🍃 16 - Dress Cream

430 97 38
                                    

16 - Dress Cream

Seminggu berlalu sejak acara lamaran dari keluarga Arkha tempo hari. Tak ada yang berubah dari Jihan. Gadis itu masih bekerja di kafe Wina, masih sering mendapat pesan singkat dari Arkha walau hanya sekedar ucapan selamat pagi atau sekedar menanyakan kabar. Mereka belum sempat bertemu karena Arkha yang seminggu ini sibuk dengan pekerjaannya.

Jihan merebahkan tubuhnya di kasur. Ia baru selesai mandi, padahal jam sudah menunjukan hampir pukul 10 malam. Jika Yuta tahu Jihan mandi malam-malam begini pasti lelaki itu akan mengomelinya.

Baru saja memejamkan mata, tiba-tiba handphone di samping kasur bergetar membuat Jihan kembali membuka matanya.

"Hallo?" Ia langsung mengangkat panggilan saat melihat ID si pemanggil.

["Kamu udah pulang?"]

"Udah."

["Kenapa gak ngasih tahu kalau pulang cepet?"] tanya Arkha dari ujung sana.

"Buat apa?"

["Ya ... gak papa. Mau aja dikasih tahu. Emang gak boleh tahu kegiatan calon istrinya?"]

Jihan menajauhkan handphone dari telinga, menatap layar handphonenya sangsi. Apa ia tidak salah dengar? Arkha baru saja merengek padanya?

Berdehem pelan, Jihan memilih menjelaskan. "Kak Winwin nyuruh kami tutup kafe lebih awal. Makanya kami juga pulang lebih awal."

["Aku ngejemput kamu ke kafe barusan."]

"Kok gak bilang kalau mau jemput?"

["Tadinya 'kan mau bikin kejutan."] Jihan hanya merotasikan bola mata malas mendengar celotehan Arkha.

["Aku belum makan malam,"] ujar Arkha tiba-tiba.

"Kenapa laporan sama aku?"

["Ya kali aja kamu peduli."]

Jihan hendak kembali bertanya namun ketukan di pintu kamar mengurungkan niatannya. "Bentar!" ucapnya pada Arkha lalu segera bangun dan berjalan membuka pintu.

"Eh kak Tyas, ada apa kak?"

"Ada cowok kamu di depan, turun gih."

"Hah?" Jihan loading sesaat sebelum akhirnya menyadari ucapan Tyas lalu mengangguk.

"Iya, Kak. Makasih udah ngasih tahu."

Selepas kepergian Tyas, Jihan segera kembali ke kamar, mengambil handphone yang sebelumnya ia simpan sembarangan di atas kasur.

Saat melihat panggilan dengan Arkha masih tersambung, ia segera menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"Arkha---"

["Aku di depan kost kamu."] Belum sempat Jihan merampungkan pertanyaannya, Arkha sudah lebih dulu menyela. ["Di luar dingin, cepet keluar!"]

Mau tak mau Jihan keluar. Sudah bukan hal aneh jika Arkha tiba-tiba datang ke kost-nya.

Dengan hanya memakai pakaian tidur yang dilapisi cardigan, gadis itu menuruni tangga dengan wajah kesal. Ia sudah ngantuk dan Arkha malah menyuruhnya keluar.

Berbeda dengan Jihan, dari balik kemudi Arkha malah tersenyum tipis melihat gerbang kost terbuka lalu gadis yang ia tunggu berjalan menghampirinya meski dengan wajah kesal.

Tentu Arkha tahu alasan kekesalan Jihan sata ini.

"Ini yang kamu bilang di luar dingin?" sarkas Jihan. Meski kesal gadis itu tetap masuk dan duduk di samping Arkha.

WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang