Bab 5. Pengabdian

12 1 0
                                    

Tak terasa tiga hari telah berlaru. Dikediaman pangeran mahkota, kini raiden sedang memeluk adik manisnya yaitu zya. Zya terus menangis karena tak ingin ditinggal pergi kakaknya,tak kunjung pula melepaskan pelukannya. Malah seakan lebih erat mencengkram pinggang sang kakak.

"Zya, sudah ya lepaskan kakakmu ini. Kakak semakin sulit bernapas. Pelukanmu ini terlalu kencang. " raiden mencoba melepaskan pelukan zya

"Tidak. Zya tidak izinkan kakak pergi. Zya tidak ingin jauh dari kakak. Biarkan zya ikut kak!, supaya zya selalu bersama kakak. "  zya perlahan melonggarkan pelukannya.

"Tidak zya!, kamu itu masih terlalu kecil. Lagi pula kakak berjanji akan selalu mengirimkan surat padamu. "raiden mengelus surai panjang hitam milik zya.

"Kakak janji ya untuk selalu menjaga diri kakak diluarsana, dan jangan lupa untuk mengirimkan surat setiap hari pada zya. " zya menatap netra kakaknya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya adik manis, kakak janji. " raiden tersenyum lalu mengaitkan jari kelingkingnya pada jari zya.

Mereka berdua menuruni tangga menuju halaman istana. menemui raja alexs dan selir anye yang menunggu mereka.
Di depan sana sudah terdapat kereta kuda berlambang kerajaan MoonRedgar yang menunggu untuk segera berangkat.

Raja dan selir anye bergantian memeluk raiden sebagai tanda perpisahan. Mereka juga memberi wejangan dan nasihat kepada raiden sebelum putra mereka pergi meninggalkan kerajaan.

"Jaga dirimu baik-baik" raja menepuk kedua bahu raiden

Selir anye menggenggam tangan raiden lalu berucap
"Jangan lupa makan yang banyak, istirahat yang cukup dan jaga kesehatanmu"

Zya yang menyandarkan punggungnya di dinding istana, berdiri mendekati sang kakak sambil berkacak pinggang
"Jangan mencari adik baru!, ingat di sini ada adik kesayanganmu yang sedang menunggu dan segera kirimkan surat setelah kakak sampai, mengerti!. " ucap zya sambil berbicara menirukan gaya orang dewasa.

Raiden tersenyum melihat tingkah laku adiknya ini
"Baiklah adik setengah ibu suri, perintah yang mulia akan hamba laksanakan" raiden membungkuk di selingi tawa yang menampilkan deretan giginya.

Mereka berempat pun tertawa. Setelah itu raiden berjalan, hendak memasuki kereta kuda. Setelah di dalam kereta ia melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan kepada keluarga tercintanya. Walau sebenarnya ia tak rela berpisah dari keluarganya apalagi adik kesayangannya. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua merupakan kewajiban dan syarat yang harus di tempuh sebagai calon penerus kerajaan.

         ***

Hari terus berjalan melewati berbagai musim yang hadir, lalu perlahan berubah setelah masanya telah usai. Terus berlanjut hingga bulan kini berubah menjadi tahun, dan hari-hari yang zya lalui tanpa sang kakak hanyalah kesepian. Walaupun kakaknya selalu mengirimkan pesan dan mereka selalu berbalas surat. Namun tetap zya merasakan kesepian yang mendalam.

Ayah nya raja alexsanders sekarang jarang menemuinya. Sang raja yang disibukan dengan urusan kerajaan disertai dengan munculnya penyerangan di berbagai perbatasan membuat raja alexs kewalahan dan harus turun tangan mendatangi setiap daerah yang mengalami penyerangan.

Jenderal Louis guru pedang dari zya, kini sudah hampir setahun tak pernah pulang dan terus berada di daerah perbatasan. Setahun ini pula zya selalu berlatih pedang sendiri tanpa ditemani orang lain.

Selir anye disibukan dengan kesibukannya sebagai pengganti ratu. Raja yang selalu pulang pergi ke perbatasan kini mencurahkan tanggung jawab istana kepada selir anye dan penasihat kerajaan.

Terkadang di sela-sela latihannya zya selalu pergi menemui ibunya untuk menghadiri berbagai rapat kerajaan. Zya yang memiliki pemikiran di atas rata-rata usianya terkadang memberi solusi terhadap masalah yang di hadapi kerajaannya.Dan itu cukup membantu,memberi peluang untuk memecahkan setiap masalah yang ada.

KING or QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang