"saya harus bilang subhanallah atau astagfirullah ya?" _Azhar
----------------
Gus Azhar dan Vani sampai di depan ndalem. Karena penuh sesak, gus Azhar terhalang satu orang dari Vani.
Terlihat Ata dan Mela melambaikan tangan, menunggu Vani. Mereka tidak sadar kalau gus Azhar memperhatikan mereka.
"Kamu kemana aja? Sejak tadi dari ndalem kamu nggak balek kamar" Tanya Ata khawatir.
Gus Azhar melirik sekilas, lalu berjalan ke ndalem tanpa berbicara apapun. Membuat Vani jadi bingung lagi.
"Emh.... nanti aku jelasin, semua nya deh. Tapi nanti ya, aku harus kesana dulu" Tanpa menunggu persetujuan kedua sahabat nya, Vani berjalan cepat menyusul gus Azhar ke ndalem.
Vani masuk ndalem dan mencari gus Azhar diantara banyak nya orang yang berlalu lalang. Vani tidak tau pasti tujuan gus Azhar akan kemana. Vani juga belum berani masuk ruangan ruangan di ndalem.
Beruntung, mata Vani langsung menemukan tubuh gus Azhar yang lebih tinggi dari yang lain sedang membuka pintu ruangan, hendak memasuki nya.
Vani mengikuti dari belakang gus Azhar karena tidak tau harus melakukan apa.
Gus Azhar tau kalau istri nya ada dibelakang nya, tapi memilih diam. Tetap membuka pintu kamar itu. Terlihat ummah dan mama duduk di pinggir ranjang itu.
Ini kamar gus Azhar, ummah memilih kamar ini karena belum berani masuk ke kamar nya sendiri dan kamar abah. Terlalu banyak kenangan di sana.
Gus Azhar masuk dan langsung memeluk abah.
"Wes rapopo, takdir e seng Kuoso. Allah lebih mengetahui yang terbaik untuk kita. Allah sayang abah jadi segera memanggil abah" Ummah berusaha tegar.
Gus Azhar menatap bola mata ummah. Menemukan kesedihan dan kehilangan yang teramat sangat namun berusaha ditutupi.
Vani mendekati Karin, memeluk nya erat. Entah lah, sekarang Vani hanya ingin pelukan hangat. Karin membalas pelukan anak nya, Karin tau kalau anak nya ini pasti merasa khawatir dengan keluarga baru nya.
"Abah pun mboten onten. Sakderenge abah sedo, abah pesen kaleh Ummah ken matur ke Azhar.
Azhar kudu iso bijaksana, Azhar seng bakalan neruske Al-Asyrof, Azhar kudu iso bimbing istrimu ben iso mlaku bareng ngurusi Al-Asyrof.
Sampean sak iki wes ora dewe. Ono Vani seng mesti mlaku neng jejer mu, ngetot ke, tunduk marang perintah mu" Ummah berujar pelan, gus Azhar hanya mengangguk.
"Pun, nggo sholat maghrib" Azhar berdiri, tidak kuat melihat wanita yang selalu sabar dan tenang ini bersedih. Vani mengangguk, sedikit sedikit dia paham apa yang diucapkan ummah dan suami nya.
Gus Azhar keluar kamar, mungkin mengimami masjid. Ummah merangkul mama keluar kamar.
"Ayo keluar, jangan ganggu pengantin baru" Ujar mama sambil tersenyum ke arah Vani yang hendak protes karena ditinggal sendirian dan kini bersemu merah.
Punti kamar tertutup. Dan Vani tidak tau harus berbuat apa. Sejenak dia mengamati kamar gus Azhar yang juga akan menjadi kamar nya ini.
Kamar ini rapi untuk ukuran laki laki, tapi kan kamar ini yang membersihkan abdi ndalem bukan gus Azhar sendiri, jadi Vani tidak begitu terkejut.
Akhirnya Vani memutuskan untuk mengambil wudhu di kamar mandi yang terletak di dalam kamar.
Saat Vani keluar kamar mandi sudah ada mukena di atas ranjang, siapa yang menaruh nya? Ah, mungkin saja mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan