Zya terbaring tak sadarkan diri paska menyaksikan sendiri kematian kakaknya. Sudah beberapa jam berlalu, namun tak ada tanda-tanda jika ia akan segera sadar. Master rawny menunggu di sisinya, memberi wewangian aroma terapi disekitar hidung zya agar dapat segera kembali sadar.
Master leo mengurusi sendiri proses pemakaman raiden. Tak ada yang boleh mengetahui jika pangeran mahkota MoonRedgar kini telah tiada. Master leo memiliki sebuah rencana bagi zya untuk melakukan sesuatu kedepannya.
Zya perlahan membuka matanya. Silau. Hal yang pertama kali ia rasakan. Netranya menatap master rawny yang berada di sisinya. Memorinya perlahan-lahan bermunculan, mengingatkan zya tentang kematian raiden. Zya langsung bangun dan berjalan sempoyongan mencari keberadaan kakaknya. Ia yakin semua itu hanya mimpi. Ya hanya mimpi. Tak mungkin kakaknya pergi meninggalkannya. Tak mungkin keluarganya habis terbantai dan menyisakannya sendiri disini. Ini semua hanya mimpi. Ya hanya mimpi.
Zya menyusuri semua ruangan yang ada di rumah itu dan tak mendapati keberadaan kakaknya. Ia berjalan keluar rumah mengedarkan pandangannya keseluruh tempat. Namun tak ada.
Apa pertemuan dengan kakaknya juga sebuah mimpi?. Jika iya,zya lebih bersyukur. Lebih baik merasakan rindu yang mendalam karena tak dapat bertemu dengan kakaknya daripada berjumpa kembali namun harus terpisah untuk selama-lamanya.
Master rawny yang berjalan mengekori zya tak mampu berkata apa-apa. Ia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh, kala melihat murid sekaligus putrinya di rundung duka yang mendalam.
Namun pada saat zya melangkahkan kakinya ke belakang rumah. Ia melihat setumpuk tanah yang menggunung hasil dari penggalian tanah tempat pemakaman. Di sisinya terdapat peti mati,berisi jasad raiden yang siap dikebumikan. Master leo merapalkan beberapa do'a seraya memulai prosesi pemakaman.
Zya berjalan gontai menuju jasad kakaknya. Air mata terus menerus mengalir bagai tak kan pernah surut berhenti. Dadanya semakin sesak. Hatinya sakit. Ia tak mampu lagi untuk berdiri diatas kakinya sendiri. Ini bukan mimpi. Ini kenyataan.
Zya menahan peti kakaknya yang siap di masukan kedalam tanah. Zya tak bisa menerima ini semua. Ia tak sanggup berpisah selamanya dari raiden.
Master rawny memegangi tubuh zya,menariknya agar menjauh dari jasad raiden. Zya berontak. Namun master rawny memeluk zya dari belakang agar tak menghalangi proses pemakaman raiden. Master rawny membisikan kata-kata untuk menguatkan zya.
Sampai pada akhirnya peti itu masuk dan terkubur didalam tanah. Tak ada yang menyaksikan proses pemakaman tersebut kecuali mereka bertiga. Master leo meminta semua muridnya berada di perguruan untuk menunggunya disana. Mempersiapkan diri untuk melakukan sesuatu yang mereka semua pelajari selama ini.
Proses pemakaman telah selesai. Zya melangkah ke makam kakaknya. Ia menumpahkan kembali kesedihan dan kehancurannya.
Tangan zya mengepal. Matanya memerah dengan emosi yang meluap luap siap untuk keluar.Ia mencium batu nisan dari makam kakaknya lalu berdiri tegak berjalan kearah master leo. Perubahan emosi zya yang seketika, membuat kedua master itu sontak tak percaya.
"Bantu aku membalaskan dendam ku pada mereka semua yang telah mengambil keluarga dan kebahagianku master". Zya berkata tegas kearah master leo. Raut wajahnya yang dingin menambah aura membunuh pada diri zya.
"Tentu anakku". Master leo menepuk kedua bahu zya. menyetujui keinginan zya untuk membalaskan dendamnya.
"Tapi kita membutuhkan sebuah rencana. Tak semudah itu melawan dua kerajaan besar yang telah menyerang kerajaan ini". Master rawny ikut menimpali perkataan dari dua orang dihadapannya.
"Aku mempunyai sebuah rencana, ikutlah denganku! " master leo mengajak zya dan istrinya untuk masuk kedalam rumah dan membicarakan sebuah rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING or QUEEN
FantasyHujan lebat di sertai gemuruh dan badai saling bersahutan, ditambah petir yang terus menyambar mewarnai kelamnya suasana malam ini. Ditengah keadaan yang mencekam, seorang wanita kini tengah berjuang untuk melahirkan sang penerus kerajaan. Seorang P...