49 : Jadi Pagar Bagus

618 108 17
                                    


(Jay pov)

"Mas Junaaaa"

Seorang gadis cantik berambut pendek berlari dan memeluk Juna saat kami tiba di rumahnya.

"Tataaa" Juna memeluk adik perempuannya dan mengangkatnya hingga berputar di tempat.

"Mas Jun naik kereta? Kok ga naik pesawat?"

"Gapapa. Pengen aja nyobain naik kereta api... Oh ya kenalin. Ini kak Jay, temennya Mas"

"Oh hallo kak Jay" Tata tersenyum dan mengulurkan tangannya pada gue. Gue menyambutnya.

"Ibu mana?" tanya Juna.

"Le? Sudah datang?" tepat saat itu seorang wanita paruh baya yang memakai kursi roda menghampiri kami.

"Ibu" Juna berlutut dan memeluk ibunya. "Ibu sehat? Maaf Juna baru bisa pulang"

"Inggih. Gapapa, le. Alhamdulillah ibu sehat"

"Oh ya, kenalin ini teman kuliah Juna, orang Bandung"

Gue ikut berlutut di samping Juna dan salim pada ibunya.

"Assalamu'alaikum ibu, saya Jusuf Habibie. Teman kuliah Arjuna"

"Wa'alaikumussalam Cah Bagus. Oalah. Ganteng nemen. Wong Bandung?"

"Inggih Bu"

"Ya sudah ayo kita makan dulu. Ibu sudah siapkan banyak makanan buat kalian"

Juna berdiri dan mendorong kursi roda ibunya sementara Tata membongkar oleh-oleh dari Jakarta.

"Mas Junaaa... Boneka BT21 pesenan Tata manaaa"

"Itu di tas kuning, de" jawab Juna.

"Oh. Yeahhh... Cooky dan Chimmy! Aaa kiyowooo" seru Tata senang.

.

Gue makan siang bersama Juna dan keluarganya. Ibunya Juna sudah menyuruh pelayannya memasak makanan khas Jogja khusus buat gue.

"Ayo dicoba iki gudegnya Nak Jusuf" ucap ibu ramah.

"Inggih Bu. Matur suwun" gue mengangguk sopan dan mengambil gudeg yang ditawarkan ibu.

"Kamu Bisa Bahasa Jawa le?" tanya ibu.

"Bisa sedikit Bu. Kan Jusuf satu kosan sama Juna. Dan banyak juga temen kuliah yang dari Jawa jadi sedikit-sedikit paham Bahasa Jawa"

"Oh... Inggih" ibu tersenyum.

"Terus Mas Juna bisa Bahasa Sunda ga? Kan Mas Juna temenan sama Aa Jay yang dari Bandung?" tanya Tata.

"Tiasa. Saalit."[Bisa. Sedikit] jawab Juna dalam Bahasa Sunda tapi dengan grammer yang kurang tepat.

"Wah. Lucu ya. Seru juga. Bu, Tata juga mau kuliah di Jakarta ya Bu! Jadi punya banyak teman dari seluruh Indonesia!" ujar Tata ceria.

"Cah Ayu, kamu itu kan perempuan" ujar ibu lemah lembut. "Sudah kuliah di Jogja saja. Nanti ibu sama siapa di rumah?"

"Sudah gapapa Bu. Biar Tata merantau. Biar ga manja terus. Ibu ikut sama Mas"

Seorang pria tampan berusia sekitar 27 tahun bergabung dengan kita.

"Mas Yudhistira" Juna berdiri dan salim sama kakak tertuanya. Gue ikut berdiri dan memperkenalkan diri.

"Lah iki calon manten. Gimana Le udah fix masalah gedungnya?"

"Sudah Bu" jawab Yudish sambil duduk dan ikut makan.

"Jay satu jurusan sama Juna?" tanya Mas Yudish ramah.

"Inggih Mas, satu kosan juga" jawab gue.

"Gimana si Juna di Jakarta? Ga macem-macem kan Jay?"

"Ah nggak kok Mas. Juna baik kok. Rajin kuliah, rajin Jumatan, ga pernah Titip Absen, ga pernah tawuran, di kosan juga rapi bersih, suka beres-beres"

"Hmmm" Juna melirik gue sambil tersenyum memamerkan lesung pipitnya. Tapi gue tau di dalam hatinya dia berkata lu ngeledek gue, bro?

"Oh... Haha. Terus gimana? Si Juna udah punya pacar belum?"

"Err... " ya kan ini gue pacarnyaaa...

"Belum Mas" jawab gue pada akhirnya. Ya ga mungkin juga kan gue bilang yang sebenarnya.

"Oalah. Cariin Jay. Bantuin. Juna ini dari dulu pemalu sekali kalau sama cewek"

"Iya. Kalah sama Mas Yudish yang pacarnya aja segudang!" sela Tata membuat Yudish berdecak jengkel.

"Apa sih kamu Ta!"

"Yee bener kan! Mas Yudish mantan pacarnya banyak! Segudang! Nanti Tata mau aduin ah sama Mbak Arin. Hahaha... "

"Wah dasar adik lucknut awas ya kamu"

"Eh... Sudah-sudah jangan berantem terus. ini lagi ada tamu lho" ucap ibu menengahi.

Gue tertawa kecil menanggapi keseruan adik dan kakaknya Juna.

"Oh ya, Bapak dimana?" tanya gue karena gue belum bertemu bapaknya Juna. Mereka semua terdiam dan menatap gue.

"Bapak gue udah meninggal, bro" jawab Juna.

"Ohh.. Innalillahi. Maaf ibu, Jusuf tidak tahu"

"Ndak papa Le. Ndak papa" ibu tersenyum masih dengan begitu sabar dan lemah lembut.

"Arjuna, antar Jusuf ke kamar kamu ya. Kalian pasti cape kan setelah perjalanan dari Jakarta. Istirahat dulu"

"Inggih Bu"

.
.

"Kok lu ga bilang sih, Bapak lu udah meninggal kan gue jadi ga enak" ucap gue saat kita udah di kamar Juna berduaan dan membereskan tas dan baju di lemari.

"Iya sorry gue lupa ngasih tau"

"Udah lama meninggalnya?" tanya gue sambil membuka jaket gue dan menggantungnya di kastok.

"Waktu gue masih kecil" jawab Juna. "Lu mau mandi duluan? Nih handuknya"

"Umh iya deh" gue menangkap handuk yang dilempar Juna dan ngeloyor ke kamar mandi yang nyatu sama kamarnya.

.
.

.
.

Gue menghabiskan beberapa hari di Jogja untuk jalan-jalan dan kulineran. Lalu kemudian kita disibukkan kegiatan persiapan acara nikahannya Mas Yudhistira.

Gue sama Juna dipilih untuk menjadi pagar bagus.

Jadilah di hari nikahan Mas Yudish gue dan Juna didandani dengan pakaian adat Jawa lengkap dengan blangkon-nya.

Pokoknya kita berdua ga kalah ganteng lho sama penganten lakinya. Hahaha...

"Wow Juna. Lu ganteng banget" puji gue saat kami ditinggal berdua di kamar rias.

"Thank's bro. Lu juga. Ganteng" jawab Juna sambil nyengir.

Gue berjalan dan mendekatinya. Lalu menggenggam tangannya iseng.

"Saya terima nikahnya Arjuna Putra Panengah bin Bapak Haji Pandu. Dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai. Sah? Saaaahhhh"

"Njirrr. Paan sih" Juna terkekeh dan menggaplok lengan gue.

"Aw" gue manyun dan mengusap lengan gue yang digaplok.

"Serius ih. Jun... Nikah yuk?"

"Heh!"

Juna menjejak kaki gue dan memberi isyarat untuk diam karena tukang rias masuk lagi ke ruangan kami.

"Ayo Mas Mas. Acaranya mau segera mulai" ucapnya.

Dan begitulah.

Hari itu gue menjadi saksi pernikahan kakaknya Juna dengan wanita pilihannya. Tampak ibu menangis haru dan bahkan Tata yang petakilan juga tampak menangis dan memeluk kakak sulungnya erat-erat.

Weh... Bahagia banget ya.

Terus... Kalau gue sama Juna... Nanti gimana ya...

Hmm...

.
.

TBC


✔️ Jay & JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang