"Bukannya pelajaran kamu sekarang nahwu? Nggak papa kali dihukum kang Fezral" _petugas PUKAL.
----------------
"Vani, ini gimana? " Tanya Ata masih sambil memegangi Mela. Dengan tangan satunya memegangi tengkuk Mela dengan sedikit memijat nya.
"Aku juga nggak tau" Vani mengalihkan pandangannya dari tangannya sendiri yang sedang memegangi kantong kresek yang berisi muntahan Mela. Mela terlalu lemah untuk dibawa ke kamar mandi, jadi ya beginilah.
Setelah Mela puas memuntahkan apa yang ada diperut nya, Vani bergegas keluar untuk membuang kantong kresek yang sebelum nya sudah di ikat agar tidak tumpah, kan kasian kalau ada yang liat.
Memang sejak tadi pagi, lebih tepatnya subuh, badan Mela menggigil, seperti nya ini karena Mela kelelahan tiga hari ini harus membantu persiapan pernikahan nya neng Nela setiap sepulang sekolah. Ata dan Vani juga sebenarnya lelah, tapi selagi masih bisa bertahan kenapa harus lemah?
"Nggak mungkin kan, Mela ditinggal sendirian-" ucapan Ata terpotong.
"Assalamu'alaikum" Petugas PUKAL datang alias Petugas Umum Kesehatan Al- Asyrof.
"waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh mbak, udah dateng? " Vani ber basa basi.
"Iya, maaf ya telat, ini surat perizinan telat nya" Salah satu petugas PUKAL memberikan dua lembar kertas berlogo Al-Asyrof. Kalau masuk terlambat tapi membawa surat perizinan telat ini, guru tidak boleh menghukum. Itu aturan pesantren.
"Eh iya, makasih mbak" Ucap Vani lega. Padahal dari tadi Vani dan Ata sudah bingung takut kalau terlambat, ini pelajaran nahwu, Fezral tidak akan segan segan memberikan hukuman, pada siapa pun itu, termasuk Vani sekalipun.
"Bukannya pelajaran kamu sekarang nahwu? Nggak papa kali dihukum kang Fezral" Goda salah satu petugas PUKAL yang tadi mengucap salam.
"Apaan sih kak. Ya udah kalo begitu, aku berangkat dulu ya kak, nitip Mela. Assalamu'alaikum" Vani buru buru menyambar tas nya, tadi tas nya sudah disiapkan oleh teman sekamar nya dan di antar ke kamar Mela.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Jawab kedua petugas PUKAL itu sambil mengiringi Vani dan Ata berangkat.
----------------
"Assalamu'alaikum, pak" Ucap Vani dan Ata bebarengan saat masuk ke dalam kelas. Seisi kelas yang tadi nya diam kini semakin mencekam.
Dari tatapan semua murid mereka seolah mengatakan 'mampus lo' yang membuat kedua orang yang baru masuk dengan napas tidak beraturan itu mengerutkan kening. Iya mereka memang telat dan bisa saja dihukum, tapi kalau pelakunya adalah Vani, biasanya mereka akan menyoraki nya kenapa sekarang mereka diam saja? Tidak mungkin kan kalau satu kelas sariawan atau sakit gigi berjamaah. Apa Fezral sedang marah besar? Pikir kedua gadis yang masih mengatur napasnya itu.
"Kenapa kalian terlambat? " Suara bariton itu berbeda dengan suara Fezral yang biasanya, karena Vani sangat hafal. Vani dan Ata langsung menoleh cepat ke pojok depan ruangan tempat kursi guru berada karena sepertinya dari situlah suara bariton itu berasal.
Vani semakin dibuat bingung saat melihat lelaki yang waktu itu menolong nya dari pencopet. Apakah ini adalah wajah asli Fezral? Dan sekarang Fezral sedang melepas topengnya yang selama ini Fezral kenakan?
Vani langsung menggeleng gelengkan kepalanya menepis pikiran tidak masuk akalnya. Jelas berbeda, postur tubuh lelaki ini lebih tinggi dan lebih besar dari Fezral. Tapi siapa sebenarnya lelaki yang pernah menolong nya ini?
"Saya ulangi sekali lagi, kenapa kalian terlambat?" Tanya lelaki itu yang membuyarkan lamunan Vani dan mengejutkan Ata.
Vani teringat ucapan nya saat lelaki itu berlalu pergi menghampiri ceweknya bahwa kalau bertemu lagi, dia akan membalas cuek. Jadi Vani hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan