26 - Tsuki Ga Kirei Desu Ne
Sejak menikah dengan Jihan, Arkha jadi lebih sering pulang awal dan membawa lemburan ke rumah dibanding mengerjakannya di kantor. Padahal Jihan lebih sering menghabiskan waktu di kamar dari pada menemaninya lembur, tapi tetap saja Arkha ingin cepat-cepat pulang jika sudah teringat Jihan.
"Pak Arkha tumben udah mau pulang?" tanya Lia. Gadis itu tengah menunggu di depan lift saat Arkha dan Juan keluar ruangan. Kebetulan tadi ia meminta ijin pulang lebih dulu, siapa sangka ternyata atasannya juga pulang tepat waktu.
"Pak Arkha doang nih yang ditanyain?" Juan bergurau.
"Kalau pak Juan 'kan emang biasanya pulang tepat waktu," balas Lia masih dengan perhatian sepenuhnya ke pada Arkha.
"Eh kalian duluan deh, saya nerima telpon dulu." Juan menjauh menjawab telponnya. Sementara Lia masih menatap Arkha menunggu lelaki itu menjawab pertanyaannya.
"Saya udah ditunggu istri di rumah, Lia." Formalitas! Arkha tahu jawabannya hanya formalitas belaka. Tapi entah mengapa saat mengucapkan kalimat tersebut, dadanya berdesir aneh.
"Oh, gitu. Beruntung ya bu Jihan bisa dapetin suami seperti pak Arkha."
Arkha hanya tersenyum tipis. Namun tertawa di dalam hati. Ucapan Lia terdengar seperti pelakor yang sedang memancing targetnya.
Sebisa mungkin Arkha menghilangkan pikiran negatifnya. Lia termasuk salah satu karyawan yang cekatan dalam membantu pekerjaan Juan yang artinya ikut meringankan pekerjaannya juga. Ia malas mencari sekertaris tambahan jika memindahkan Lia ke kantor lain.
"Kayanya saya deh yang beruntung dapetin dia. Dari sekian banyak lelaki yang mendekati Jihan, saya yang beruntung bisa memiliki dia."
"Tapi 'kan dia dari keluarga biasa, Pak. Apa pak Arkha gak malu nikah sama dia?" Pertanyaan Lia mulai membut Arkha tidak nyaman. Rasanya sangat menyebalkan mendengar seseorang dengan berani merendahkan Jihan yang posisinya jauh lebih tinggi darinya.
"Saya justru bangga sama dia. Jihan itu pintar segalanya. Gadis idaman semua mertua. Dan yang jelas bisa menjaga kehormatanya sebagai seorang wanita. Dia sempurna di mata saya."
Pintu lift terbuka. Arkha masuk lebih dulu sementara Lia mematung di tempatnya dengan wajah merona padam.
"Kamu gak masuk?" tanya Arkha membuyarkan lamunan Lia. Gadis itu gelagapan seketika.
"Eh? Em bapak du-duluan saja, Pak."
"Oh, oke." Arkha menekan tombol membuat pintu lift tertutup.
Ia kembali tertawa. Kali ini tawa meledak tanpa harus menahannya lebih lama.
"Dapetin Jihan bukan hal yang mudah, ya kali udah jadi hak milik mau gue lepas gitu aja," gumam Arkha disertai kekehan pelan.
Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi. Wajah serius Jihan saat tengah merapikan dasinya masih saja terlihat manis. Arkha jadi gemas sendiri.
Ia bahkan tak peduli apakah gadis itu gadis yang selama ini ia cari atau hanya seseorang dengan wajah yang sama. Yang Arkha tahu, gadis itu begitu menarik di matanya. Sepertinya ia perlu menawarkan peran tambahan untuk Jihan di apartmen nanti.
Sesampainya di apartment hal pertama yang menyambutnya adalah suara TV dari ruang tengah yang memenuhi seisi ruangan. Sepertinya Jihan sedang menonton TV.
Terlihat gadis itu tengah duduk di sofa dengan boneka beruang coklat pemberian Jeya tempo hari. Kado pernikahan katanya.
"Eh udah pulang?" Gadis itu menoleh saat menyadari kehadiran Arkha. Seperti biasa, Jihan meraih tangannya untuk salim.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. Arkha
RomansaSelamat datang di We Got Married seri 2! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...