"Oh, gitu ya pak. Ya sudah terimakasih, pak" Tukang ojek itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan