15 - Kotak Coklat
Setelah lamaran tiba-tiba itu, Jihan susah tidur. Sampai pagi menjelang matanya masih enggan terpejam. Ia mengerang tertahan.
"Bisa-bisanya dia nyuri start duluan!"
"Jihan, will you marry me?"
Kalimat itu terus terngiang di telinga Jihan. Melihat mata Arkha yang terlihat begitu tulus saat mengucapkannya membuat Jihan tak tega untuk berkata tidak. Pada akhirnya ia tetap menerima cincin tersebut.
Puncak kebodohannya adalah ketika Arkha mendekatkan wajah lalu berbisik. "Biasanya habis lamaran harus cium kening. Aku cium ya?"
Dan Jihan hanya bisa mematung saat Arkha menempelkan bibirnya, mengecup keningnya dengan lembut.
Bantal dan guling sudah menjadi pelampiasan kekesalan Jihan sejak tadi.
"Harusnya aku gak usah terbawa suasana. Harusnya aku nolak dan nyuruh dia ngelamar secara resmi aja besok!"
Tengah asik mengomel, ia harus dibuat terkejut hingga hampir terjungkal saat handphonenya tiba-tiba bergetar dengan wajah Arkha terpampang di layar.
Jihan bingung, haruskah ia mengangkat panggilannya? Kalau diangkat rasanya akan canggung. Tapi kalau tidak diangkat akan sangat kentara kalau ia menghindari Arkha dan mungkin akan lebih canggung saat bertemu besok.
Dengan mengumpulkan kembali sikap acuh tak acuhnya, ia menggeser ikon panggilan berwarna hijau di layar.
"Hallo?" sapanya sebiasa mungkin.
["Hai, udah sarapan?"] Pertanyaan pertama yang akan Jihan dengar jika Arkha menelpon di pagi hari.
"Belum."
["Turun, aku bawain nasi kuning buat kamu."]
Refleks Jihan menegakan tubuh. "Kamu ke kost?"
["Iya. Aku di luar."]
"Ngapain ke kost?"
["Ngasih kamu makan."]
"Arkha serius, kamu ngapain ke kost?"
Hening sesaat, Jihan pikir Arkha mematikan panggilan tapi ternyata panggilannya masih tersambung.
["Aku tunggu di mobil, cepat turun!"] Lalu panggilan berakhir.
Jihan mengerjap, menatap layar handphonenya tak percaya. Arkha baru saja mematikan panggilan sepihak--- lagi?
"Ck, dasar tuan seenaknya!" Meski menggerutu, Jihan tetap berdiri. Merapikan sedikit rambutnya di depan cermin lalu segera keluar kamar.
Jihan bergegas menuruni tangga takut Arkha benar-benar serius dengan ucapannya. Dan benar saja saat membuka gerbang rumah, mobil hitam Arkha sudah terparkir di sebrang jalan. Jihan segera berjalan menghampirinya lalu masuk ke dalam mobil.
"Nih!" Arkha memberikan sekresek berisi dua nasi kuning yang sengaja ia beli dari tempat langganan Jihan.
"Kok dua?"
"Sengaja beliin buat bang Yuta juga. Kalian berangkat jam berapa?"
"Sebentar lagi mungkin, tadi kak Yuta baru bangun paling masih siap-siap." Arkha hanya manggut-manggut. Tatapannya terjatuh pada cincin di jari manis Jihan.
Sadar ke mana arah tatapan Arkha, Jihan pun ikut melihat objek yang sama. Mendadak dirinya salah tingkah hanya karena melihat senyum tulus Arkha yang tengah memandangi cincinnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. Arkha
RomantizmSelamat datang di We Got Married seri 2! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...