Bab 15. Menyamar

3 1 0
                                    

Burung-burung saling berkicau seakan bercengkrama satu sama lain diatas dahan sebuah pohon pinus. Matahari yang berada tepat diatas ubun-ubun, tak menghentikan kegiatan orang-orang yang berlalu-lalang di pasar kerajaan tersebut.

Para pembeli sibuk menawar barang pilihannya agar harga yang dijual sesuai dengan keinginannya,saling beradu pendapat dengan sang pedagang yang tak goyah untuk menurunkan harga. Menjadi irama sehari-hari yang mengalun di pasar tradisional itu.

Aroma manisan tercium, terbawa sang angin masuk ke indra penciuman seorang gadis yang kini berada di tengah-tengah pasar. Gadis itu memejamkan matanya. Seketika angin berhembus kencang. Mengibarkan selendang yang menutupi bagian atas kepala dan wajahnya.

Semua orang terperangah dengan kecantikan seorang gadis yang berdiri bagai seorang dewi turun dari langit. Semua mata tertuju padanya. Seakan apa yang mereka lihat kini,merupakan keajaiban dari ciptaan tuhan yang maha sempurna.

Mata gadis itu terbuka. Menampilkan manik mata segelap malam yang mampu membius siapapun yang menatapnya. Hidung mancung, bibir mungil yang menghiasi wajahnya seakan menyempurnakan sosok yang kini berdiri dihadapan mereka.
Gadis itu tersenyum manis. Para pria yang melihatnya seakan terkena sengatan listrik. Diam membatu dengan mulut yang menganga.

Seakan tak menghiraukan apa yang diperbuat olehnya. Gadis yang merupakan seorang raja gadungan itu, kini tengah menyamar di antara para rakyatnya. Sebenarnya bukan menyamar,melainkan menunjukan dirinya yang asli di muka umum. Wajah asli zya yang tak diketahui orang-orang akan memudahkannya untuk berbaur dengan para rakyat, tanpa dicurigai bahwa ia seorang raja di kerajaan ini.

Zya melangkahkan kakinya. Menelusuri setiap tempat yang ada di pasar itu. Baju yang dipakainya memanglah baju sederhana, layaknya baju seorang pelayan. Tetapi tak dapat menutupi kecantikan yang terpancar dari wajahnya. Para pria mencoba mendekatinya namun tak dihiraukan oleh zya. Seakan buta dan tuli,zya hanya melakukan apa yang ingin ia lakukan tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya.

Melangkah menuju penjual manisan. Zya berhenti di kedai itu.
"Berapa harga manisan ini tuan?" tanya zya

Pedagang itu hanya melongo dengan mata yang tak berkedip. Zya melambaikan kedua tangannya di depan pedagang itu.

"Oh,, iya nona. Apa yang bisa saya bantu?" ucap pedagang itu yang balik bertanya.

"Berapa harga satu manisan ini? " ulang zya.

"Untukmu gratis nona. Ambil saja berapa banyak yang kau inginkan!" ucap pedagang itu

"Tidak. Jika kau tak mau menjual ini. Maka aku tak akan jadi membeli". Ucap zya

Pedagang itu menggeleng. " Baiklah 1 koin perak untuk 5 manisan itu"

"Itu terlalu murah. Kau sekarang mungkin tidak membutuhkan uang itu, tetapi anak istrimu dirumah menantimu dengan berharap kau membawa banyak uang. 1 koin untuk 2 manisan. Ambilah. Dan terimakasih" ucap zya sembari menaruh uang itu dan mengambil 2 manisan. Kemudian beranjak pergi dari kedai itu.

Zya terus berjalan sambil memakan manisan yang tadi ia beli. Disaat ia berdiri di depan rumah makan. Indera pendengarannya tak sengaja menangkap orang-orang yang membicarakan soal raja raiden. Zya berhenti sejenak. Memasang telinganya baik-baik agar lebih jelas mendengar apa yang mereka bicarakan,takut-takut jika ia salah mendengar. Setelah sekilas mengetahui apa yang mereka katakan. Zya langsung masuk kedalam rumah makan itu, dan memilih tempat duduk yang agak jauh dari orang-orang yang membicarakannya. Terdapat 4 orang yang berada disana. Semuanya berkumpul di satu meja besar yang berada paling pojok di ruangan itu.

"Rencana kita berjalan sesuai dengan rencana yang kita buat. Kita telah berhasil memanipulasi keuangan kerajaan, dari kedua daerah bekas jajahan raja tengik itu" ucap salah satu pria berkerudung hitam. Wajahnya tertutupi oleh tudung yang menghalangi identitasnya.

KING or QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang