persiapan pernikahan

3.4K 179 4
                                    

"Nggak usah berharap dulu. Kita nggak tau takdir akan berkata apa. Jalanin aja dulu, penting bahagia kan, Van? " _Azhar

----------------

Sudah tiga hari abah dirawat di rumah sakit dan belum ada tanda tanda akan sembuh dan justru kondisi nya semakin melemah. Azhar semakin dibuat bingung, harus bagaimana dia? Selama tiga hari ini pula Azhar sudah mencari tau tentang neng neng dari pesantren lain. Tapi hasilnya nihil karena tidak ada yang cocok di hati Azhar. Pikiran nya justru terus kepada gadis bernama Alvania itu.

Sementara itu, santri Al-Asyrof yang kini sudah tidak libur lagi sedang sibuk membantu mengurusi pernikahan neng Nela fan gus Likhun yang akan berlangsung beberapa hari lagi.

Azhar bingung harus meminta bantuan pada siapa atau setidaknya akan mengungkapkan keluh kesahnya pada siapa. Semua dibuat sibuk oleh acara pernikahan ini. Alhasil kini Azhar hanya duduk di kursi ruang tamu memandang santri yang hilir mudik keluar masuk ndalem untuk mengurusi acara ini. Tanpa sengaja, Azhar melihat ponsel neng Nela yang tergeletak begitu saja di meja pojok ruangan. Coba nanti kalau neng Nela mencari pasti kebingungan. Bisa bisanya di kondisi yang sedang sibuk begini, handphone tergeletak begitu saja. Azhar menghampiri pojok ruangan tempat meja itu berada dan mengambil ponsel mbaknya.

Azhar membuka handphone itu, terkunci tapi Azhar tau pinnya jadi tetap bisa membuka.

Begitu pintu terbuka, yang ditampilkan adalah aplikasi whatsapp karena tidak tertarik pada percakapan neng Nela, Azhar memilih beralih ke story. Neng Nela banyak menyimpan nomor abdi ndalem putri, jadi banyak story yang muncul dari abdi ndalem putri. Kebanyakan story mereka berisi persiapan pernikahan neng nela. Hingga tak sengaja menemukan story Mekila, salah satu abdi ndalem putri yang baru  dua tahun lulus. Story itu berisi foto Mekila sedang berdiri bersama salah seorang santri dan tersenyum manis ke arah kamera.

"Alvania" bisik Azhar. Ternyata benar dugaan neng najwa bahwa firasatnya mengatakan gadis itu adalah Alvania yang sama meskipun Azhar berulang kali mematahkan argumen tersebut. Azhar tersenyum, kalau dia santri, masih ada sedikit kesempatan untuk nya.

"Terima kasih mbak udah naruh ponselnta disini dan bikin aku  buka" ucapan Azhar benar benar konyol. Untung tidak ada santri yang tau kelakuannya.

----------------

"Vani! " Panggil Ata kepada Vani yang sedang asyik berfoto ria bersama mbak Mekila. Mbak Mekila itu adalah abdi ndalem yang baru dua tahun lulus. Mereka memang dekat sejak Vani kelas satu. Tidak hanya pada Vani sebenarnya karena mbak Mekila itu type orang yang supel sama seperti Vani. Tapi kedekatan mereka lebih dari itu. Mereka seperti kakak adik. Ya walau akhir akhir ini, mbak Mekila sibuk mengurus ndalem. Kedekatan mereka sudah menjadi rahasia umum, sama seperti kedekatan Vani dengan Fezral.

"Ya? " Vani pamit pada Mekila dan berjalan mendekati sahabat yang tadi memanggilnya, ada Mela disamping nya.

"Bantuin dong" Mela merujuk ke Vani.

"Iya iya maaf" Vani langsung membantu Mela dan Ata yang sedang membuat beberapa hiasan.

"Kita baru dua hari disini udah capek capek" Mela menggelembung kan pipinya.

"Eh jangan gitu, entar nggak berkah" Ucap Vani mengingat kan.

"Eh... nggak jadi ngomong kayak gitu, yang tadi anggep aja bukan aku" Mela menggaruk garuk kepalanya yang terbalut kerudung rabbani karena salah tingkah.

"Nggak bisa ngebayangin segimana meriahnya pernikahan neng Nela sama gus Likhun" Ata diam, pasti sedang membayangkan.

"Ya iyalah gedhe, meriah. Masa iya neng dari pesantren segede ini pernikahan nya sederhana, jadi cibiran tetangga nanti. " Jawab Vani.

"Gue udah bisa bayangin gimana nanti cantiknya neng Nela, pasti gus Likhun nggak bisa nahannya" Ata tertawa keras karena ucapan nya sendiri.

"Nggak sopan" Mela menoyor kepala Ata dari samping.

"Kog tiba-tiba aku pengen ngerasain jadi neng ya? " Celetuk Vani tiba-tiba.

"Ya udah besok kalo udah nikah ma kang Fezral kamu bikin pondok pesantren sendiri" Usul Mela.

"Ih apaan sih" Ata dan Mela tertawa melihat wajah Vani yang memerah.

"Eh itu kang Fezral" Ata menunjuk seseorang yang sedang mengangkat kardus tak jauh dari mereka dan dapat dipastikan bahwa dia mendengar nya, hal itu membuat Vani semakin malu.

"Nggak usah berharap dulu. Kita nggak tau takdir akan berkata apa. Jalanin aja dulu, yang penting bahagia kan Vani? " Azhar meletakkan kardus itu dihadapan mereka, Vani yang mendengar itu menunduk semakin malu.

"Cie... " Ata dan Mela menyenggol bahu Vani.

"Aku baper ya Allah" Ucap Ata dengan nada nya yang terdengar menjijikkan.

"Apaan sih? " Vani menutup wajah dengan kedua tangan nya saking malunya. Perilaku Vani membuat Fezral terkekeh, lesung nya itu membuat dedek Vani makin meleleh.

----------------

"Kang! Dipanggil gus tuh di ruang tamu" Kata Ilham kepada Fezral yang baru saja datang sehabis mengantarkan barang sovenir.

"Ada apa? " Tanya Fezral.

"Nggak tau, kayaknya serius, kang. Kan gus Azhar jarang tuh manggil santri kayak begini. Di kondisi yang lagi sibuk seperti ini lagi" Ilham mengendikkan bahunya. Azhar mengangguk membenarkan, jarang terjadi berarti penting.

"Matur nuwun, kang" Fezral berlalu masuk ndalem setelah mendapat anggukan dari abdi ndalem yang lebih muda darinya itu.

"Assalamu'alaikum, gus" Panggil Fezral saat sudah sampai di ruang tamu dan melihat gus Azhar duduk di salah satu kursi.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh, mendekat lah kesini" Perintah Azhar membuat abdi ndalem yang masuk dalam kategori ganteng itu mendekat.

"Pripun, gus? " Tanya Fezral sopan.

"Kata neng Najwa kamu yang mengajar nahwu di kelas tiga aliyah benar? " Azhar langsung menuju ke inti permasalahan agar Fezral bisa segera kembali dan melakukan pekerjaan nya kembali.

"Leres, gus. Kados pundi?" Fezral mengangguk dan kembali bertanya.

"Sesasi saiki, gantian yo. Sampean seng mulang bocah lanang" Azhar mengungkapkan keinginannya.

"Nggeh, gus" hanya kata itu yang bisa Fezral ucapkan diikuti anggukan tanda setuju. Apalagi yang bisa dia lakukan? Yang memerintah kan nya adalah gus nya. Kalau menuruti katai hati, dia tidak akan mau mengurangi kesempatan nya bertemu dengan Alvania. Tapi dia masih waras dan logikanya tidak pergi.

Keduanya tidak tau, jika ternyata mereka memiliki perasaan yang sama terhadap satu wanita. Azhar tidak tau jika lelaki di depannya sangat menyayangkan pertemuan ini dan Fezral tidak tau maksud terselubung di balik permintaan ini.

----------------


matur nuwun: Terima kasih.
pripun, gus: bagaimana gus.
Leres gus, kados pundi: Benar gus, kenapa.
sesasi iki, gantian yo. Sampean seng mulang bocah lanang: satu bulan ini, gantian ya. Kamu yang mengajar anak putra.
nggeh, gus: ya, gus

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang