Bab 30. Halusinasi

0 1 0
                                    

Seminggu berlalu setelah zya menghirup racun dari serbuk bunga oleander. Seminggu pula sifatnya selalu berubah-ubah tanpa bisa diduga. Terkadang gadis itu bersikap normal, marah-marah, pendiam, cerewet, atau cengeng. Semua sikap itu diterima baik oleh hong yi, namun tidak dengan alard. Sikap baik selalu zya beri pada hong yi, berbeda dengan sikap aslinya yang selalu ia tunjukan pada alard. Alard pernah berpikir, entah semua perilaku itu memang berasal dari efek samping bunga beracun itu, atau memang dendam gadis berkepibadian ganda ini.

Ketiga orang itu tetap melanjutkan perjalanan sembari mencari obat penawar, guna mengobati efek halusinasi yang zya alami.

Disaat ketiganya tengah berjalan menyusuri aliran sungai. Zya tiba-tiba terduduk di tanah sembari menangis tersedu-sedu.

"Mulai lagi" ucap alard berkacak pinggang.

Hong yi berjongkok di hadapan zya, mencoba menenangkan gadis itu. Perlahan emosi zya membaik, gadis itu mengangkat wajahnya menatap kedua pria dihadapannya.

"Gendong!" ucap zya merajuk. Hong yi tersenyum lembut, membalikan badannya, membelakangi zya. Namun zya menggeleng "Mau sama alard" ucap zya. Membuat alard tersedak oleh air liurnya sendiri. Hong yi spontan membalikan lagi badannya. Memberi tatapan tak percaya.

"Alard gendong!" teriak zya.

"Tidak. Memangnya kau siapa menyuruh-nyuruhku?" jawab alard

Mata zya berkaca-kaca, air matanya siap tumpah kembali kapan saja. Alard yang melihat itu, mengumpat dalam hati lalu mulai mendekat kearah zya. Alard membalikan badannya, kemudian membungkuk dengan terpaksa.

Zya tersenyum senang dan langsung naik ke punggung alard. Hong yi menatap kedua orang dihadapannya dengan tatapan nanar. Sulit rasanya melihat zya berdekatan bersama raja tiran itu.

Zya mengeratkan tangannya pada leher alard. Alard tak henti-hentinya meracau, mulutnya seakan berbusa menumpahkan semua unek-unek yang ada di kepalanya. Namun semua racauan itu tak ditanggapi oleh zya maupun hong yi.

"Hei, apa kalian tuli?" teriak alard keras. Yang langsung mendapat pelototan maut dari hong yi. Hong yi mengisyaratkan dagunya kearah punggung alard. Alard melirik kebelakang dan mendapati zya tengah tertidur pulas dalam gendongannya.

"Dasar gadis gila. Dia malah enak-enakan tidur. Tak tahu apa dia itu berat dan malah makin berat kalau seperti ini" umpat alard tak menghiraukan zya yang akan terusik oleh racauannya.

"Tunggu sampai kita mendapat tempat untuk beristirahat" ucap hong yi pada alard. Mata alard melotot tak menyukai perintah secara tidak langsung dari hong yi

Kedua pria itu terlibat adu mulut, yang menyebabkan zya terusik hingga membuka matanya. Tiba-tiba zya melonjak kebelakang, mendaratkan kakinya ke tanah, otomatis membuat alard tak sengaja tersungkur ke depan.

"Apa yang kau lakukan?" teriak alard marah. Zya menutup mulutnya yang ikut terkejut. "Memangnya apa yang aku lakukan? " tanya zya balik

Alard bangkit berdiri kearah zya. Mencengkram bahu gadis itu lalu berkata "Kau tau apa yang kau lakukan?" jedanya. Melihat gelengan kecil dari zya "Pertama, kau menyuruhku untuk menggendongmu, kedua, kau malah enak-enak tidur dipunggungku, ketiga, kau dengan tidak sopannya tiba-tiba turun dan membuatku berakhir seperti tadi" ucap alard panjang lebar, untuk yang pertama kalinya.

Zya hanya menatapnya datar "Aku pikir kau tak bisa bicara banyak. Ternyata dugaanku benar, kalau kau itu cerewet"

Zya malah menyulut api kecil itu menjadi kobaran api yang siap melahapnya hidup-hidup. Alard semakin mempererat cengkramannya pada bahu zya.

"Berani kau menyakitinya, aku tak segan untuk membunuhmu saat ini juga" hong yi mengarahkan pedangnya kearah alard. Membuat alard melepas cengkramannya dan mendecih

"Memang siapa dia, sampai-sampai kau rela menjadi perisai untuk gadis gila ini" ucap alard frontal.

"Jaga ucapanmu!" hong yi mengeratkan pegangannya pada pedang itu, mengarahkan pedang berlambang phoenix itu tepat di leher alard.

Alard hanya tersenyum miring. Menampilkan ekspresi menantang. Membuat hong yi semakin tersulut emosi untuk segera memenggal kepala sombong ini.

Zya yang kembali berhalusinasi, hanya berjalan lurus tanpa ekspresi meninggalkan kedua orang itu yang tengah bersitegang. Melangkah perlahan dengan tatapan kosong yang mengarah ke depan.

Hong yi melirik kearah zya dan tak mendapati keberadaan gadis itu. Melirik kesana kemari memastikan dimana sebenarnya zya berada. Namun sosok zya tak ia temui di sekitar tempat itu. Hong yi berlari kesana kemari sembari meneriakan nama zya.

"Zya, dimana kamu? " teriaknya

Hong yi terus berteriak memanggil-manggil nama zya. Di bantu oleh alard yang ikut mencari keberadaan zya
"Hei gadis gila. Kau dimana? " teriak alard. "Merepotkan sekali" gumamnya

Ucapan itu terdengar oleh hong yi yang berjalan kearahnya. "Ini semua salahmu" hong yi mencengkram kerah baju milik alard. Alard menarik tangan hong yi lalu menghempaskannya.
"Jelas-jelas gadis itu yang bersalah. Kenapa kau menuduhku"

"Jika kau tak mengajakku beradu mulut denganmu, ini semua tak akan terjadi. Dan zya tidak akan hilang seperti ini" jeda hong yi mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu pada zya. Terlebih emosi dan pikirannya yang tak dapat ia kontrol karena efek halusinasi itu" lanjut hong yi frustasi.
Alard tak menggubris perkataan hong yi dan berlalu pergi mencari zya.

Kedua orang itu terus mencari-cari keberadaan zya hingga malam berlanjut. Hong yi terus meraung frustasi tak kunjung berhasil menemukan zya.

"Sebenarnya dimana kau zya? " ucapnya lirih.

                         ***

Ditengah lebatnya dedaunan dan akar pohon yang salit membelit. Zya, gadis itu tengah meringkuk tak sadarkan diri dibawah pengaruh serbuk oliander. Matanya mengerjap, memperlihatkan iris hitam, menatap langit biru yang tertutup dedaunan pohon yang tinggi menjulang. Saat ia hendak bangun. Tangannya terasa kaku, dan benar saja kedua tangan dan kakinya terikat kuat oleh akar pohon yang membelit.

'Apa-apaan ini? Sebenarnya apa yang terjadi? ' monolog zya dalam hati, sambil berupaya melepaskan jeratan tali itu. Gadis itu terus meronta, namun tetap tak ada kemajuan dari semua usaha yang ia kerahkan.

"Siapapun tolong aku" teriak zya di tengah rimba. Tak ada jawaban. Hanya kicauan burung dan semilir angin yang berhembus mengibarkan helayan rambut hitam milik zya.

Zya sudah lelah berusaha melepaskan diri, namun tetap tak ada hasil. Disaat kelopak matanya mulai memberat, zya mendengar gesekan dari dedaunan yang berada tak jauh dari tempatnya. Angin seakan membisikan jika ia harus siap melihat sesuatu yang datang menghampirinya. Napas zya tak beraturan, seirama dengan detak jantungnya yang berdebar. Suara itu makin dekat, dan tepat di balik semak-semak dihadapan zya.

Menelan ludahnya kasar. Tiba-tiba netranya menangkap sosok ilusi yang membuat bola matanya nyaris keluar.
Mulutnya terbuka lebar, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sosok itu semakin mendekat, dan terus mendekat. Zya mundur perlahan mencoba menghindari mahluk yang mungkin telah menculiknya itu. Dugh. Punggungnya telah membentur batang pohon yang menghalangi tubuhnya. Tak ada cara untuk pergi atau melarikan diri. Zya mencoba memberanikan diri melihat kembali mahluk itu. Kedua mata berbeda jenis itu saling beradu. Mata merah, semerah darah yang akan membuat siapapun menciut jika menatapnya.

"Hai anak manusia" ucapnya.

Membuat zya semakin terkejut bukan main 'Dia bisa berbicara' monolog zya dalam hati










Tbc

KING or QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang