'emang cantik, sifat yang disebutin sama neng nela dan neng Najwa pun cocok sama dirinya' _Azhar
----------------
"Sah" satu kata itu menggelegar di seantero pesantren. Semua mengucap syukur bertepatan dengan neng Nela yang menangis haru di pelukan Ummah. Mereka masih berada di kamar neng Nela yang berada di lantai dua ndalem. Memang sesuai tradisi, mempelai wanita baru turun setelah kata sahabat terucap.
"Ummah, neng, ayo turun" Neng Najwa membuka pintu kamar neng Nela. Ummah melepas pelukan neng Nela dan menatap tepat di bola mata neng Nela.
"Kamu sekarang sudah punya kewajiban yang lain, neng. Kamu sekarang tidak hanya putri kecil, Ummah tapi juga seorang istri. Ingat selalu nasehat Ummah tadi malam" Ucap Ummah, neng Nela tidak sanggup mengucapkan sepatah kata pun dan hanya mengangguk.
"Yuk, jangan nangis. Ini adalah hari bahagia mu" Ummah membimbing neng Nela untuk bangun dan berjalan bersama.
Sampai pintu, neng Najwa juga menggenggam tangan neng Nela yang masih menganggur dan mereka berjalan beriringan dengan tangan bergandengan.
Ketiga wanita itu turun dan langsung di sambut tatapan mata takjub ke arah mereka. Mereka terlihat sangat cantik, terlebih sangat pengantin yang sangat cantik, membuat semua pangling. Wanita itu benar benar menjadi putri di hari bahagia nya.
Bahkan Ummah terlihat lebih muda membuat Abah yang berada di atas kursi roda ikut tersenyum dan enggan mengalihkan pandangan nya dari Ummah.
Abah memang meminta izin khusus kepada dokter yang merawatnya agar bisa menjadi wali di pernikahan putri pertama nya.
Dibelakang mereka ada beberapa abdi ndalem yang terpilih ikut mengiringi.
Azhar yang berada di samping abah nya ikut menatap rombongan pengantin wanita itu. Dan tiba-tiba Azhar membayangkan kalau salah satu dari mereka adalah Alvania. Namun Azhar segera menepis bayangannya sendiri.
----------------
Neng Nela mencium tangan Gus Likhun dengan takzim setelah mendapat intruksi dari abah yang menjadi wali. Sorak sorai terdengar riuh saat neng Nela melakukan itu dan semakin riuh saat Gus Likhun mencium kening neng Nela dengan lembut.
"Sudah, sudah.... mari kita lanjutkan acara nya ke resepsi agar tidak semakin malam selesainya" Abah melerai karena sorak sorai itu tidak lekas berhenti dan malah semakin riuh.
Toh meskipun di mulai sekarang, mereka tetap tidak akan tidur malam ini. Ketika ada neng dan Gus dari pesantren besar dipersatukan dengan ikatan yang halal, pasti yang datang bejibun.
Dari mulai sanak saudara yang dekat sampai yang jauh, tetangga, wali santri, mungkin ada pula sanak saudara nya wali santri dan tetangga nya wali santri. Semua yang mengharapkan barakah manfaat keluarga pesantren pasti datang.
Entah tua, muda, kaya, miskin, berkedudukan tinggi, warga biasa, ustadz, dan semua status mereka menjadi satu. Dan disaat kesibukan melanda seperti ini lah, beberapa santri yang nakal dan akan temon atau bertemu lain mahram dengan bebas karena sulit diketahui pengurus. Bagaimana bisa mengurus santri yang temon kalau mengurus makanan saja mereka sudah kewalahan.
----------------
Vani bersama Ata dan Mela menjaga stand minuman.
"Ta" Panggil Vani kepada Ata yang menganggur. Sedangkan Mela sedang mengambilkan minum teh pada ibuk ibuk.
"Apaan? " Tanya Ata.
"Kalau tiba-tiba lo dilamar Gus gimana? " Tanya Vani yang membuat Ata sedikit terkejut.
"Jangan bilang kalau kamu dilamar sama Gus kemarin pas liburan? " Tebak Ata menyelidiki.
"Apa? Vani dilamar Gus?" sekonyong konyong Mela datang nimbrung. Mana yang diucapkan ngawur lagi.
"Apaan sih? Kalo mau ikut tuh dengerin dulu" Ata mencibir sebal.
"Kan tadi kamu yang bilang. Kalo nggak dengerin nggak mungkin kan aku bilang begini?" Mela membela diri.
"Ya tapi kalo dengerin tu jangan setengah setengah" Ata masih sebal.
"Ya kan tadi aku ngambilin minum buat ibuk ibuk tadi" Mela masih membela diri.
"Van, jadi gimana? Lo beneran dilamar ama Gus?" Ata mengacuhkan sahabat nya yang baru kemarin sakit itu.
"Enggak lah, cuma kalo misalnya kan. Tadi gue bilang misal" Ucap Vani yang langsung kehilangan semangatnya. Kan kalau temannya ini beneran dilamar sama Gus kan nanti dia bebas main ke ndalem. Ya entah ndalem mana.
"Elah. Bilang aja, Van. Kalo kamu sekarang lagi halu" ucap Ata, Vani hanya mengangguk. Memang benar kalau sekarang dia sedang halu. Dan tiba-tiba dia teringat saat di alun alun tiba-tiba hatinya berdesir. Apakah karena ini? Karena pernikahan neng Nela dan Gus Likhun? Tapi apa hubungannya dengan nya? Ah ini membuat Vani semakin bingung.
"Tapi, Van. Kalo menurut gue lo itu cocok lo jadi neng. Sifat kamu luwes" Ucap Mela yang membuat Ata kembali berpikir.
"Iya juga loh, Van. Kalo misal di antara kita ada yang jadi neng. Yang paling pantes itu kamu" Ata membenarkan ucapan Mela.
"Kan cuma di antara kita bertiga doang. Jangan terlalu berharap ah" Vani teringat ucapan Fezral kemarin saat mereka juga membahas jadi neng.
"Cie... pasti keinget kang Fezral" Goda Ata. Vani menengok pada kedua sahabat nya yang duduk berdekatan.
"Eh kog dari tadi aku nggak liat kang Fezral ya? Biasanya kan dia nyamperin kamu, Van. Yang santri sama santri aja banyak yang temon" Ucap Mela yang diangguki Ata dengan cepat.
"Ya itu yang dari tadi gue pikirin. Kemarin ketemu aja dia cuma senyum tipis banget. Nggak kayak biasanya deh pokoknya" Akhirnya Vani mengeluarkan apa yang selama ini dia risaukan.
"Apa jangan jangan, ada hubungannya sama pergantian guru nahwu?" Ata mencoba mengaitkan benang merah atas kejadian ini, namun semua masih belum pasti.
"Jangan jangan selama ini kang Fezral cuma main main lagi sama Vani, kan dia ganteng. Biasa kan orang ganteng begituan?"
"Menurut aku nggak mungkin deh, kang Fezral itu meskipun ganteng dia setia kog, nyatanya dia nggak punya mantan kan? Beda sama abdi ndalem yang lain yang kerap berganti pasangan"
" Kayaknya dia terpaksa deh. Nggak mungkin dia ngelakuin ini. Kalau nggak terpaksa, nggak mungkin dia bisa ganti jadwal gitu aja. Pergantian jadwal mengajar di tengah semester itu sangat jarang dan hanya karena alasan mendesak. Nggak mungkin kan kalo itu cuma keinginan kang Fezral?" Vani mematahkan argumen Mela yang bilang kalau kang Fezral hanya main main dengan hatinya.
"Kalo gitu, ini pasti karena keinginan salah satu orang penting, Van. dan sialnya kita nggak tau siapa orang penting itu" Mela kembali membantu berpikir.
"Apa jangan jangan, guru nahwu kita sekarang itu orang yang penting? Tapi kog kita nggak tau sih? Sekelas juga nggak tau. Kita kan nggak se kudet itu" Ucap Ata. Vani jadi teringat saat tadi dia melihat guru nahwu itu memegang tangan Ummah.
"Eh, tapi tadi gue liat guru nahwu itu megang tangan Ummah masa? Mana badan mereka tuh deket banget lagi" Ucap Vani.
"Orang penting, kita nggak tau, megang tangan Ummah, berarti dia itu.... " Mela menggantung ucapannya.
Tapi tanpa perlu diterusin pun mereka satu pemikiran. Bahwa lelaki yang waktu itu menolong nya dan kini menjadi guru nahwu nya adalah Gus Azhar. Siap lagi orang penting yang tidak dikenal wajahnya oleh pondok putri selain dia?
"Assalamu'alaikum, Vani" Tanpa pernah disangka. Orang yang menjadi perbincangan mereka datang di hadapan mereka. Membuat mereka yang masih terkejut dengan kenyataan itu menjadi salah tingkah.
"Eh? Saya?" Vani menunjuk dirinya sendiri karena tadi lelaki itu hanya menyebut namanya.
"Saya hanya ingin meminta minum" Ucap Gus Azhar yang membuat Vani semakin malu karena kepedean dan segera mengambil minum untuk Gus Azhar.
'Emang cantik, sifat yang disebutin sama neng nela dan neng Najwa pun cocok sama dirinya' Gus Azhar membatin saat Vani menyiapkan minum.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan