iqamah

2.4K 155 0
                                    

"Abah, Ta. Kondisi abah makin parah, kritis, dan lagi abah pasti nggak mau dibawa ke rumah sakit" _Alvania.

----------------

Bel jamaah terdengar nyaring di seantero pesantren melalui spiker yang di pasang di beberapa sudut.

Vani yang mendengar nyaring nya bel itu langsung mengajak tema sekamar nya dan juga Ata dan Mela yang masih berada di kamar nya untuk segera bersiap siap jamaah.

Tentu saja mereka heran, karena biasanya Vani santai, meskipun tidak pernah ketinggalan jamaah. Biasanya Vani hanya berada di shaf tengah tapi sekarang baru dua orang di mushala putri, Vani sudah siap berangkat jamaah.

Vani juga tidak tau apa yang sedang dia lakukan, tetapi yang ia tau ia hanya ingin jika nanti ketika waktu itu tiba, dia tidak akan dianggap remeh oleh orang lain terlebih santri nya sendiri.

Vani dan teman teman nya menunggu Ummah rawuh untuk mengimami dengan membaca alquran dan shalat qobliyah.

"Van, lo nggak kesambet jin islam kan waktu kemarin pulang?" Mela berbisik kepada Vani setelah menyelesaikan satu juz nya, takut mengganggu santri lain yang seperti nya masih nderes.

"Alhamdulillah mboten, pripun?" Jawab Vani, Mela semakin yakin kalau temannya ini memang kemasukan jin. Sejak dulu pertama masuk pesantren, Vani sangat jarang menggunakan bahasa Jawa, hanya kepada orang orang tertentu, sedangkan ini? Hanya berbicara dengan nya saja memakai bahasa Jawa.

"Kog kamu beda sih?"

"Beda? Beda apanya? Engga kog, dari dulu aku kayak gini, masa iya dari kepompong jadi kupu kupu?" Jawab Vani sekenanya.

Sebelum Mela kembali melontarkan pertanyaan, terdengar suara shalawat tibil qulub. Shalawat itu dilantunkan saat Ummah nembe miyos mushola, dan semua diam.

Ketika Kayla akan melantunkan iqamah, Ummah berbalik badan dan menyela.

"Nanti atau besok, yang iqamah mbak Alvania nggeh, mbak?" Ujar Ummah yang tentu saja membuat semua yang mendengar kaget.

Ummah tidak pernah memilih milih santrinya apalagi hanya sekedar iqamah saja, tapi kenapa tiba tiba Ummah menunjuk mbak Vani?

Vani menunduk, dalam hati dia sangat berdoa agar semua santri yang mendengar dan sekarang tercengang tidak menaruh curiga pada nya.

Setelah Ummah kembali menghadap kiblat, Kayla meneruskan iqamah nya. Jamaah di mulai, Vani dapat dengan jelas mendengar beberapa santri yang berbisik bisik tapi Vani berusaha acuh dan memfokuskan pikiran pada shalat nya.

----------------

Vani, Ata, Mela dan juga yang lainnya sedang berjalan bersama menuju kamar mereka yang bersebrangan setelah shalat jamaah selesai.

"Van, kog aku nggak yakin kalau saat kamu pulang kamu nggak ada apa apa" ucap Ata yang diangguki oleh semua tentu saja tanpa Vani.

"Apa apa, maksudnya apa sih?" Vani mencoba ngeles. Masih tidak yakin untuk menceritakan semua ini. Takut kalau temannya serangan jantung berjamaah.

"Kamu pasti paham lah apa yang kita bahas?"

"Apaan sih? Kalian bahas apa? Dari tadi kan kalian diem aja. Orang kita dari mushola aja bareng bareng" Vani masih mengelak.

"Tentang kamu pulang kemarin, kamu beda banget tau nggak sih?"

"Engga " Jawaban Vani yang enteng seolah tak berdosa itu membuat yang lain ingin mencakar wanah ayu Vani yang menunjukkan ekspresi watados, wajah tanpa dosa.

"Udah lah, percuma tanya ma Vani mah. Besok juga dia cerita sendiri kalau masih anggap kita temen sih.

Lagian pembahasan nya itu mulu, padahal kalian juga tau kalau Vani nggak akan jawab.

Cerita yang lain aja lah, mungkin yang dilakuin Vani waktu dirumah?" Sela Mela yang melihat akan ada yang bertanya lagi.

Vani mengangguk menyetujui ucapan Mela, meskipun ucapan nya agak nyesek tapi Vani tau kalau sebenarnya sahabat nya ini sedang menyelamatkan nya dari amukan kepo teman teman nya.

Vani menceritakan apa yang dilakukan nya selama di rumah, dan yang lucu atau yang garing. Tentu saja yang tentang keluarga ndalem di lewati oleh Vani. Bahkan sesuatu yang sedang tranding di media sosial pun ikt masuk pembahasan.

"Mbak Vani!" panggil Putri, salah satu adik kelas yang kamar nya dekat dengan kamar Vani.

"Ada apa?" Pandangan Vani menyelidik, Putri terlihat panik, padahal Putri adalah seseorang yang kalem dan selalu bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

"Putri mendekati rombongan kelas dia belas itu dan lebih mengarah ke Vani, tentu saja karena yang tadi dipanggil juga Vani.

" Beneran?" Pekik Vani kaget saat Putri sudah selesai membisikkan beberapa kalimat di telinganya.

Ata, Mela, dan yang lainnya langsung berebut bertanya.

Vani langsung masuk ke kamarnya karena posisi mereka memang sudah sampai depan kamar Vani. Vani masuk dengan tergesa-gesa dan tanpa menjawab pertanyaan dari yang lainnya.

"Ada apa sih, Van?" Ata menahan gerakan tangan Vani yang sedang melipat mukena nya dengan asal.

"Abah, Ta. Kondisi abah makin parah, kritis, dan lagi abah pasti nggak mau dibawa ke rumah sakit" Vani melepas tangan nya dengan mata yang sudah berkaca kaca, raut khawatir terlihat jelas di wajah nya.

Ata beralih membantu.
"Kenapa cuma kamu yang dikasih tau? Biasanya semua dikasih tau untuk meminta doa para santri" Mela bertanya, menyuarakan pertanyaan yang sama yang bersemayang di otak yang lainnya.

"Mungkin ndalem lagi sibuk" Vani menjawab sekenanya sambil menggunakan kerudung segi empat nya, karena terburu buru, Vani tertusuk jarum pentul yang sedang dia gunakan.

"Aaaww" Tetapi Vani tak mempedulikan jari nya, dipikirannya sekarang pasti akan terjadi sesuatu, entah apa itu.

"Nggak masuk akal banget, Van" Kayla mencibir.

"Oke, nanti aku jelasin, semuanya. Tentang kemarin aku pulang. Tapi sekarang biarin aku pergi sama Putri, kalian do'ain yang terbaik, semoga abah nggak apa apa, dan semua kembali baik baik aja. Oke?" Vani menatap mereka semua satu persatu. Mereka mengangguk. Vani segera berlalu dengan Putri.

Melihat ini, semua kembali yakin kalau pasti ada apa apa antara Vani dan keluarga ndalem.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

He Is mine (END, Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang