Kedua manik hitam itu saling mengunci satu sama lain. Tak ada yang ingin memulai pembicaraan, sampai akhirnya gadis itu mempertanyakan kehadiran pria dihadapannya.
"Untuk apa kamu kesini? " tanya zya tak mengalihkan tatapannya pada hong yi
Hong yi menarik kedua tangan zya, membawanya kedalam genggaman kuat seakan tak mengizinkannya untuk lepas barang sedikitpun.
"Aku akan pergi membawamu zya. Aku tahu kamu tak menginginkan pernikahan ini terjadi" jawab hong yi yang mendapat gelengan kuat dari zya.
"Tidak. Aku tak akan pergi dari sini. Ini semua keputusanku, demi rakyatku dan demi kedamaian kedua negara ini" zya mencoba melepaskan genggamannya, namun tenaga hong yi jauh lebih kuat
"Apa kamu tak ingin bahagia? Apa kamu tak ingin pergi bersamaku? " tanya hong yi dengan sorot mata yang dalam seakan menelisik penuh menembus netra hitam gadis itu.
"Keselamatan rakyatku adalah kebahagiaanku"
Hong yi memalingkan wajahnya. Tersenyum getir mendengar penuturan yang terucap dari bibir zya. "Mau sampai kapan kamu lebih mementingkan kebahagiaan orang lain, ketimbang kebahagiaanmu zya"
Gadis itu merunduk merenungi ucapan hong yi yang seakan menamparnya. Mengingatkannya tentang masa-masa dimana ia lebih banyak menelan duka ketimbang suka. Hong yi menangkup wajah zya, membawanya keatas menatap wajahnya.
"Kau juga perlu bahagia zya" ucapanya tulus
"Tidak. Jika itu denganmu" jawab zya langsung
"Kenapa? Apa karena kutukan itu? " hong yi mempertanyai alasan zya yang menolak ia ada disampingnya. Gadis itu terdiam, matanya menatap lantai yang terasa dingin walau dilapisi alas kaki sekalipun.
"Sekalipun aku harus mati asalkan bersamamu aku tak peduli zya. Aku sudah menunggumu selama beratus-ratus tahun lamanya. Apa penantianku harus berakhir dengan cara aku tak bisa bersamamu dan memilikimu zya"
Zya termangu. Bibirnya seakan kelu mendengar ucapan tulus yang keluar dari belah bibir pria yang berhasil mencuri hatinya. Zya memberanikan diri mengelus wajah pria tampan itu. Senyuman tulus mengembang di wajahnya, saat perlahan jari itu mulai bergerak menyapu seluruh permukaan wajah hingga berakhir di bibir tipis yang berwarna merah muda itu.
"Tapi aku tak bisa membiarkan kamu mati karena aku" ucap zya diiringi dengan buliran air mata yang membasahi wajah tirusnya.
Hong yi menarik tubuh zya, membawanya kedalam pelukan hangat yang selama ini ia rindukan.
"Ini sudah menjadi takdirku. Dan sebelum semua ini terjadi, aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Hanya bersamamu zya"Baru kali ini zya merasa sangat dicintai tanpa batas oleh orang lain selain keluarganya. Cinta tulus yang membuat hatinya terpaut untuk membalas dan menerima, cinta sejati yang diberikan oleh pria di pelukannya.
"Tapi bagaimana dengan nasib keluargaku jika aku berani melarikan diri bersamamu. Aku takut raja tiran itu akan berbuat macam-macam. Atau bahkan akan mencelakai dan tak segan untuk membunuh orang-orang yang ku sayangi" zya tak akan lupa bagaimana kekejam alard jika ia berani membantah atau mencoba lari darinya. Zya yakin rakyatnya lah yang akan menanggung masalah jika ia berani lari dari masalah ini.
"Apa kamu ingat, apa yang kamu janjikan di terowongan narada?" tanya hong yi tiba-tiba.
Ingatan zya melambung jauh disaat ia berada di pegunungan Dragnia, tempat dimana ia pertamakali bertemu dengan hong yi dan penjaga gua itu. "Tahta, cinta atau nyawa" dan akhirnya zya memilih mengorbankan tahta, agar ia dapat segera keluar dari gua putus asa itu. Tapi Mungkinkah,,,,
"Iya zya. Perjanjian tetaplah harus terpenuhi. Mau seperti apa kamu mencoba mengelak dan menahannya. Janji tetaplah janji yang harus segera kamu tepati" Hong yi mencoba mengingatkan zya. Ia tahu ini tak mudah bagi gadis itu, tapi apa mau dikata. Ucapannya telah tergores menjadi sebuah janji yang harus ia tepati. Jika tidak, kemalangan akan terus menghantuinya dikarenakan kutukan dan sihir dari narada yang tak bisa dipatahkan, sekalipun oleh pembuat kutukan itu sendiri.
Zya melepas pelukannya. Berjalan gontai ke arah jendela, melihat taman istana yang berhadapan langsung dengan aula tempat altar pernikahan berada. Menarik napas sejenak, kemudian mengeluarkanya perlahan. Keputusan yang akan ia ambil, merupakan keputusan terbesar dalam hidupnya. Kerajaan yang selama ini ia pertahankan, pada akhirnya harus ia lepas. Zya membalikan badannya kearah hong yi. Mengucapkan kata-kata yang seakan sulit keluar dari mulutnya.
"Aku akan ikut denganmu" putus zya.
***
Di atas altar suci, lebih tepatnya aula kerajaan yang disulap menjadi altar pernikahan. Alard berdiri dengan gagah perkasa. Ketampanannya berkali-kali lipat lebih terpancar pada saat ia memakai jubah kebesaran ditambah jas hitam yang membalut tubuh atletisnya. Perangainya yang dingin tak menutup aura kepemimpinannya yang berwibawa, yang di puja-puja oleh orang-orang disana, terlebih para wanita yang mencoba menarik perhatiannya.
Semua orang berkumpul untuk menyaksikan acara pernikahan yang sebentar lagi akan dimulai. Terlihat ramainya orang-orang yang berdatangan untuk menjadi saksi dua penguasa kerajaan terkuat yang sebentar lagi akan bersatu.
Disanalah alard bersama seorang pendeta tua, menunggu pengantin wanita yang sebentar lagi akan segera keluar memasuki aula pernikahan. Alard masih tak percaya, ia telah berhasil menaklukkan gadis itu sekaligus kerajaannya. Tak bisa dipungkiri kebersamaannya selama 2 bulan terakhir di pegunungan Dragnia, menimbulan perasaan berbeda di hati alard. Rasa yang baru pertama kali ini ia rasakan. Wanita pertama yang mampu menyita perhatian dan pikirannya. Wanita pertama yang mampu menggetarkan hatinya bila berdekatan dengannya.
Tak terasa rasa gugup menghampiri alard di saat terompet tanda kedatangan calon pengantin wanita di bunyikan. Namun yang ditunggu tak kunjung jua menampilkan raganya. Hingga seorang prajurit berlari tergepoh-gepoh menuju altar utama. Menunduk hormat, prajurit itu menyampaikan maksud kedatangannya
"Ampun yang mulia. Ratu Razya tak ada di kediamannya. Kami sudah mencarinya keseluruh penjuru istana, namun yang mulia ratu tak kunjung kami temukan" lapornya.
Tangan alard mengepal kuat, rahangnya mengeras menampilkan sosok raja tiran yang ditakuti oleh semua orang.
"TEMUKAN RATU RAZYA SEKARANG JUGA. CARI DIA KESELURUH PENJURU KERAJAAN DAN JANGAN PERNAH KEMBALI SEBELUM KALIAN BERHASIL MENEMUKANNYA" perintah alard yang langsung dilaksanakan oleh semua orang disana.
Suasana istana yang semula hening berubah menjadi kacau, oleh orang-orang yang hilir mudik mencari keberadaan ratu mereka. Alard tak tinggal diam, ia ikut mencari keberadaan zya di tempat terakhir ia berada. Yaitu dikediaman utama sang ratu. Namun yang ia jumpai hanya kekosongan, tak ada kerusakan atau hal apapun yang mencurigakan disana. Alard mempokuskan pikirikannya. Indra penciumannya mencium aroma sihir yang menguar kuat di ruangan itu. Matanya terbuka. Menampilkan iris perak yang memerah, menahan amarah yang akan segera membuncah keluar.
"BERANI-BERANINYA DIA MEMBAWA LARI WANITAKU" teriak alard. Membuat aura di sisinya menghitam karena kekuatan kegelapan yang menyelimutinya.
***
"Apa kamu terpaksa ikut bersamaku?" tanya hong yi di sebuah gua yang berada di bukit Tanslevania.
Zya menggeleng " Tidak. Ini sudah menjadi keputusanku"
Hong yi tersenyun sekilas, kemudian meraih tangan zya yang berada di sisinya. Zya melirik kearah hong yi, yang di balas dengan senyuman tulus dari pahatan sempurna pria itu
"Pegangan. Sebentar lagi kita akan memasuki fortal" ucap hong yiAlis zya berkerut. Belum sempat ia bertanya, tiba-tiba pintu fortal itu terbuka dan menghisap kuat siapapun yang berdiri di depan gerbangnya. Gadis itu memekik kuat disaat raganya seakan tersedot oleh energi dahsyat, yang membawanya pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Di saat zya mulai membuka mata. Pemandangan didepannya membuat gadis itu terdiam di tempat, seulas senyuman terbit di wajah cantiknya. Menggambarkan perasaan berbunga-bunga persis seperti pemandangan di depannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
KING or QUEEN
FantasyHujan lebat di sertai gemuruh dan badai saling bersahutan, ditambah petir yang terus menyambar mewarnai kelamnya suasana malam ini. Ditengah keadaan yang mencekam, seorang wanita kini tengah berjuang untuk melahirkan sang penerus kerajaan. Seorang P...