07 - Liburan
Rabu pagi, Jihan sudah siap berangkat. Tadinya Jihan ingin membatalkan saja rencana liburan ini dan memilih untuk tidur seharian di dalam kamar. Tapi, tadi malam saat jam sudah menunjukan pukul setengah dua dini hari, Arkha menelponnya dan mengatakan bahwa ia akan menjemput Jihan pagi ini.
Terimakasih pada Elang Arkhana Derren, berkat telpon dari lelaki itu Jihan jadi susah untuk kembali memejamkan mata dan berakhir dirinya yang bangun telat pagi ini. Untung saja Arkha belum datang jadi ia bisa sedikit menghela nafas meski awalnya diburu waktu.
Handphone di meja kembali bergetar, tertera nama Arkha di layar.
"Hallo?"
["Aku di depan."]
"Okey!" Lalu tanpa pamitan, Jihan memutus sambungan. Itung-itung balas dendam karena semalam Arkha melakukan hal yang sama. Mengganggu tidurnya saat sudah larut malam, memberitahunya rencana dadakan lalu mematikan panggilan begitu saja.
Jihan jadi kesal sendiri mengingatnya.
Andai gadis itu tahu, kalau semalam Arkha masih ingin mengobrol dengannya, namun kondisi handphone tidak memungkinkan. Karena ingin pergi liburan hari ini, Arkha membawa pekerjaannya ke apartment. Jangankan mengecek baterai handphone yang hampir lowbat, menyantap makan malamnya saja Arkha lupa.
Semua demi hari ini.
Jihan membuka gerbang perlahan. Bisa ia lihat mobil BMW hitam itu terparkir apik di depan rumah kostnya. Seingat Jihan mobil yang Arkha pakai saat mengantarnya tempo hari berwarna biru, kenapa sekarang berubah warna begini? Bentukannya juga berbeda.
Jika saja Arkha tidak menurunkan jendela mobilnya, jelas Jihan takkan tahu kalau itu adalah mobil Arkha.
Jihan segera masuk ke dalam mobil lalu menyimpan tasnya di kursi belakang.
Ini adalah pertemuan kedua mereka. Kesibukan Arkha membuat lelaki itu tak punya waktu untuk sekedar ngapel atau menemui Jihan di tempat kerjanya.
Sedikit canggung saat hening menyelimuti. Mobil mulai melaju meninggalkan area kost namun keduanya belum ada yang bersuara.
Membuka obrolan dengan orang baru bukanlah keahlian Jihan. Selama ini dirinya bersikap ramah dan sok dekat hanya karena tuntutan pekerjaan. Ia tidak ingin memaksakan diri untuk pendekatan dengan Arkha. Biar saja menunggu pemuda itu menyapa duluan, toh saat bicara di telpon tempo hari Arkha begitu lancar mengajaknya bicara.
"Udah sarapan?" tanya Arkha akhirnya. Ia juga bukan orang yang suka basa-basi dengan orang baru. Lingkungan kerja membuatnya agak kaku untuk bersosialisasi. Ia harus membangun image dingin dan misterius di hadapan para petinggi perusahaan maupun bawahannya.
Tapi, kepada Jihan yang kelak akan menjadi istrinya ... Arkha ingin menunjukan sisi dirinya yang berbeda.
"Belum," jawab Jihan.
"Kebiasaan," gerutu Arkha. "Mau sarapan apa?"
Mungkin ini hanya perjodohan konyol semata. Tapi berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan bukan ide yang buruk 'kan?
"Terserah kamu, aku pemakan segala kok."
"Aku baru tahu kalau tupai ternyata omnivora." Arkha berkomentar membuat Jihan menoleh cepat.
"Maksud kamu aku kaya tupai?"
"Kamu gak nyadar?"
"Tega banget, nyamain aku sama tupai."
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. Arkha
RomanceSelamat datang di We Got Married seri 2! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...