🍃 31 - Sayang

426 90 15
                                    

31 - Sayang

Rencana Arkha untuk menjemput Jihan dan Nana di Kota Tua gagal karena tiba-tiba ada masalah di kantor. Ia harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk memeriksa laporan dari kantor cabang. Setelah tadi sempat menghubungi Aresh dan meminta kangmasnya untuk mengantar Jihan dan Nana pulang, Arkha kembali bergelut dengan berkas dan laptopnya.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam, ia sudah menyuruh Lia pulang dengan tetap menahan Juan di ruangannya.

"Kerjaan kita masih banyak, gue pesenin gofood aja ya buat makan malam?" Pertanyaan Juan hanya dijawab dengan gumaman oleh Arkha.

"Mau pesen apa?"

"Samain aja." Tapi kemudian gerakan jari Arkha di laptopnya terhenti. Ia beralih mengambil handphone yang ia simpan di laci sejak tadi. Ada dua pesan masuk dari Jihan sejak dua jam yang lalu.

Istri

Kamu mau dimasakin apa buat makan malam nanti?
Masih lembur?

Arkha mengusap wajahnya kasar. "Gue nelpon Jihan dulu deh bentar, Wan."

"Ya udah, gue juga mau bikin kopi dulu. Lo mau sekalian gak?"

Arkha mengangguk. "Boleh."

Setelah Juan keluar dari ruangan, Arkha segera mendial panggilan ke nomor Jihan. Butuh beberapa detik menunggu hingga panggilan tersambung dan suara Jihan memenuhi telinga.

["Hallo?"]

"Hallo, Ji kamu lagi apa?"

["Lagi nemenin Nana nonton TV, kamu masih di kantor?"]

"Iya, kerjaan aku masih banyak. Kayanya aku pulang telat deh."

Hanya deheman Jihan yang Arkha dengar sebagai jawaban kemudian keduanya terdiam.

["Kamu udah makan?"] Arkha tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang hanya bisa ia dengar ketika ia terjebak pekerjaan seperti saat ini.

"Belum, tapi Juan barusan udah pesen delivery. Kalian udah makan?"

["Nana sih udah, tenang aja."]

"Kalau kamu?"

["Aku belum laper."]

Arkha terdiam sesaat. "Kamu nungguin aku ya?" tanyanya ragu.

["Enggak. Aku nunggu drama yang lagi aku tonton selesai baru nanti makan."]

Meski jawaban Jihan tak sesuai keinginan, entah mengapa Arkha merasa jika gadis itu sedang berbohong padanya.

"Jangan telat makan ya, istriku."

["Aku mendadak pengen muntah dengernya."]

Arkha terkekeh pelan. "Eh, Ji aku harus kerja lagi nih, kamu tidur duluan aja ya gak usah nungguin aku pulang."

["Gak ada yang nungguin kamu juga."]

["Padahal dari tadi kakak ngelirik jam terus nungguin mas Arkha pulang."] Suara pelan Nana terdengar membuat Arkha gagal menahan senyum.

["Aku matiin telponnya ya, dramanya lagi seru."] Jihan yang buru-buru mematikan panggilannya sepihak membuat Arkha semakin mengembangkan senyum.

Kenapa istrinya lucu sekali. Arkha jadi gemas memikirkannya.

"Perasaan muka lo masih kusut pas gue tinggal bikin kopi, kenapa sekarang jadi cerah banget gini? Mana senyum-senyum lagi kaya orang kesurupan."

Arkha melirik Juan dengan seringai jahilnya. "Jomlo can't relate, Wan."

WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang