fezral tau

3.2K 183 0
                                    

"Kalau memang berjodoh pasti Allah sendiri yang akan ngasih jalan. Percaya aja sama takdir Allah" _Nela

----------------

"Gus, neng Najwa punya kabar bagus banget buat Gus Azhar" Panggil neng Najwa kepada Gus Azhar yang baru masuk ndalem, dari tadi neng Najwa memang menunggu nya. Gus Azhar mendekat dan duduk di sofa samping adiknya.

"Apa? " Tanya Azhar sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Neng sekarang tau gimana sifat nya mbak Alvania. Alvania kelas XII IPA A kan?" Neng Najwa memastikan. Gus Azhar mengangguk.

"Orang nya tuh baik, ceria, tapi bisa kalem di situasi yang tepat. Kalau misal ada masalah suka dipendem sendiri nggak mau nyusahin temennya. Mbak Alvania atau yang sering dipanggil Vani itu juga nggak pernah milih milih temen, semua ditemenin, walau dia punya sahabat yang kompak banget, dia nggak pernah ngerasa nge genk dan ya supel. Terus apalagi ya? Oh iya mbak Vani itu juga pinter, famous juga dan yang penting Gus, dia itu hafidhoh. Cantik lagi, kalau misal Gus Azhar mau sama mbak Vani, Neng dukung banget. Banget banget malah. Emh, wajahnya itu untuk banget, neng Najwa suka" Neng Najwa berbicara tanpa memberi jeda untuk Azhar membalas.

"Iya semua nggak segampang itu Neng. Keputusan nggak cuma di tangan Gus Azhar atau neng Najwa neng Nela saja. Bahkan sembilan puluh persen keputusan buka di tangan Gus. Meskipun keadaan mendesak, keputusan tetap tidak di putuskan begitu saja. Semua pasti banyak pertimbangan. Alvania bukan dari keluarga pesantren bukan? Bahkan katanya dia benar benar beragama Islam baru beberapa tahun ini" Kata Azhar gemas sendiri.

"Jangan langsung putus asa gitu dong, Gus. Neng Nela pasti dukung kog. Alvania memang gadis yang baik" Ucap neng Nela tiba-tiba duduk disamping Azhar. Wajah nya segar sehabis mandi, bahkan aroma sabun masih menguar dari badannya. Habis ini neng Nela akan diluluri karena acara nya dilakukan nanti malam. Akad nikah dan resepsi dilakukan dalam satu waktu.

"Tapi neng-" Ucapan Azhar terpotong.

"Tadi neng juga cari tau tentang Alvania itu. Prestasi nya bagus, belum pernah alva dan jarang izin kecuali ada acara organisasi. Sopan sama guru, dan ya intinya bagus deh."

"Nah tuh bagus kan mbak Alvania itu" Neng Najwa mendukung.

"Tapi kog tadi pas neng Najwa tanya tentang mbak Vani itu, temen neng Najwa ada yang keceplosan bilang kalo mbak Vani itu deket sama abdi ndalem yang namanya Fezral" Ucapan itu membuat Azhar jadi bingung.

"Beneran? Lah Fezral aja yang aslinya ngajar nahwu di kelas Vani tapi Gus suruh gantian, dia diem aja"

"Ya gimana? Nggak mungkin kan protes? Kamu tuh suka kepinteran deh" Neng Nela menggerutu sebal.

"Tapi itu bisa aja cuma gosip miring, kan biasa kalo di pondok putri itu cuma gosip gosip doang" Ucap neng Najwa, neng Nela dan Gus Azhar cuma mangut mangut, memang benar kan. Cewek itu memang hobinya ngge gosipin apa yang belum pasti.

"Tapi nasabnya, neng?" Azhar kembali memberikan pertanyaan.

"Ummah kan juga bukan dari keluarga pesantren kan? Lagian ya ini tuh keadaan nya dhorurot mungkin bisa dipermudah" Neng Nela tetap menyemangati.

"Tapi Ummah berasal dari keluarga yang cukup terpandang karena ilmu agama nya. Sedangkan mbak Vani itu kan punya perusahaan Zelefa kan ya? Nama lengkap nya juga Alvania Nu'af Zelefa. Lagian gimana nanti sama umi Ana dan abi Bilal?" Kini neng Najwa yang bersuara.

Neng Najwa menyebutkan nama dua saudara nya. Abi Bilal adalah adik abah dan umi Ana itu istri nya. Umi Ana memang neng dan Abi Bilal pun mempunyai pesantren sendiri, meskipun pesantren Abi Bilal masih banyak berhubungan dengan pesantren Al-Asyrof. Mereka memang selalu menentang kalau ada salah satu keluarga yang akan menikah dengan yang bukan berasal dari keluarga pesantren. Mereka selalu beranggapan 'kalu ada Gus atau neng kenapa harus memilih orang biasa? Kita juga harus menjaga nasab dan pandangan orang juga' Mereka juga yang dulu menentang pernikahan Abah dan Ummah dengan argumen nya karena Abi Bilal menikah lebih dulu dari abah.

"Kalau memang berjodoh pasti Allah sendiri yang akan ngasih jalan. Percaya aja sama takdir Allah" Ucap neng Nela yang diangguki Gus Azhar dan neng Najwa.

----------------

Fezral menundukkan kepala sambil memegang keningnya menahan gusar. Tak sengaja tadi saat mengantarkan barang hiasan ke ndalem dia mendengar bercakap tiga bersaudara itu. Awalnya dia tak mau menanggapi, tapi saat telinga nya menangkap nama Alvania disebut oleh salah satu dari merek, Fezral memutuskan untuk menguping.

Masih sambil menunduk, Fezral keluar ndalem lewat pintu dapur.

"Ilham, aku balik kamar ya, mau tidur dulu bentar, agak nggak enak badan" Fezral berkata kepada Ilham. Ilham memandang mata Fezral, melihat sorot mata Fezral yang terlihat tidak seperti biasa nya dan langkah nya yang gontai, Ilham tau bahwa temannya ini memang sedang tidak baik baik saja.

"Ya udah sana istirahat aja" Ucap Ilham.

"Makasih ya" Fezral berlalu dari hadapan Ilham. Pikiran nya penuh dengan percakapan ketiga kakak beradik tadi. Kini ia tau kenapa tiba-tiba Gus nya meminta bergantian tugas mengajar nahwu untuk putri.

Ternyata bukan hanya kedudukan guru yang diminta oleh Gus nya, tapi juga kedudukan nya di hati Alvania. Fezral memutuskan untuk mundur, bukan, ini bukan karena Fezral lemah dan mudah menyerah. Tapi jika saingannya adalah Gus nya sendiri, ia harus bagaimana lagi selain berhenti? Tidak mungkin seorang santri bersaing dengan Gus nya sendiri. Meskipun ia tau Alvania sudah menyayangi nya, dia tetap tidak berkuasa, Vani juga tidak mungkin bisa menolak Gus nya. Fezral memutuskan untuk sedikit menjaga jarak dengan Vani, agar dia dan Vani terbiasa jika  nanti mereka harus berpisah.

----------------

Jam sembilan malam, seluruh santri sudah siap dengan baju seragam yang berbeda setiap angkatan. Begitu juga dengan Vani, Ata, dan Mela yang Alhamdulillah sudah sehat.

Seluruh santri kemudian keluar untuk membantu mempersiapkan acara, termasuk ketiga sahabat tadi.

Begitu Vani dan kedua sahabat nya keluar gerbang pondok putri, Vani langsung melihat Gus Azhar yang sedang memegang tangan Ummah. Karena gerbang pondok putri menghadap ke arah ndalem, jadi pemandangan itu semakin jelas.

Bagaimana mungkin seorang santri boleh memegang tangan bu nyainya? Bahkan dengan jarak tubuh yang sangat dekat. Dengan tanpa izin, sebuah pemikiran muncul di kota-kota cerdas Vani. Apakah mungkin lelaki yang waktu itu menolong nya dan kini menjadi guru nahwu nya adalah Gus Azhar? Bukan kah dia bisa tiba-tiba menjadi guru nahwu bertukar posisi dengan Fezral? Padahal sangat banyak syarat agar guru laki-laki muda bisa mengajar di kelas putri. Ya tapi bisa saja itu keputusan madrasah.

Azhar mengedarkan pandangannya ke sekitar dan matanya bertabrakan dengan mata Vani yang juga memperhatikan nya bersama beberapa santri di sekitarnya. Azhar yang sadar kemana arah pandangan Vani langsung melepas tangannya yang memegang tangan Ummah dan sedikit menciptakan jarak dengan Ummah.

"Ummah, itu Alvania yang tadi Azhar ceritain, yang mungkin besok bisa jadi menantu Ummah" Ucap Azhar dan menunjuk Vani dengan dagunya. Sebelumnya Azhar memang sudah menceritakan tentang Alvania kepada Ummah. Ummah belum bisa memutuskan akan memberikan restu atau tidak, katanya nanti akan di musyawarah kan setelah acara resepsi selesai.

Vani yang merasa di perhatikan oleh lelaki itu dan Ummah segera berlalu dan membantu pekerjaan santri lain. Meskipun dia belum bisa fokus karena pernyataan itu masih menjadi pertanyaan baginya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang