Sebelum tawuran dimulai, mari lihat keadaan Tio 💇♀️
.
.(Tio pov)
"Mmmhhh... " gue membuka mata gue dan menatap langit-langit kamar rumah sakit.
"Aduh" gue mencoba duduk dan langsung meringis merasakan ada beberapa tulang gue yang rasanya patah.
Ada seseorang di samping gue. Tertidur pulas sambil duduk.
"Yudha... " gue menyentuh rambutnya pelan.
Yudha terbangun dengan kaget.
"Tio? Ah lu udah bangun? Astaga... Syukurlah. Lu pingsan lama banget. Syukurlah. Gue panggil dokter yah!"
Gue mengangguk dan tak berapa lama dokter pun datang memeriksa keadaan gue.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Yudha cemas.
"Ada beberapa dislokasi pada tulang bagian belakang. Mungkin perlu cukup lama bagi saudara Tio untuk bisa pulih seperti biasa. Tapi overall keadaannya sudah membaik"
"Iya terima kasih dok"
Dokter pamitan meninggalkan Yudha yang langsung berdecak murka.
"Siapa yang bikin lu jadi kayak gini Tio?"
"Arjuna"
"Wah si bangsat... Lihat aja. Gue bakal bikin perhitungan sama dia!" geram Yudha.
"Emm... Lu yang bawa gue kesini?"
"Ya. Gue ditelepon pemilik gym... Gue lagi rapat penting tapi gue buru-buru ke sini... Eh pelan-pelan" Yudha buru-buru membantu gue duduk.
"Lu berbaring aja Yo" Yudha duduk di sebelah gue.
"Makasih ya Yudha... Gue kira lu ga bakal perhatian sama gue selain pas kita ml doank"
"Tio kok lu ngomong kayak gitu sih?"
Gue menarik nafas panjang dan menatap ke depan tanpa fokus. "Elu... Dan yang lain... Cuma peduli sama body gue doank kan. Hmph"
"Tio? Sayang?" Yudha berusaha meraih dagu gue tapi gue menghindar jengah. Semua yang dikatakan Arjuna terngiang kembali di telinga gue. Dan mendadak gue merasa menjadi orang paling kesepian di muka Bumi.
I mean... Jay dan Juna... Mereka saling memiliki satu sama lain. Lah gue? Bener kata si Arjuna. Seme-seme itu datang cuma karena wajah dan body gue doank. Ga ada yang benar-benar peduli sama gue...
Pluk
Hmm?
Gue mendongak merasakan Yudha meraih kepala gue dan dia bawa ke dadanya. Sementara lengannya melingkari pinggang gue dengan protektif.
"Ada orang yang nyakitin perasaan elu? Si Arjuna itu? Iya? Biar gue hajar dia"
"... Why?" tanya gue pelan. Mata gue mendadak terasa panas. "Lu ga usah repot-repot buat lonte kotor kayak gue... Ga usah sok peduliin gue"
"Tio! Oh come on leader... " Yudha menatap gue tak percaya. "What's wrong with you? We just have fun... Iya kan?"
Gue mendorong dadanya pelan. "Lu seme. Seme tidur sama berapa orang pun tetap dianggap cool. Dianggap jantan. Gue uke! Gue tidur ama banyak orang... Yah... Gue dianggap murahan..."
"That's nonsense" Yudha menatap gue dalam-dalam. "I mean... Ya I know sistem patriarki di Jepang dan Indonesia yang hampir mirip. Bahwa lelaki selalu di atas. Wanita selalu di bawah. Tapi itu menurut gue nonsense. Semua orang punya kedudukan yang sama di mata gue"
Gue mendongak dan menatap Yudha. "Maksud lu?"
"Leader, gue ga pernah nganggap lu lebih rendah dari gue hanya karena posisi seks lu adalah uke. Bagi gue lu tetap pria jantan, smart, elegan, sexy, dan gue tahu lu aslinya introvert tapi lu bisa jadi leader komunitas sebesar GRC.. Itu sangat keren.... "
"Benarkah?"
"Ya... Dan... Please. Jangan berkata seolah-olah ga ada orang yang peduli sama elu. Gue... " Yudha menelan ludahnya. "Gue peduli kok sama elu... I care about you. I do"
Hening sejenak diantara kami.
Yudha meraih dagu gue dan matanya terus menatap gue. Makin dekat hingga... Akhirnya bibirnya melumat bibir gue. Lembut....
Bruakk
"Sayang! Lu ga apa-apa... Eh?!"
Gue dan Yudha terlonjak dan saling menjauh saat Doni tiba-tiba datang ke kamar VIP tempat gue dirawat.
Doni berkacak pinggang dan menatap Yudha tajam.
"Oh... Ya udah. Bf lu udah dateng. Gue pamit yah" Yudha mengusak rambut gue lalu berpamitan.
"Gue duluan ya Don"
"Hm" saut Doni datar. Pintu menutup di belakang kami dan Doni berputar menatap ke arah gue.
"Apa maksudnya ciuman itu?"
"Don... Please. Lu kayak ga pernah liat gue ciuman ama cowok lain aja di depan lu" gue menarik nafas dan berbaring kembali di kasur gue.
"Ya kalau kita lagi party atau lagi threesome it's okay... It's just a sex anyway... Tapi... Lu baru bangun setelah pingsan dan hal pertama yang lu lakukan adalah ciuman sama si Anime itu?! Wtf?!"
"Ya karena dia yang ada di samping gue! Lu kemana aja baru datang?!"
"Yeee... Apa sih lu. Rese banget. Gue tadi abis nganterin si Ten ke bandara. Jadi ya agak lama. So what"
"So what lu bilang? Yudha lagi rapat penting tapi dia langsung lari datang saat denger gue dihajar orang sampai pingsan. Dan lu masih asyik ngurusin si---- " gue menahan diri tidak mengeluarkan kata-kata mutiara gue bagi cengceman baru kesayangan si Doni.
Doni mengangkat bahunya tak peduli lalu duduk di sofa.
"Don... "
"Ya"
"Gue pengen... Boleh ga kalau... " gue menggigit bibir gue pelan. "Bisa ga kita..
Mencoba buat komit?""Komit?"
"Ya... Jadi lu jangan maen sama uke lain lagi. Dan gue juga ga bakal maen sama seme lain lagi. Kita komit. Jadi cuma ada lu sama gue dalam hubungan ini"
Doni menatap gue selama beberapa saat.
"Lu mau kan Don? Kita coba yah? Gue... Gue butuh elu. Yah bukan cuma buat nge-seks doang tapi lebih dari itu... "
Mata Doni mengerjap. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Sebelum akhirnya ia meledak tertawa terbahak-bahak.
"Don?"
"Hahaha... Komit? Hahaha... " Doni memegangi perutnya yang terasa geli. "So funny"
Dia telentang tidur di sofa dengan santuy dan menguap. "Si Arjuna menghajar kepala lu terlalu keras ya kayaknya. Haha... Otak lu jadi error, Tio"
Gue berdecak dan menatap bf gue itu jengkel. What so funny about that?
Drrtttt.
Pesan teks dari Yudha. Gue membacanya.
"Istirahat Tio. Udah jangan banyak pikiran ya. Soal si Arjuna tenang aja. Gue akan balas apa yang udah dia lakuin sama elu. Bakal habis tuh bocah di tangan gue. Gue janji"
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ Jay & Juna
General FictionJusuf Habibie, cowok manis berkulit putih bersih asal Bandung, memulai hari barunya sebagai mahasiswa Unpaj Jakarta dengan penuh harapan. Namun tak disangka hari-harinya menjadi lebih berwarna karena kehadiran sosok teman sekelompoknya, cowok macho...