27 : Sepupu Jack

764 117 67
                                    

(Juna pov)

.
.

"Makanan kucing... Mmhhh mana yah? Ah... Ini dia"

Gue mengambil whiskas buat si Moni. Lalu gue masukin ke keranjang belanja gue.

"Iih lucu" gue melihat kalung kucing aneka warna.

"Beli satu deh buat si Moni" gue memilih warna biru muda yang imut dan gue rasa bakal cocok buat Moni.

"Loh... Juna kan?"

Hah?

Gue mendongak dan terkejut melihat sosok seseorang yang udah lama banget ga ketemu sama gue.

"Loh... Bang Jack ya?"

"Oh bener ternyata. Apa kabar Jun?" cowok tinggi super ganteng di hadapan gue tersenyum dan meluk gue.

"Baik bang. Lu kapan balik ke Indo?" gue balik memeluknya dan menepuk bahunya.

"Baru satu bulan. Kamu dimana sekarang?"

"Gue kuliah di Jakarta sekarang. Di Unpaj jurusan manajemen bisnis bang"

"Oh ya? Ngekos dimana?"

"Di jalan Venus. Kapan-kapan mampir yah!"

"Haha... Iya... Boleh minta nomor WA kamu?"

"Boleh"

Gue ngasih nomor WA gue sama bang Jack. Nama aslinya Jaka Wiryawan tapi nama kerennya Jack.

"Udah selesai belanjanya?"

"Udah"

"Sini bareng aja. Gue yang bayarin"

"Waduh ga usah ngerepotin bang"

"Ga Jun. Astaga kayak ama siapa aja kamu" Bang Jack mengusak rambut gue gemes.

Akhirnya gue pun membiarkan bang Jack membayari belanjaan gue.

"Makasih ya bang"

"Sama-sama Jun. Ibu di Jogja sehat?"

"Sehat alhamdulillah bang"

"Salam nanti yah"

"Inggih"

"Arjuna"

Gue menoleh saat mendengar nama gue dipanggil. Jay mendekati gue sambil membawa belanjaannya. Kita emang pisah tadi karena Jay mau nyari headset baru sementara gue mau beli makanan kucing di Hypermart.

"Siapa? Temen kamu?" sapa bang Jack ramah sambil mengajak Jay salaman.

"Hallo gue Jack"

"Jay" saut si Jay datar.

"Oh yaudah. Kalau gitu abang duluan ya. Nanti gue hubungin lagi okey? Bye Juna"

Jack mengusak rambut gue lalu berpamitan sementara gue hanya melambai sambil tersenyum padanya.

"Siapa?"

"Temen... Eh gak. Sepupu... " gue meringis.

Detik berikutnya gue ditarik si Jay ke lorong yang sepi dan didorong ke tembok. Si Jay mengukung gue dan menatap gue tajam.

"Teman atau sepupu?"

"Sepupu... Tapi jauh" gue menjawab sambil menatap ke arah lain ga berani natap mata si Jay.

"Sejauh apa?"

"Jauh... Ya jauh sih. Jauh banget--- tapi deket. Maksud gue, hubungan kita deket. Tapi, ya itu karena kita sepupu--- walau jauh"

"....."

Gue memberanikan diri mendongak menatap mata Jay tapi langsung nunduk lagi.

Aduh serem banget.

"Lalu hubungan kalian sedekat apa?"

"T-teman..."

"Tatap mata gue kalau gue bicara sama lu, Arjuna!"

"Ckk. Apa sih iya...! Dia pacar pertama gue. Puas?!"

Gue mendorong dadanya. Tapi Jay mendorong gue balik ke tembok.

"Kenapa ga dari awal aja jawabnya? Harus banget muter-muter dulu kayak angkot?"

"Angkot apa sih... " Gue berusaha melepaskan diri. Tapi Jay ga bergeming sama sekali.

"Juna, kita udah janji kan ga ada dusta diantara kita? Gue aja udah jujur kok sama semua masa lalu kelam gue ke elu. Gue buaya. Mantan gue banyak. Gue nakal. Gue mantan leader geng tawuran saat SMA. Gue pernah ngehamilin anak orang. Ga ada yang gue tutupin dari elu. Dan lu menjawab pertanyaan sederhana gitu doang aja berbelit-belit? Hah? Jawab?!"

"Ya karena gue tau lu pasti marah! Dan bener kan? Lu marah... Lebay tau ga"

"Lebay? Lebay lu bilang?! Tuh cowok natap elu mesum gitu. Megang-megang elu. Terus gue yang cuma mau melindungi uke gue lu bilang lebay?!"

"Iya... Karena... Lu tuh... Terlalu overprotektif! Gue bisa jaga diri. Thank you!" gue mendorong Jay sekuat tenaga dan kali ini dia terdorong mundur dan mengangkat tangannya.

"Wow... See? Gue ninggalin lu 15 menit doank. Lu ketemu si bangsat itu dan liat... gini hasilnya. Lu berani melawan gue sekarang? Hebat"

"Bangsat apa sih Jay? Ga usah toxic deh lu!" gue mendengus dan berlalu ke basement menuju motor kita.

"Cepetan pulang kasian si Moni makanannya udah habis" gue berkata tidak sabar.

Jay menarik nafas dalam namun akhirnya naik ke motornya. Gue naik di belakangnya tanpa ngomong apapun lagi.

Bete ah.

Dia selalu kayak gitu. Terlalu cemburuan dan overprotektif kalau ada seme lain deketin gue. Padahal gue sama si Bang Jack juga kan udah kenal lama. Dan Bang Jack juga kan emang masih saudara jauh gue. 

.
.

Malam itu untuk pertama kali setelah sekian abad, gue tidur di kamar gue sendirian.

Masih bete gue sama si Jay. Jadi gue males tidur bareng ama dia. Jadilah gue tidur sama Moni yang terlihat makin lucu dengan kalung kucing barunya.

Drrrttt.

Hape gue berbunyi dari nomor tak dikenal.

Xxxx : "Juna? Ini gue, Jack. Save nomor abang yah"

Gue tersenyum dan men-save nomor Bang Jack di hape gue.

Juna : "iya Bang. Udah di save"

Jack : "makasih ya. Lagi apa kamu?"

Juna : "lagi rebahan aja Bang"

Jack : "besok emang ga kuliah?"

Juna : "kuliah siang Bang"

Dan begitulah malam itu akhirnya gue tidur sama si Moni sambil chatting sama Bang Jack sampai malam.

.
.

TBC

✔️ Jay & JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang