kasmaran 2

3.5K 204 3
                                    

happy reading

"Mbah, kalau misalnya Azhar suka sama gadis yang bukan neng, dan bukan berasal dari keluarga pesantren, menurut mbah roko gimana? " _Azhar

----------------

Azhar menggotak-atik ponselnya dengan gusar, dari tadi bayangan tentang cewek bernama Alvania itu tidak lepas dari benaknya.

"Astaghfirullah... ya Allah... ini mah dari tadi aku zina pikiran mulu" keluh Azhar saat tidak sadar melamunkan kejadian tadi pagi. Menyisir rambutnya ke belakang karena rambutnya menutupi dahinya, efek karena dari tadi kepalanya bergerak tak beraturan.

"Shalat aja lah" Azhar bangkit dari kasurnya menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu untuk shalat. Setelah shalat Azhar berdoa dan memohon ampun kepada Rabb nya karena dari tadi dia memikirkan seorang wanita yang tidak seharusnya dipikirkannya.

"Mas Azhar" Panggil neng Najwa masuk ke kamar buleknya yang kini ditempati Azhar untuk sementara waktu. Bulek nya sudah tidak tinggal di kamar ini karena sudah menikah, walau kadang pulang dan menginap di sini.

Azhar yang sudah selesai berdo'a menghampiri adiknya.

"Pripun? " Tanya Azhar pada adiknya yang kini sedang memainkan handphone nya.

"Kok mas Azhar kayak lagi bingung gitu? " Neng Najwa tidak menjawab dan malah balik bertanya.

"Eh? Mboten kog" Azhar memalingkan wajahnya menghindari tatapan neng Najwa.

"Ngga mungkin ngga ada apa-apa. Jangan bilang kalo masih kepikiran cewek yang namanya Alvania itu ya? " Tebak neng Najwa yang sangat tepat. Azhar hanya diam tak menjawab lalu duduk di samping adiknya di tepi ranjang.

"Engga kog" Azhar masih berusaha mengelak.

"Mas Azhar tau nggak sih kalau mas Azhar itu nggak pandai bohong. Apalagi sama Najwa yang suka bohong. Kalau bohong tu jangan sama pembohong" Ucap neng Najwa dengan bangga.

"Ngaku juga kalau suka bohong" Azhar mencubit hidung pesek adiknya yang hingga sedikit memerah.

"Hehe... " adiknya cuma cengengesan sementara Azhar bersyukur dalam hati karena tidak jadi di tanyai tentang Alvania.

"Kamu kesini niatnya mau apa? " tanya Azhar karena Najwa malah hanya bermain game online di handphone nya.

"Gabut aja sih" ucap Najwa sekenanya. "Eh bentar kog kayak ada yang kelupaan ya? " Najwa menghentikan permainan nya dan berpikir dengan jari telunjuk yang di ketuk ketuk kan ke dahinya dan memasang wajah serius.

Azhar jadi ikut bingung, kan dari tadi mereka belum berbicara apa apa.

"Oh iya, " Seru neng Najwa yang membuat Azhar menoleh ke arah adiknya.

"Tadi mas Azhar belum jawab pertanyaan neng Najwa, Mas Azhar bingung karena mikirin cewek yang namanya Alvania itu kan?" Azhar memutar bola matanya jengah, kenapa ada acara inget segala sih?

"Ayo jawab" neng Najwa mendesak.

"Iya" jawab Azhar pendek, percuma kan berbohong sama adiknya yang tukang bohong ini?

"Wah rupa rupanya ada yang lagi kasmaran nih" goda neng Najwa sambil mengedipkan sebelah mata nya.

"Apaan sih, engga. Cuma keinget aja nggak lebih" Azhar kembali memalingk wajahnya.

"Bilangnya engga tapi wajah merah" neng Najwa kembali menggoda kakaknya.

"neng bilangin ummah abah ya" Neng Najwa membuka handphone Azhar dan membuka aplikasi chatting berwarna hijau.

"Apaan sih" Azhar mengambil alih handphone dari tangan neng Najwa dengan wajah kesal. Melihat wajah kesal kakaknya membuat neng Najwa langsung terbahak bahak.

----------------


"Mbah" Panggil Azhar kepada mbah roko yang baru saja selesai menyimak deresan anak anak sekitar komplek.

"Kenapa? " Tanya mbah roko sambil menepuk nepuk lantai berlapis karpet di samping nya, bermaksud menyuruh Azhar duduk di tempat yang ditepuk tepuknya.

"Azhar boleh minta pendapat mbah roko mboten? " Tanya Azhar setelah duduk di samping mbahnya, memulai pembicaraan. karena dari tadi siang dia memikirkan gadis bernama Alvania jadi Azhar memutuskan untuk bertanya pada mbahnya. Kalau bertanya sama adiknya dia malu.

"Ya masa minta pendapat nggak boleh, wong di luar sana aja banyak banget yang ngotot mengajukan pendapat nya"

"hehe iya ya" Azhar menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

" Memangnya ada masalah atau apa kog sampai bingung begitu wajah kamu" tanya mbah roko.

"Eh? Itu mbah" Azhar malah jadi salah tingkah.

"Em... sepertinya masalah remaja, ayo cerita kan" mbah roko tersenyum, Ah, tidak salah Azhar memilih bercerita dengan mbah roko. Mbah roko nya ini memang sangat peka dan pengertian, pantas saja mbah rayi selalu tersenyum dan terlihat sangat bahagia. Gimana nggak bahagia kalau memiliki suami yang sangat baik dan pengertian?

"Mbah, kalau misalnya Azhar suka sama gadis yang bukan neng, dan bukan berasal dari keluarga pesantren, menurut mbah roko gimana? "

"Hey, kita itu nggak boleh memandang seseorang dari status sosial kan? Kan nggak semua yang tidak dari keluarga pesantren itu nggak bener, dan belum pasti juga kan kalau yang berasal dari keluarga pesantren itu masuk surga? Kan kamu juga udah dewasa, udah tau mana yang perlu dilakukan dan yang enggak boleh kamu lakukan. Kalau memang dia jodohmu, mau bagaimana pun kamu menjauh kalian akan tetap dipertemukan. Begitu pun sebaliknya, kalau dia bukan jodohku mau segimanapun kamu ngejar tetep aja nggak dipersatukan.

Tapi kamu juga harus mikirin keluarga kamu juga, kamu ini kan putra satu-satunya Azam, jadi kamu yang akan meneruskan perjuangan abah mu di Al-Asyrof. Kamu yang akan mengasuh pesantren itu. Kamu perlu pendamping yang nggak cuma sholehah tapi juga yang bisa ikut mengasuh pesantren. Kamu harus bener bener nyari pendamping yang tepat.

Tapi ya walau bagaimana pun, pandangan orang itu berbeda beda. Kalau kamu menikah dengan gadis yang bukan berasal dari keluarga pesantren pasti banyak yang menyayangkan. Bahkan bisa juga banyak orang yang jadi kurang hormat sama kamu. Maksud mbah bukan berarti yang berasal dari keluarga biasa itu nggak bisa jadi neng, nyatanya ummah kamu bukan neng kan? Banyak juga kyai yang menikah dengan santrinya. Itu semua sih tergantung kamunya, Har. Pikirkan dulu, jangan terburu-buru. Jangan sampai kamu terkalahkan oleh nafsu mu. Mbah percaya kalau kamu sudah bisa memutuskan sendiri apa yang perlu dan tidak perlu kamu lakukan

Haih, mbah mbah mu ini berbicara panjang sekali ya" Mbah roko kemudian tertawa menyadari dirinya sudah berujar sangat panjang, Azhar masih tersenyum.

Iya juga, Ummah kan bukan dari pesantren, tapi Ummah kan emang alim, pantas kalau jadi bu nyai, lha gadis tadi? Tidak tau apa apa langsung ngajak kenalan. Azhar jadi bingung sendiri.

"Sudah sudah jangan terlalu dipikirkan. Biarkan semua mengalir" Mbah menepuk pundak Azhar.

"iya juga, kenapa aku berpikir terlalu jauh? Bahkan belum tentu aku akan bertemu nya lagi, tau dia tinggal dimana saja tidak. Yang aku tau kan cuma nama dan wajahnya, perangai nya pun tidak" Azhar tersenyum menanggapi diri nya sendiri yang konyol.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang