Bab 32. Kisah Naga Putih

1 1 0
                                    

Daratan membentang dibawah sana. Lautan biru dan hijau zamrud dari padang rumput, dihiasi sungai yang mengalir hitam seperti tinta yang membelah kanvas. Bukit yang menjulang pun tampak seperti tonjolan kecil dari atas sini. Ditambah angin menderu kencang di telinga, hampir terdengar seperti raungan yang ganas.

Phoenix mengepakkan sayapnya beberapa kali, terbang tinggi menembus awan. Perasaan angin kering yang menampar wajah, disaat burung itu meliuk terbang lebih tinggi. Dan bagaimana udara mengalir halus, lebih tepatnya membuai, disaat terbang seimbang di udara.

"Apa kau baik-baik saja?" ucap phoenix membelah kesunyian yang berlangsung cukup lama.

Zya cukup terkejut sampai ia melepas sebelah pegangannya. Untung saja ia dapat mengendalikan diri sehingga tak hilang keseimbangan dan jatuh kebawah.

"Apa aku mengagetkanmu?" tanya phoenix kembali.

"Ya, sedikit" jawab zya tersenyum sekilas.

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan? ku rasa kau menjadi sering melamun setelah perbincangan terakhirmu malam tadi dengan pendeta narada" ucap phoenix pada zya.

Zya tersenyum kecut "Apa kelihatan sekali?" tanya zya balik, yang tidak mendapat respon dari burung itu.

"Kau bisa menceritakannya padaku.  Kupikir akan lebih baik jika kau mau berbagi masalahmu dengan orang lain" ucap phoenix bijak

Zya menggigit mulut bagian dalamnya. Mengambil nafasnya sejenak kemudian membuka suara
"Jadi begini.......... "

~~~ flashback on ~~~

Malam hari di kuil suci pegunungan Dragnia

"Makanlah!, kau pasti sangat lapar" ucap guru suci narada pada zya.

"Terimakasih guru. Sudah 2 bulan terakhir ini aku tak makan seenak dan sebanyak ini" jawab zya sambil terus menyuapkan makanan pada mulutnya.

Guru narada tersenyum halus "Kalau begitu habiskan" ucapnya

Zya mengangguk diiringi senyuman yang mengembang manis di wajahnya.

"Zya boleh saya bertanya? " tanya guru narada

"Tentu saja maha guru" jawabnya

"Apakah ada seseorang yang saat ini kau pikirkan?"

Zya menghentikan aktivitas makannya. Dan beralih menatap serius kearah guru suci " Maksud guru? " tanyanya tak mengerti

"Mungkin teman perjalanmu. Misalnya? " ucap guru narada penuh teka-teki.

"Jika maksud guru si raja tiran itu. Jawabannya pasti tidak. Malahan aku berharap dia tak selamat dan tak akan menjadi duri atau ancaman bagi kerajaanku" jawab zya pasti.

Seutas garis senyuman terpatri di wajah pendeta suci itu "Memangnya ada yang lain? " tanyanya penuh selidik
 
Mata gadis itu melirik kekanan kekiri memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan guru suci.

"Mmm,, sebenarnya ada seorang pria yang ku temui di lembah suci. Pria itu pula yang menunjukan kami jalan menuju taman halusinasi. Dan dia merupakan seekor naga yang dikutuk." zya melirik sekilas kearah guru narada untuk melihat ekspresinya. "Apa aku boleh mengetahui alasan guru suci mengutuk pria itu?" lanjut zya

Guru narada membalikan wajahnya. Menghindari tatapan zya yang menuntut sebuah jawaban. Raut wajahnya berubah sendu, nampak kerutan diwajahnya semakin terlihat jelas saat ia berbalik menatap kembali kearah zya.

"Apa kau ingin mendengar sebuah kisah? " tanyanya pada zya.

Gadis itu hanya mengangguk, menyetujui tawarannya. Guru narada menarik nafasnya terdahulu sebelum mulai bercerita.

KING or QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang