"Tadi mbak dijambret terus ada yang nolongin, mbak bilang makasih eh dianya cuek. Masa langsung datengin ceweknya yang baru keluar dari alfamart, dikira mbak suka apa ama tuh orang? pede banget dia" _Alvania
----------------
"Ih sebel banget sama orang itu" Gerutu Vani masih kesal saat menaruh barang belanjaannya di meja makan, tak henti henti dia mengucapkan kata sebal dan kesal.
"Pulang nggak ngucap salam malah ngedumel nggak jelas" Balas Dhirga ketus di samping nya, sedang mengambil minum air putih.
"Tadi mbak dijambret terus ada yang nolongin, mbak bilang makasih eh dianya cuek. Masa langsung datengin ceweknya yang baru keluar dari alfamart, dikira mbak suka apa ama tuh orang? pede banget dia" Vani mengakhiri kalimat nya dengan mendengus dan menghentak hentakkan kakinya di lantai.
"Pasti mbak nggak cuma bilang makasih kan? " Tebak Dhirga memandang mbak nya yang kini salah tingkah.
"hehe... " Vani menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Jangan bilang ngajak kenalan? " Tebak Dhirga sambil memicingkan matanya.
"Ya gitu... " Vani cengengesan seolah tidak bersalah. "Eh, mau kemana kok kamu rapi banget? " Vani mengalihkan pembicaraan nya agar tidak disalahkan. Kenapa adiknya yang cuek ini selalu bisa menebak gelagatnya? Kenapa cowok yang benar dan bukan cewek? tau ah.
"Pergi sama temen" Dhirga yang tau kalau kakaknya berbohong tidak meneruskan, malas.
"Siapa? " Tanya Vani kepo.
"Yha temen Dhirga lah, temen SMA" Jawab Dhirga sembari mengambil kunci motor nya di gantungan dan berlalu. Dhirga ini kelas 2 SMA dan Vani kelas 3 Aliyah, jarak umur mereka hanya terpaut 13 bulan dan Dhirga lebih tinggi dari Vani jadi kalau sedang jalan berdua seperti orang pacaran. Itu membuat Dhirga malas kalau jalan sama mbaknya ini.
"Ikut" Vani menahan lengan Dhirga sambil merengek agar Dhirga mau mengajaknya.
"Dhirga mau pergi sama temen, mbak" Dhirga menolak halus.
"Ya udah deh" Vani melepaskan tangannya dari lengan Dhirga sambil mengerucutkan bibir nya kesal.
"iya iya ayo" Sekarang justru Dhirga yang malah memegang tangan Vani. Kalau sudah begini pasti nanti saat dia pulang akan diomeli mamanya karena membuat mbaknya menangis. Sebenarnya disini itu siapa yang kakaknya dan siapa yang adik?
"Ngga usah ngga papa" Vani sok jual mahal.
"Ngga usah sok jual mahal napa? Nanti aku pergi mbak nyesel, awas aja kalau nanti nangis dan ngadu ke mama" Kata Dhirga cuek dan akan pergi.
"Tunggu ih, Kalau cewek ngambek tuh di bujuk bukan malah diancem kayak gitu. Kasian cewek yang nanti jadi jodohmu" Vani berlari ke lantai dua tepatnya di kamarnya untuk mengambil handphone dan turun lagi untuk mengambil dompet yang terletak di meja makan tempat ia menempatkan barangnya tadi. Itu membuat nya mengingat kembali sosok Azhar dan itu membuat nya kesal lagi.
"Kenapa lagi? " Tanya Azhar saat melihat Vani menghampiri nya dengan wajah di tekuk dan berakhir menghentak hentakkan kakinya. Vani hanya menggeleng menjawab pertanyaan adiknya.
"Mbak udah balik kog nggak bilang mama? " Tiba-tiba mama keluar dari teras belakang.
"Hehe iya ma. Maaf. Itu belanjaannya udah mbak taruh ke atas meja makan"
"Terus ini kalian mau kemana? " Tanya Karin heran, biasanya Dhirga tidak suka jika jalan bareng Vani.
"Ikut Dhirga pergi sama temennya " jawab Vani. "Vani pamit ya ma" Vani mencium tangan Mama dan diikuti Dhirga.
Lalu mereka menaiki motor Dhirga dan melakukannya keluar rumah, bergabung bersama kendaraan kendaraan lain yang merayap di jalanan.
----------------
"Gus" Panggil Neng Najwa pada Azhar.
"Kenapa? "
"Dari tadi neng perhatiin Gus Azhar diem aja. Kenapa? " tanya neng Najwa sambil menyiapkan makan siang.
"Eh? Engga kog, ngga papa" Azhar berbohong.
"Cerita aja sama neng, ngga neng ceritain ke siapa siapa kog. Janji deh" Najwa menyadari kalau ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh masnya ini. Mengacungkan jari kelingking nya agar Azhar percaya.
"Ngga papa kog neng, beneran ngga ada apa-apa" Jawab Azhar sambil mengelus rambutnya yang terbalut kerudung merah seperti anak kecil.
"Ih ya udah" Neng Najwa ngambek, dan berlalu pergi meninggalkan Azhar dan makan siang nya.
"Eh, jangan gitu, ngga usah ngambek. Iya deh Gus ceritain" Azhar menarik tangan neng Najwa untuk mencegah neng Najwa pergi. Bisa payah kalau sudah ngambek, suka berhari-hari ngga mau wajak ngobrol, susah makan lagi. Katanya sih gitu kalau anak terakhir gampang ngambek.
Neng Najwa mendekat ke arah Azhar dan duduk di pangkuannya masih sambil cemberut. Benar benar seperti anak kecil yang lupa dibelikan mainan oleh ayahnya.
"Jadi gini, tadi pas neng Najwa beli minum di alfamart, ada cewek yang dirampok terus mas tolongin. Habis itu cewek itu bilang makasih dan ngenalin dirinya. Namanya Alvania, udah gitu aja, ngga ada apa apa.
" Pasti aa' langsung pergi kan? "Tuduh Najwa yang sangat tepat dan Azhar hanya bisa mengangguk.
" Eh, bentar, kayaknya neng Najwa pernah denger nama Alvania deh. Oh iya, di pesantren ada yang namanya Alvania. Dia orang nya baik, cantik, ceria, ramah lagi. "
"Kan yang namanya Alvania bukan cuma itu. Dan menurut Gus dia bukan Alvania yang tadi neng sebutin, karena kalau nggak salah tebak, dia bukan anak pesantren sih, walau pun menutup aurat" Azhar menduga.
neng Najwa hanya mengangguk, seperti nya juga begitu. Neng Najwa juga tidak begitu kenal kakak kelas yang bernama Alvania itu. Dan bukan kah kalau misal itu Alvania yang sama dan mondok di pesantren Al-Asyrof harusnya mengenal Gus Azhar? Kan Azhar itu Gus nya. Neng Najwa tidak tau saja kalau kesempatan bertemu santri putri bagi Azhar itu sangat minim. Dan sembilan puluh lima persen dari santri termasuk abdi ndalem itu tidak tahu bagaimana wajah gusnya.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Maaf banget kalau banyak typo yang betebaran. Maklum masih tahap belajar dan baru.minta like, vote dan komen nya ya readers.... minta dukungan kalian.
Minta komentar yang membangun dan bukan komentar yang cuma bikin nyesek. Makasih ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan