Ya Allah jika gus Azhar memang jodoh ku yang telah kau berikan dalam garis kehidupan hambaMu ini maka jadikan lah dia jodoh yang terbaik dan buatlah hubungan kami tentram dan penuh ridhamu, Ya Allah"_Alvania
----------------
"Cela, Brasco, Vani! Ayo makan, nak" Seru mama dari lantai bawah.
Aku dan dua kembar ini sedang berada di balkon lantai dua, asyik bercanda menceritakan kehidupan kami masing masing dan tertawa ketika ada yang konyol.
"Iya, ma!" Vani juga membalas berteriak.
"Yok" Ajak Vani ke sepupu kembar nya itu.
Mereka turun menuju meja makan yang sudah tersedia makanan dan semua sudah berkumpul.
Vani, Afcela, dan Brasco ikut duduk di sana, Vani duduk di sebelah Dhirga dan di sebelah nya ada dua kembar.
Semua makan dalam diam setelah berdo'a bersama.
Melihat mamanya yang sedang melayani papa mengambil nasi dan lauk pauk membuat Vani jadi berpikir.
'Bagaimana ya kehidupan ku setelah menikah sama gus Azhar? Akankah masih bisa bersantai santai dan semudah ini? Enak nggak ya jadi bu nyai? Apa aja ya tanggungan nya?
Apakah keluarga ndalem bisa menerima aku sebagai orang awam? Bagaimana aku kehidupan ku dengan dikelilingi ribuan santri, apa santri akan menghormatiku atau memandang rendah ya? Lulus Al-Asyrof aja aku belum.
Apakah Gus Azhar adalah orang yang humoris dan satai seperti saat dikelas? Apa gus Azhar mau membimbing aku? Kan aku nggak tau apa apa. Gimana kalo selama ini sifat gus Azhar cuma pura pura? Kalau pura pura.... " Lamunan Vani tentang beberapa pertanyaan atau banyak pertanyaan itu buyar seketika saat Karin menepuk pundaknya.
"Jangan ngelamun, dimakan!" tegur mama.
"Ngelamunin apa hayo?" Afcela menggoda dengan kerlingan matanya.
"Ngelamun? Enggak kog!" Vani mengelak.
"Kalo nggak ngelamun, kenapa makanan nya cuma di liatin? Nggak mungkin kan makanan pindah sendiri ke perut kalau cuma diliatin?" Brasco menaik turunkan alisnya, ikut menggoda seperti kembarannya.
Dhirga diam, dia tau apa yang sedang ada dipikiran mbaknya ini, secuek cuek nya Dhirga kalau itu tentang keluarga, dia bakalan ikut memikirkan.
"Udah, udah. Biarin mbak Vani makan dulu" Karin melerai mereka. Kalau nggak ada yang melerai, bisa sampai semua makanan di meja makan habis. Dan semua kembali khusyuk dalam makanan mereka masing masing.
----------------
Jam dinding yang menempel di dinding kamar Vani sudah menunjukkan bahwa sekarang jam dua dini hari.
Vani masih bertahan dengan mata yang tidak kunjung terpejam, mata Vani masih tetap terjaga membuat empunya gusar sendiri. Sudah berkali kali Vani berusaha memejamkan matanya tapi tetap tidak tidur.
Bayangan dan pemikiran tentang lamaran dari gus Azhar tidak pernah mau lepas dari ingatannya. Itu alasan Vani belum tidur hingga jam dua dini hari.
Kalau orang lain saat dilamar dengan sang pacar atau pun pilihan nya tidak bisa tidur saking senang nya. Kalau Vani justru tidak bisa tidur karena bingung akan seperti apa kehidupan nya setelah ini.
"Ya Allah jika gus Azhar memang jodoh yang telah Kau berikan dalam garis kehidupan hambamu ini maka jadikan lah dia jodoh yang terbaik dan buatlah hubungan kami tentram dan penuh ridhamu, Ya Allah" Doa Vani akhirnya lalu lekas berusaha tertidur walau nyatanya entah sampai kapan dia tetap terjaga. Bahkan Vani sudah membaca doa sebelum tidur berkali kali tapi tetap belum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is mine (END, Segera Terbit)
Teen Fictiontentang Alvania yang tidak pernah menduga akan apa yang terjadi pada hidup nya ini cerita berlatar pesantren dan kehidupan santri peringkat yang pernah diraih # 1 dalam jurusan