🍃 19 - Bertemu Dokter Kun

393 95 40
                                    

19 - Bertemu Dokter Kun

Jihan tahu kalau Arkha itu tampan, tapi ia tidak tahu kalau Arkha akan jauh lebih tampan dan berkarisma saat berdiri tegap memeluk pinggangnya seperti sekarang.

Jantung Jihan berdebar kencang. Bedanya kali ini tidak begitu sakit. Seperti ada perasaan membuncah di dadanya yang membuat ia kesulitan menahan senyum. Terlebih saat tatapan keduanya beradu dalam satu garus lurus. Pipi Jihan panas seketika.

Awalnya Jihan bingung saat si perias tadi berkata bahwa ia tidak perlu memakai blush on, tanpa bantuan blush on sekalipun, pipinya akan merona alami saat mereka take photo. Dan sekarang Jihan tahu apa maksud ucapan si perias tadi.

"Oke, pertahankan!"

"Tangannya lebih posesif lagi bang Arkha, okey Jihan senyum---" Suara Ardan kembali terdengar memberikan intruksi.

Saat Jihan masih dirias tadi, Arkha menyempatkan diri menghubungi Ardan untuk datang dan menjadi photografernya. Bukan apa-apa, Arkha hanya tidak mau diamuk adik pertamanya karena disangka lebih mempercayai skill photo orang lain dibanding dirinya.

Dan sesuai dugaan, Ardan tetap datang meski dirinya sedang meeting bersama para pemegang saham XB. Ent.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam saat Jihan selesai mencuci mukanya. Acara pengambilan foto sudah selesai sejak setengah jam yang lalu. Tanpa membuang waktu, Jihan segera meminta perias untuk menghapus make up di wajahnya. Ini gerah dan Jihan tak suka. Cukup nanti saja di hari pernikahannya ia akan bersabar membiarkan wajahnya didempul make up tebal seharian.

Keluar dari kamar mandi, Jihan tak menemukan siapapun di ruang make up, kecuali satu otang yang sudah membawanya ke tempat ini.

"Orang-orang ke mana?" tanyanya seraya menghampiri Arkha yang duduk di sofa. Arkha yang semula sibuk dengan tabnya mendongak, menatap Jihan yang terlihat lebih segar setelah cuci muka.

"Mereka lagi cari makan. Sini, kamu juga makan dulu mumpung makanannya masih hangat."

Jihan duduk di samping Arkha. "Ini kamu yang pesen?" tanyanya saat melihat tumis capcay dan ayam pedas manis kesukaan Jihan di meja. Sebenarnya Jihan suka hampir semua makanan, tapi selain ayam richeese, dua makanan di depannya jelas yang paling ia suka.

"Iya, sengaja nyari masakan rumahan buat kamu. Nih!" Arkha bahkan mengambilkan sendok dan garpu untuk Jihan.

"Makasih."

"Hm, selamat makan, Jihan."

Jihan hanya membalasnya dengan gumaman. Mereka mulai makan dengan tenang di dalam ruangan. Sedangkan di luar ruangan orang-orang masih sibuk dengan pekerjaannya terutama bagian editing yang harus bekerja semalaman agar semua selesai dan siap besok pagi.

***

Jika kemarin ia bisa kabur dari Yuta dengan memanfaatkan kedatangan Arkha, hari ini Jihan tak punya alasan untuk menolak ajakan Yuta tempo hari. Pada akhirnya ia harus tetap ikut untuk bertemu dokter Kun.

Jihan hanya bisa diam menunggu hasil pemeriksaan keluar. Di sampingnya ada Yuta yang juga tengah menunggu hal yang sama.

Setelah berkutik dengan komputernya beberapa saat, lelaki dengan jas putih yang akrab dipanggil dokter Kun itu beralih menatap keduanya bergantian.

"Saya akan bertanya pada Jihan terlebih dahulu," ujarnya yang mendapat anggukan dari Yuta.

"Apa belakangan ini jantungmu sering berdebar lebih cepat dari biasanya?"

WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang