08 : Hari Jadi Jadian Kita

2.3K 224 12
                                        

//skip beberapa bulan kemudian.

(Juna pov)

Pulang kuliah gue mampir ke mall sendirian. Tujuan gue ke Gramed untuk membeli beberapa buku kuliah yang disarankan dosen gue.

Setelah selesai belanja gue merasa laper dan berjalan ke food court. Namun di tengah jalan saat melewati sebuah counter perhiasan emas dan perak gue berhenti mendadak mengenali satu sosok yang familiar.

Si J.

Ngapain tuh si soto bandung?

Gue buru-buru bersembunyi dan mengamati apa yang dilakukan si Jay.

"Ah yang ini aja mbak" ucapnya.

"Baik Mas. Mau dikasih kotaknya sekalian?"

"Kotaknya gratis?"

"Er... Bayar lagi sih"

"Yah. Tapi yaudahlah. Gapapa biar bagus"

Si Jay dan si mbak penjaga toko beranjak lebih dalam. Gue menjulurkan leher ingin melihat lebih jelas.

"Ada yang bisa dibantu mas?"

Seorang penjaga toko menyapa gue. Gue tersentak dan baru sadar ternyata gue dari tadi sembunyi di balik pajangan baju dalam dan lingerie wanita.

"Ng-nggak mbak. Maaf" gue tersenyum salah tingkah dan langsung mengambil langkah seribu.

.
.

Keesokan harinya saat kuliah.

"Juna"

Gue mendongak dan menoleh ke bangku di sebelah gue. Si Jay tampak tersenyum manis memamerkan lesung pipit imut di atas bibirnya.

"Opo"

Jay mendekat dan berbisik di telinga gue sehingga cuman gue yang bisa mendengarnya.

"Besok, tanggal 17 Agustus jam 17.00 gue tunggu di bawah pohon beringin di kampus"

"Hah?" gue cengo. "Mau ngapain?"

Besok libur Agustusan kan ngapain gue ke kampus?

"Panjat pinang di pohon beringin!" jawab si Jay ngawur. "Udah jangan banyak tanya pokoknya datang aja. Oke?!"

Gue makin cengo. Apa sih ga jelas. Mau ngapain sore-sore ngajak ketemuan di kampus yang sepi? Di bawah pohon beringin lagi. Ga ada tempat lain yang lebih keren apa.

.
.

"Mas Juna! Mas Juna! Mas Juna!" Sorak sorai bocil-bocil di komplek kosan gue. Gue hanya tersenyum kecut dan menguatkan cengkraman gue.

"Aduh... Pelan-pelan napa sih" gue meringis merasakan makin banyak bocil naik ke atas bahu gue.

Jadi gini.. Tadinya gue cuma mau nonton doank. Ga taunya gue juga jadi diajakin main panjat pinang. Jadi penjaga yang paling bawah lagi. Hadeuh.

"MERDEKA!!" sorak salah seorang bocil yang akhirnya berhasil naik ke paling atas dan mengambil semua hadiah. Yang lain bersorak gembira dan akhirnya beban di bahu gue menghilang.

"Ayo Mas Juna pilih juga mau hadiah apa" ucap salah satu bocil tetangga kosan gue sambil narik tangan gue.

"Ga usah De buat kamu aja" gue menolak halus dan mengusap wajah gue yang keringetan. Alhasil wajah gue jadi belepotan oli hitam.

Drrttt.

Hape gue berbunyi. Ada chat masuk dari si Jay nanyain gue dimana.

Astaga lupa...

.
.

"Sorry bro" gue berlari menghampiri si Jay yang tampak udah duduk manis di tempat janjian kita. Penampilan kita sungguh berbeda 180 derajat.

Gue keringetan dengan muka belepotan oli habis panjat pinang sementara si Jay tampak ganteng, rapi, dan wangi.

"Lu telat lima belas menit" si Jay mendengus dongkol.

"Iya sorry. Tadi gue diajakin bocil di komplek kosan gue buat ikut panjat pinang" gue meminta minuman dingin punya si Jay.

"Emm.. Tapi gapapa deh. Malah lebih bagus. Yaudah tunggu 2 menit lagi biar pas jam 17 lewat 17 menit"

"Hah? Apaan emang?" gue duduk di bawah pohon dan menikmati semilir angin yang sejuk. Kampus tampak sepi karena emang itu hari libur.

"Udah tunggu aja sebentar lagi" mata si Jay terus terpaku pada jam tangannya.

"Ya... Jam 17.17... Oke. Ehm. This is it" dia berdeham gugup dan alangkah kagetnya gue ketika si Jay tiba-tiba berlutut di hadapan gue.

"Bro? Lu ngapa--- "

"Juna... Lu mau ga jadi bf gue?"

Jay membuka sebuah kotak perhiasan di depan gue yang ternyata isinya kalung couple inisial J.

"Bf...?!" ulang gue tak percaya. "Ta-- tapi gue belum mandi"

"Apa hubungannya?" giliran si Jay yang cengo.

"Lu tuh ya. Orang kalau mau nembak gue tuh bilang dulu. Jadi gue bisa siap-siap mandi dulu biar ganteng"

"Kayak gini juga lu ganteng kok"

Ih...

Gue menunduk malu. Si Jay tertawa dan mengambil salah satu kalung huruf J-nya.

"Mau kan lu jadi bf gue Jun? Udahlah. Gue yakin banget elu juga g kayak gue. Iya kan?"

Gue mengangguk pelan.

"Boleh?"

Lagi-lagi gue mengangguk. Si Jay mengalungkan kalung itu di leher gue dan memakai yang satunya lagi.

"J?"

"J for Jay, J for Juna"

Si Jay tersenyum lalu melangkah mendekati gue. Gue mundur dan mengangkat kedua tangan gue mencegahnya lebih dekat.

"Lu-- lu mau apa?" tanya gue gugup.

"Kita udah resmi kan. Boleh donk gue nyium elu... "

"Jangan bercanda! Gue belum mandi"

"Gapapa"

"Tapi---"

Namun sebelum gue sempat protes si Jay meraih leher gue dan berjinjit untuk ngecup kening gue.

"Oh satu lagi" ucapnya mengabaikan gue yang udah salting minta ampun dan pipi gue udah terasa panas.

"Gue yang jadi seme-nya yah?"

Jay natap mata gue. Gue mengangguk tanpa pikir panjang...

"Okki dokki"

.
.

TBC









✔️ Jay & JunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang