"Padahal baru kemarin aku memutuskan untuk mulai mencintai mu" _Vani
----------------
Vani menghela napas nya di ruang keluarga, memandang suami nya yang baru saja masuk kamar. Seperti nya gus Azhar tidak melihat nya.
Vani menunduk, baru beberapa hari gadis itu datang, baru beberapa pertemuan yang mereka lalui. Tapi sifat gus Azhar sudah berubah.
Tidak sehangat sebelum nya, saat masuk ndalem biasanya gus Azhar akan memanggil nama nya dan Vani menghampiri nya hanya untuk sekedar mencium punggung tangan nya dan berjalan bersama sampai kamar. Bahkan saat Vani tidak ada di kamar pun gus Azhar tidak berusaha mencari nya. Apa semua nya akan berakhir begitu saja?
Dengan perasaan yang tidak tenang, Vani melangkah menuju kamar yang pintunya sudah ditutup oleh gus Azhar.
Vani berhenti saat sayup sayup mendengar suara gus Azhar yang seperti nya sedang menyender ke pintu.
"Kenapa kau datang, Ei? Benar kata mu, aku memang belum melupakan mu, tapi kalau mencintai mu... aku berharap kalau aku bisa mengatakan tidak.
Aku sudah punya Al, istri sah ku secara agama dan negara. Tapi,,, ya Allah... Ada dengan hatiku, kenapa-" Vani tidak sanggup mendengar nya lagi dan memilih pergi, mengurungkan niatnya yang akan masuk kamar dan justru melangkah menuju kamar neng Najwa.
"Neng!" panggil Vani sambil melangkah masuk kamar.
"Eh mbak Vani, sini mbak" Vani melangkah masuk.
"Cerita kan ke Najwa, mbak, Van. Biar lega" neng Najwa yang memang seseorang yang perasa langsung bisa tau kalau kakak ipar yang sudah dia anggap seperti kakak kandung nya sendiri ini sedang ada masalah hanya dengan melihat tatapan lesu Vani.
Vani menutup pintu kamar neng Najwa dan menuju neng Najwa yang sedang duduk di atas ranjang.
Vani langsung merebahkan kepalanya di pangkuan neng Najwa tanpa sungkan. Dia benar benar membutuhkan ini.
Sebenarnya Vani ingin pergi ke Ata atau Mela saja, namun rasanya tidak bijak kalau masalah ini sampai ke luar ndalem. Meskipun kepada kedua sahabat yang sangat dipercayai nya sekalipun. Dia harus bisa membedakan mana masalah yang boleh dan tidak boleh keluar ndalem.
Vani menangis, menumpahkan semua rasa yang bercampur aduk dengan air mata di atas pangkuan neng Najwa.
"Enggak akan kog mbak. Mas Azhar masih terlalu waras untuk lebih memilih gadis itu dari pada mbak Vani.
Iya Najwa akui kalau Eiqil memang cantik dengan tubuhnya yang semampai tapi cantik wajah aja nggak akan cukup, mbak. Nggak seperti mbak Vani yang cantik nya luar dalam" ucap neng Najwa menenangkan setelah Vani selesai bercerita tentang apa yang membuat nya menangis.
"Semoga saja begitu, neng" balas Vani. neng Najwa hanya mengangguk.
----------------
Vani masuk kamar saat gus Azhar sudah tidur, Vani memandang wajah suami nya sebentar. Entah apa yang ada dalam pikiran nya.
Tiba-tiba Vani teringat buku dari kang Fezral, masih beberapa lembar yang belum Vani baca.
Vani berjalan mendekati lemari mukena, karena memang buku itu tak pernah dipindahkan ke sana.
Vani langsung membuka halaman terakhir nya.~-~
Abdi ini bisa apa?
Bersaing dengan guru nya?
Cinta tidak menghilangkan akal waras
Aku memilih merelakan
Mungkin dia bukan bidadari kuBersama nya pasti lebih bahagia
Tidak seperti bersama ku
Walaupun saat ini rasa ini masih ada
Aku tak berniat melupakan nya
Bidadari ku...
Cinta pertama ku...
Berbahagia lah
Jangan hiraukan aku
Sesulit apapun itu
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan