holiday

4.1K 215 0
                                    

agar selalu berakhlakul karimah dan tetap menjaga nama baik pesantren.
_Ummah dan Abah.

----------------

"yuhuy deh liburan! Holliday? " Seru Vani senang ketika seorang abdi ndalem sudah menempelkan pengumuman tanggal penjemputan di mading utama. Kalau sudah ditempel di mading utama, itu artinya pengumuman sudah sangat final dan tidak bisa diganggu gugat.

Kemarin mereka sudah menyelesaikan tes semester ganjil dan juga tes madin. Setelah tiga minggu mereka memeras otak, tenaga, perasaan dan semuanya, kabar bahwa tiga hari kedepan akan ada penjemputan jelas mengobati semua kelelahan mereka. Menurut santri, liburan adalah hal yang selalu ditunggu. Apapun kondisi nya. Menurut mereka, semua masalah akan selesai kalau sudah pulang ke rumah. Membahas tentang liburan pasti sangat menyenangkan apalagi kalau sudah ada pengumuman tanggal penjemputan.

"Holiday marakke kere" Celetuk Ata, ah slogan itu. Sudah sangat akrab didengar. Kan ada lagunya juga.

"Kere nggak bikin mati" balas Mela mencibir.

"Udahlah kere aja dipikirin" sambung Vani.

"Iya yang hokay, horang kaya" cibir Mela. Hey, kenapa Mela jadi suka mencibir?

"awkarin naik kopaja, iyain aja" Kata Vani malas berdebat, sebenarnya tadi dia tidak bermaksud untuk sombong. Tapi ya mungkin memang mereka salah menanggapi. Di antara mereka bertiga, Vani memang yang paling kaya. Meskipun Ata dan Mela juga bukan orang bawah.

"Bahasa kamu alay" Ata berlagak seolah akan muntah.

"Terserah apa kata orang. Kuping gue udah kesumpel do'a. " jawab Vani cuek.

"Gue? Kamu sledeng? " Tanya Ata heran.

"Alhamdulillah atas segala nikmat Allah. Gue masih sehat wal afiat" Jawab Vani watados. Wajah tanpa dosa. Kadang Vani memang tiba-tiba berbicara dengan menggunakan lo gue. Ngga tau kenapa, kesambet setan Ancol kali.

"Apaan dah, begituan juga dipermasalahkan" Mela melerai kedua sahabatnya lalu berjalan ke arah kantin karena perutnya sudah keroncongan. Vani dan Ata pun saling pandang dan kemudian mengikuti Mela karena perut mereka juga sudah lapar.

----------------

"Ummah! " Seru neng Najwa  saat pulang sekolah kepada Ummah yang sedang duduk di ruang tamu karena barusan ada tamu wali santri yang soan, menyoankan anaknya karena ada hajat.

"Assalamu'alaikum dulu neng" Ummah mengingatkan Neng Najwa. Neng Najwa ini memang kadang suka lupa mengucap salam kalau lagi terburu-buru.

"Assalamu'alaikum Ummah yang cantik" ucap Neng Najwa sambil nyengir, memamerkan gigi nya yang rapi.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pasti neng Najwa lagi ada pengennya" Kata Ummah sudah hafal dengan perilaku putri terakhir nya yang kini sedang ndusel ndusel disamping nya.

"Ummah mah tau aja" Neng Najwa mencubit pipi Ummah pelan masih sambil tersenyum.

"Kenapa? " tanya Ummah to the poin.

"Neng Najwa pengen ke rumah nenek, mah." Neng Najwa mengedip kedipkan matanya bermaksud agar Ummah memperbolehkannya.

"Berapa hari di sana? " tanya Ummah lagi.

"Seminggu aja deh, mah" sekarang neng Najwa menaik turunkan alisnya. Ada ada saja kelakuannya.

"Kenapa tiba-tiba? " Ummah jelas heran, ini sangat mendadak. Biasanya neng Najwa kalau diajak nginep malah nggak mau.

"Pengen aja, mah. Jadi anak kota bentar" Neng Najwa merengek manja.

Nenek nya memang tinggal di kota. Beda kan ya sama nenek lain kalau di cerita, nenek nya pasti di desa.

"Sama mas Azhar ya" tawar Ummah.

"Kalau sama mas Azhar mah sama aja, Ummah. Di mana-mana nanti diikutin. Enggak mau ih, nanti jadinya di rumah terus" Neng Najwa cemberut.

"Terus di sana sama siapa? Neng Nela pasti nggak mau kan" Ya memang. Neng Nela ini tidak menyukai keramaian, jadi tidak begitu suka dengan kota. Bahkan kalau sedang di rumah nenek pasti ngajakin pulang terus.

"Sendiri, mah. Neng Najwa kan udah besar" jawab neng Najwa mantap.

"Di sana sama mas Azhar atau nggak usah kesana. Nek mboten purun mboten usah" ucap Ummah tegas.

"Dianter aja yha, mah. " Neng Najwa masih berusaha menawar. Ummah memandang neng Najwa lama.

"Dua hari Azhar disana lima hari Najwa sendiri" Ummah berusaha sedikit berbaik hati.

Meskipun tidak sepenuhnya, Neng Najwa tetap senang. Saking senangnya Najwa mencium pipi Ummah berkali-kali dan melompat-lompat tapi malah tak sengaja menabrak Abah yang baru saja masuk ndalem setelah selesai mengajar Abdi ndalem.

"Ada apa kog sampai lompat lompat gitu? " Tanya Abah heran.

"Besok kan Holliday, Neng Najwa mau nginep di rumah nenek satu minggu, diantar gus Azhar dua hari" ucap Neng Najwa menjelaskan.

"Udah dibolehin sama Ummah?" Tanya Abah.

"udah lah. Udah dibolehin sama Ummah" Abah memandang Ummah memastikan. Dan Ummah mengangguk sambil tersenyum.

Kalau Ummah sudah memperbolehkan, Abah pasti juga memperbolehkan. Karena kalau masalah anak, Abah menurut saja pada Ummah. Ya walau tidak sepenuhnya. Karena menurut Abah, Ummah lah yang paling tau tentang anak anak. Jelas saja kan Ummah yang mengurus mereka dari kecil.

----------------

Hari ini adalah hari penjemputan santri baik putra maupun putri. Semua santri menunjukkan wajah senang dan tidak sabar menunggu di jemput, walaupun ada juga yang menangis karena akan berpisah. Padahal kan di rumah masih bisa bertemu.

Vani, Ata, dan Mela sudah bersiap dengan seragam pulang mereka yang berwarna hijau, begitu juga santri yang lain.

Sebelum dijemput, semua santri akan berkumpul bersama abah dan Ummah untuk diberi beberapa wejangan saat liburan. Seperti agar tetap menjaga akhlakul karimah dan menjaga nama baik pesantren. Setelah itu acara akan dilanjutkan dengan salam salaman tapi hanya kepada Ummah.

Selesai berkumpul dan salam salaman, Vani, Ata, Mela dan juga santri yang lain mengeluarkan barang barang mereka yang sudah di packing sejak tadi malam dan menunggu dijemput. Semalam Vani, Ata, dan Mela tidak tidur, itu yang selalu mereka lakukan saat malam penjemputan, bercita dan bercanda tawa untuk perpisahan. Padahal saat liburan pun mereka sering ketemuan.

Sampai di luar gerbang pondok putri, sudah ada Kevin dan Karin, orang tua Vani yang sudah menjemput. Vani langsung menghampiri orang tua nya dan memeluk nya. Vani melakukan kiss bye kepada teman temannya yang masih menunggu dijemput sebelum masuk mobil.

"Mama tau nggak? " Tanya Vani tiba-tiba saat sudah di dalam mobil.

"Enggak" jawab mama, jelas saja, Vani bahkan tidak menyebutkan pertanyaannya, bagaimana mamanya akan menjawab?

"ya udah sama" Vani berujar dengan watados lagi.

"Ngga jelas banget sih" Nyinyir adik cowok Vani yang duduk di sebelah nya dengan mata yang tetap menatap handphone, sedang memainkan game online nya. Adik Vani yang bernama Gabriel Dhirga Zelefa itu memang ikut menjemputnya tapi tidak ikut keluar mobil tadi.

"Biarin. Lo tu suka sirik banget ya kalo sama aku" Dhirga tidak menjawab meskipun hanya decakan. Ah... adik Satu-satunya ini memang teramat sangat cuek. Selalu berhasil membuat nya sebal.

Perjalanan dari pesantren hingga rumah selama kurang lebih satu jam dilalui dengan candaan, dan obrolan ringan, meskipun juga beberapa pertengkaran antara Vani dan Dhirga.

Vani tersenyum senang saat masih mobil sudah memasuki gerbang rumah. Rasanya sudah tenang jika sudah melihat keluarga dan rumahnya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ


Tanya tanya bisa ke @zuhana_ndfh

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang