namanya Alvania

3.3K 185 0
                                    

"Azhar pengen jujur, neng. Azhar lagi tertarik sama cewek, neng. Konyol dan terlalu kekanak kanakan memang, bahkan Azhar tidak tau siapa dia dan bagaimana orang nya" _Azhar

----------------

Azhar berjalan keluar dari mushola bagian lelaki dan duduk di serambi mushala.

Azhar melihat neng Nela dan neng Najwa duduk berdampingan dengan ponsel nya sendiri sendiri. Mereka terlihat sangat khusyuk bahkan sampai tidak menyadari Azhar yang dari tadi memperhatikan mereka dan kini berjalan ke arah mereka.

"Assalamu'alaikum" Azhar sengaja mengeraskan suaranya untuk mengageti kedua saudara nya dan benar saja, ponsel terlempar dari tangan neng Najwa hingga ke pangkuannya, sementara neng Nela masih anteng saja.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Apaan sih? Ngagetin aja, untung nggak kebanting jauh" neng Najwa bersungut-sungut dan dengan tanpa dosa Azhar malah mencubit pipi neng Najwa yang sedikit memerah karena kesal.

"waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ia sih ngapain? Duduk anteng kan bisa? " neng Nela tetap memasang mode kalem.

"Begini loh neng Najwa kalau jadi cewek itu yang kalem, nggak langsung marah marah" bukannya menjawab Azhar malah berucap seperti itu.

"Mas Azhar tuh tujuannya apa ke sini? " neng Najwa mengacuhkan ucapan Azhar.

"Ummah kemana? " Tanya Azhar tetap tidak menjawab pertanyaan kedua saudara nya.

"Lah kan kamu juga tau kalau Ummah nemenin abah sama mbah rayi. Gimana sih? " neng nela mengerutkan keningnya bingung. Kan tadi mereka berangkat ke mushala juga barengan.

Mbah rayi memang menemani disini tapi tidak dengan mbah roko karena tidak ada yang menjaga rumah. Kedua orang tua abah sudah meninggal.
"Ouh, lupa, neng. Maklum lah kalau orang lupa itu"

"Tapi neng mencium ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dan ingin kau katakan tapi bingung dari mana. iYa nggak? " tebakan neng Nela sangat tepat tanpa melesat sedikit pun membuat Azhar menggaruk tengkuknya bingung.

"Kalian kalo nebak suka nggak meleset" ucapan Azhar itu membuat kedua saudara nya tersenyum bangga.

"Ceritain nggak usah bingung kan juga cuma sama neng nela dan neng Najwa" neng Nela mengelus pundak adik lelakinya yang kini tingginya jauh sudah melebihi dirinya.

"Azhar pengen jujur, neng. Azhar lagi tertarik sama cewek, neng. Konyol dan terlalu kekanak kanakan memang, bahkan Azhar tidak tau siapa dia dan bagaimana orang nya"

"Ouh aku tau. Alvania itu kan? " neng Najwa berseru.

"Kamu udah cerita ke Najwa? " tanya neng Nela pada Azhar. Azhar mengangguk.

"Iya, mbak. Mas Azhar nolongin cewek yang bernama Alvania karena kecopetan. Terus cewek itu ngajak kenalan. Eh malah ditinggal pergi sama mas Azhar. Tapi malah mas Azhar yang sampek sekarang keinget terus" neng Najwa mengambil alih posisi Azhar untuk bercerita. Azhar hanya mengangguk anggukkan kepalanya.

"Alvania? Kenapa nggak asing? " Neng Nela seolah sedang berpikir.

"Iya nggak asing lah, itu loh santri kelas tiga aliyah yang hafalannya cepet. Inget?" Ucap neng Najwa.

"Ouh iya inget. Baik sih dia supel juga orang nya" Ucap neng Nela mangut mangut.

"Tapi kayaknya bukan Alvania yang itu deh, neng. Kayaknya Alvania yang aku tolongin bukan anak pesantren"

"Terus gimana? Masa iya kamu suka sama anak yang bukan pesantren?"

"Iya itu masalah nya, mbak. Anak pesantren yang engga neng aja rasanya masih gimana apalagi yang enggak anak pesantren" Azhar menunduk, bingung juga dengan dirinya yang menjadi labil seperti ini.

"Kalau begini masalahnya mah susah" Ucap neng Nela yang semakin menciutkan keinginan hati Azhar.

"Iya, apalagi mas Azhar nggak tau siapa nama lengkapnya, alamat rumah nya, gimana orang nya. Yang dia tau cuma namanya Alvania, udah itu aja. Cukup apa nama doang kan mbak?"

Gus Azhar semakin bingung dan kalut, rasanya semua neng yang neng Nela dan neng Najwa kenalkan belum ada yang sreg dengan hatinya. Tapi Azhar bisa apa? Azhar hanya berdoa pada sang Maha Pencipta agar jika gadis itu bukan jodohnya, maka hilang kan lah perasaan ini dari dalam hati nya.

----------------


"Ma, kenapa kuping Vani panas ya? " Tanya Vani saat mereka sedang mencuci piring setelah makan malam usai, bibi sedang sakit jadi mama dan Vani yang mencuci piring nya.

"mungkin ada yang lagi ghibah kamu" ucap mama enteng.

"Mama ih, emang aku salah apa dighibahin sampek kuping panas gini? " Vani mengerucut kan bibirnya kesal.

"Makanya jadi cewek tu yang jaim. Biasa kali kalo mulut cewek ma emang gitu. Suka nyinyir padahal belum tentu lebih baik dari yang dinyinyirin" Ucap mamanya dan Vani hanya mangut mangut.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang