(Jay pov)
Pagi hari Ospek berikutnya.
"1... 2... 3... 4... "
Gue menghitung jumlah member gue lalu nunjuk diri gue sendiri. "Lima"
Hah...
"Waduh si Atuy mana? Sama si Risa R-i-s-a?"
"Ga tau ketua" saut Jefri Jamaludin.
Ye.. Giliran gue datang tepat waktu. Member gue yang telat. Hhh. Aya-aya wae!
Gue mengambil hape dan mengirim pesan di grup yang udah di-rename sama si Atuy jadi grup "Pascol".
Jay : "Saudari Risa Markisa! Dimana anda!"
R-i-s-a : "Otw ketua"
Jay : "Bullshit ga percaya aing. Coba pap"
R-i-s-a : "Otw... Kamar mandi hehe. Bentar ih mandi dulu"
Jay : "Yeee... Si dodol. UDAH GA USAH MANDI! BERANGKAT SEKARANG! HARI INI KALAU ADA YANG TELAT SEMUA DISURUH PUSH UP!"
Jay : "Saudara Atuy Suratuy dimana anda! Cepat nongol!"
Ga ada respon dari si Atuy. Gue saling lirik sama anak buah gue.
"Gimana nih?"
"Video call aja" usul Juna.
Gue memulai panggilan video. Setelah beberapa saat akhirnya si Atuy menerima panggilan gue. Masih memakai celana kolor dan tampak belum mandi. Rambutnya acak-acakan.
"Astagfirullah Atuy! Ospek cuy!" gue menepuk dahi gue ga percaya. Gini amat punya anak buah ye.
"Ketua! Guys! Tolongin gue guys!" saut si Atuy mukanya tampak ketakutan. Dan tampaknya dia bersembunyi di bawah selimutnya.
"Tolong kenapa?" si Jefri ikut nimbrung. Demikian juga cewek-cewek.
Si Atuy berbisik dengan mimik muka ketakutan. "Di kosan gue ada.... "
"Kelompok Tiga! Cepat!!" Tiba-tiba kakak komdis manggil kita. Gue buru-buru memutus panggilan video call sama Atuy dan mengajak member gue menghadap kakak Komdis.
"Mana ketuanya!"
"Saya kak" gue maju.
"Laporan!"
"Siap kak! Kami kelompok 3 siap mengikuti Ospek hari ini"
"Kenapa cuma berlima? Dua lagi mana?"
"Masih otw kak"
Si kakak komdis mendelik galak sama gue. "Tolong ya kamu sebagai ketua harus lebih bisa mendisiplinkan anak buah kamu. Anak buah kamu tanggung jawab kamu! Baru ngatur 6 orang aja udah ga becus kamu! Apalagi nanti di dunia kerja. Kita jurusan manajemen bisnis dek. Mengatur karyawan itu salah satu skill yang wajib kita kuasai. Yang lain juga sama ya"
Ucap kakak komdis menasehati kita.
"Siap kak"
10 menit kemudian muncullah si Risa. Dan karena dia telat maka kelompok gue pun dihukum push up semuanya. Sementara si Atuy ga keliatan batang anunya eh batang hidungnya hingga Ospek selesai.
.
."Guys, kita tengok aja yuk si Atuy gue khawatir" ajak gue sore itu setelah ospek selesai.
"Hayuk" temen-temen gue setuju. Akhirnya kita berangkat bareng menuju kosan Atuy. Gue ngebonceng Juna pake motor ninja gue sementara Jefri yang bawa mobil bareng ama ciwi ciwi.
.
."Guyssss!! Tolongin gue guys!!"
Si Atuy yang membukakan pintu bagi kita berseru histeris.
"Ada apaan Tuy?" tanya gue cemas.
"Ada kunti di rumah gue! Nangkring di kamar mandi!"
Gue sama anak-anak saling pandang. Cewek cewek si Mawar, Risa, ama Jeni udah tampak takut.
"Tadi pas gue lagi setor pagi-pagi di WC tau-tau ada yang nyolek, ga taunya hiiihhh" cerita Atuy.
"Terus lu kenapa jadi ga berangkat Ospek?"
"Yeee kan gue ga sempat mandi. Mana bisa berangkat. Nanti gue ga ganteng lagi kalau ga mandi"
Hhh. Dasar. Beda ya ama gue. Gue mah ga mandi juga tetap ganteng haqiqi.
"Aya-aya wae sih... Yaudah... Dimana kamar mandinya?"
Si Atuy nunjukkin kamar mandinya ke kita.
"Juna, lu periksa sana" gue nyuruh si Juna.
Si Juna mendelik protes ke gue. "Heh! Kok gue?!"
"Kan otot lu paling gede!"
"Apa hubungannya sat?"
"Kan lu Arjuna. Otot kawat tulang besi. Hantu pasti takut sama lu"
"Kata siapa?" Juna manyun. "Kenapa ga lu aja? Lu kan ketua!"
"Kan kata kakak senior juga tugas gue sebagai ketua hanya mengatur anak buah! Udah sono!"
"Ga mau!"
Gue mendelik padanya kesal. Dia balas mendelik siap baku hantam.
Bruagghhh
Saat kita asyik adu mulut tiba-tiba si Risa menendang pintu kamar mandi dan berseru, "Kelamaan njir! Udah gue aja!"
Kita terdiam dan nyengir malu. Si Risa maju dengan pede dan tampak jongkok di depan WC dan komat kamit seolah lagi baca mantra.
"Ris... Apa katanya Ris?" tanya Atuy yang selama itu sembunyi di balik badan si Jefri.
"Mbak Kun nya bilang katanya dia naksir sama elu, Tuy"
"Anjink. Kok bisa sih?" Atuy hampir pingsan mendengar ada kunti naksir dia. Yah mending kalau yang naksir tuh kak Tia apa kak Tiwi gitu. Lah masa mbak Kun.
"Katanya si mbak tertarik pas liat burung lu pas elu pipis di bawah rumahnya kemarin"
Astaghfirullah.
Gue langsung baca baca do'a seinget gue.
"Kan gue bilang juga apa, pipis sembarangan sih si lu. Ada yang naksir kan jadinya" ucap gue.
"Terus gimana nih guys? Tolongin gue guys" Atuy tampak sudah hampir menangis.
"Ya udah... Kalau masalah gini kita tanya Mbah dukun ga sih?" usul Jeni.
"Di kota kayak gini emang kemana kita cari Mbah dukun? Bukannya Mbah dukun adanya di gunung ya" saut Jefri.
"Terus gimana? Kasian tau si Atuy"
"Aha! Gue punya ide!" ucap Juna.
"Kita tanya saja sama Mbah Google! Ga ada Mbah Dukun, Mbah Google pun jadi!"
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Jay & Juna
General FictionJusuf Habibie, cowok manis berkulit putih bersih asal Bandung, memulai hari barunya sebagai mahasiswa Unpaj Jakarta dengan penuh harapan. Namun tak disangka hari-harinya menjadi lebih berwarna karena kehadiran sosok teman sekelompoknya, cowok macho...