Gadis itu tengah duduk bersandar pada kursi di ruangan bergaya klasik di salah satu kamar kerajaan. Menatap wajahnya pada cermin. Raut wajah itu datar tak dapat diartikan.
Setengah wajah yang tertutup topeng, menutupi kecantikan dan identitas aslinya. Manik hitam itu terlihat sayu berbeda dengan semua orang yang menantinya diluar sana. Gadis itu tersenyum kecut
"Aku pernah bilang pada ayah, kalau aku bersukur tak akan pernah menjadi seorang raja. Ayah menjawab, jika aku memang tak akan jadi raja. melainkan menjadi seorang ratu. Tapi kenapa takdirku berbeda ayah. Sebenarnya siapakah aku?.... Seorang Raja atau Ratu". Ucap zya lirih pada bayangannya di depan cermin.Pintu kamar itu diketuk. Kriettttt,,, Perlahan terbuka menampilkan master rawny yang tersenyum kearah zya.
"Sudah saatnya". ucapnya.
Zya berjalan kearah pintu. Di sepanjang jalan dari kamar menuju aula, para prajurit dan pelayan menunduk hormat kearahnya. Mata zya lurus kedepan. Pungguk tegak dan langkah panjang. Menandakan jika ia memang pantas menjadi seorang penguasa. Menjadi seorang pemimpin di kerajaannya.Hari ini merupakan hari pengangkatan sekaligus penobatan raiden sebagai raja ke 5 di kerajaan MoonRedgar.
Semua rakyat bersuka cita, berbahagia akan calon raja baru mereka. Mereka berhutang budi terhadap semua perjuangan dan pengorbanan dari pangeran mahkota. Tanpa raiden mungkin semua rakyat dan kerajaan MoonRedgar hanyalah tinggal nama.Kerajaan MoonRedgar kini menjadi kerajaan terbesar yang menguasai wilayah selatan, timur, dan barat di daratan itu. Semua kerajaan kecil tunduk dibawah kekuasan raiden. Semuanya berkumpul di istana MoonRedgar untuk menyaksikan pengangkatan raja baru mereka.
Di aula kerajaan sudah terdapat banyak tamu istimewa dan rakyat yang diperbolehkan masuk ke wilayah istana. Semuanya berbaur. Tak ada batasan bagi siapapun yang hadir disana. Tamu dari kerajaan lain juga turut hadir. Memenuhi undangan,dan turut menyaksikan bagaimana rupa raja tiran tersebut.
Raiden datang dari arah pintu aula. Membawa kharisma seorang pemimpin yang berwibawa. Tatapannya tajam dan membunuh. Dengan memakai jubah kebesaran berwarna merah darah bercampur renda emas dibahu dan setiap sisinya, membuat aura raja terkuar dari sang pangeran yang menjadi pusat perhatian semua orang yang hadir disana.
Para gadis dan wanita berdecak kagum dengan sosok pangeran MoonRedgar yang tampan. Walau sebagian wajahnya tertutupi topeng. Tak menutupi ketampanannya yang digadang-gadang bak dewa yunani. Orang-orang yang pernah melihat raiden sebelum bertopeng meyakinkan, jika raja mereka kini, merupakan sosok pria yang menjadi idaman para wanita. Jangan lupakan pula kekuasannya yang kini merajai hampir setengah daratan di dunia.
Raiden berjalan menuju altar penobatan. Disana sudah ada pendeta tua yang telah siap memimpin berjalannya acara penobatan ini.
Rasa gugup perlahan menyerang gadis itu. Sungguh ia tak pernah menyangka akan sampai di tahap ini. Pendeta mendekat kearah raiden membawa tongkat beserta mahkota yang megah dan mewah."Raiden Alexsius de Redgar pewaris sah tahta kerajaan dan putra tunggal dari mendiang raja Alexsanders de Redgar. Dengan ini kami menyatakan dan mengangkat anda sebagai raja dari kerajaan MoonRedgar. Semoga anda dapat memimpin negeri ini dengan sejahtera dan makmur" ucap pendeta.
Pendeta lalu meletakan mahkota raja diatas kepala raiden, dan memberinya sebuah tongkat emas. Raiden mengangkat kepalanya, menampilkan mimik muka tegas dan serius.
"Saya, sebagai raja MoonRedgar yang baru, berjanji untuk selalu memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat MoonRedgar. Menjunjung tinggi nilai-nilai yang berlandaskan pada kebaikan, kebajikan, dan kemakmuran untuk selalu menjaga dan melindungi semua rakyat dari berbagai ancaman dan marabahaya"
Sumpah raiden sembari mengangkat tinggi-tinggi tongkat emas yang ada di tangannya.Semua orang menunduk. Memberi penghormatan kepada raja baru mereka. Di susul suara nyaring dari terompet, menandakan berakhirnya proses penobatan yang berjalan lancar tanpa kendala.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING or QUEEN
FantasyHujan lebat di sertai gemuruh dan badai saling bersahutan, ditambah petir yang terus menyambar mewarnai kelamnya suasana malam ini. Ditengah keadaan yang mencekam, seorang wanita kini tengah berjuang untuk melahirkan sang penerus kerajaan. Seorang P...