Bab 24. Lembah kematian

0 1 0
                                    

Zya mendapati satu keranjang apel merah, sebuah pedang, dan seutas tali di sampingnya

"Jadi tadi bukanlah mimpi". ucapnya, terus tersenyum lebar menampilkan deretan giginya.
"Terimakasih maha guru. Terimakasih"

Zya langsung memakan buah apel itu satu persatu. Ia layaknya seorang moster yang memakan setengah keranjang apel hanya dalam hitungan menit.

"Ini enak sekali." ucapnya ceria, terus memakan buah itu. "Tapi tunggu, bukankah aku memiliki sebuah hadiah? " tanyanya pada diri sendiri.

Zya melirik kesamping melihat hanya ada sebuah pedang dan seutas tali, "Apa ini hadiahnya? " zya mengangkat tali itu tinggi-tinggi. "Ya sudalah, siapa tau nanti aku membutuhkannya" lanjutnya.

Setelah dirasa kenyang. Zya memasukan 2 apel sisanya pada kantung baju luarnya. Huh rakus sekali aku. Pikir zya. Ia menggeleng dan kembali melihat lembah kematian yang berada tepat dihadapannya.

"Namanya saja mengerikan. Apalagi tempatnya" ucap zya. "Kalau saja ada sebuah jembatan atau tali penghubung. Pasti akan mudah melewati lembah ini tanpa harus kembali dan berjalan dibawahnya."

Zya mengambil seutas tali pemberian dari maha guru suci. "Andai saja maha guru memberi sebuah tali yang lebih panjang. Hadiah tali ini mungkin hanya akan cukup, untuk mengikat pergelangan tanganku" setelah mengucap itu. Keajaiban terjadi, tiba-tiba tali itu memanjang dan terus memanjang. Membuat gadis itu melongo tak percaya dengan mata yang membulat menyaksikan keajaiban yang terjadi sekarang.

Tali itu berubah menjadi sangat panjang dan cukup untuk melintasi lembah kematian. Ini sihir. Pikir zya.
Ia meraba tali itu "Terimakasih banyak maha guru, maapkan aku yang meragukan semua keajaiban dan kekuasaanmu" zya mencium berkali-kali tali itu sambil mengucap syukur.

"Baiklah mari sekarang kita coba"

Zya mengikat sebuah batu pada tali itu. Mencoba melemparkannya ke sebrang tebing, agar batu itu terikat di dahan pohon besar yang tumbuh di tepi jurang sebrang sana. Lemparan pertama, kedua dan ketiga gagal. Gadis itu terus mencoba dan mencoba. Ia berharap semoga ada keajaiban datang.

Zya sudah sangat kelelahan. Keringat mengucur deras di pelipisnya, butuh tenaga exstra untuk melempar tali ini ke sebrang sana. Ditambah udara siang ini yang sangat terik seperti memanggang tubuh zya hidup-hidup. Ini merupakan lemparannya yang entah keberapa, Semoga saja ini berhasil dan ia tak perlu mengulanginya lagi.

Settttttt

Dan berhasil. Batu itu tepat melilit di sebuah pohon. Zya melonjak kegirangan. Ia tak henti-hentinya mengucap syukur atas keberhasilannya. Sekarang tinggal meloncat. Ya, langkah terpenting untuk sampai ke sebrang sana. Jika ia gagal, otomatis ia akan jatuh kebawah lembah yang nampak gelap walau disiang hari. Syukur-syukur jika mendarat dibawah dengan selamat, tapi bagaimana jika disana terdapat batu runcing atau mahluk ilusi, atau binatang buas.

Zya bergidik ngeri dan menepis semua ketakutannya. Ia harus yakin dan percaya diri. Semoga saja dewi keberuntungan kembali memihaknya.

Mengambil nafas perlahan lalu membuangnya. Zya memegang tali itu kuat-kuat agar ia tak terlepas atau berakhir jatuh mengenaskan. Dalam hitungan ketiga ia akan meloncat

Satu

Dua

Tiga

Gadis itu meloncat dalam hitungan ketiga. Tubuhnya terayun sempurna dari atas tebing menuju lembah. Netranya menangkap siluet seseorang yang tengah dikerumuni mahluk-mahluk yang mengerikan seperti mayat hidup. Orang itu terus melawan dan menyerang mahluk itu.
Apa mungkin dia?

Zya menurunkan pegangan pada talinya. Nuraninya mengatakan jika ia harus membantu orang itu. Setelah ayunannya mendekat kearah pria itu

"PEGANG TANGANKU" ucap zya

KING or QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang