18 - Prewedd Dadakan
Pintu terbuka bersamaan dengan Lia yang keluar dari ruang kerja Arkha. Di depan pintu ia berpapasan dengan Juan yang hendak masuk ke ruangan Arkha. Menjaga sopan santunnya sebagai seorang sekertaris, Lia segera mengulas senyum sebagai formalitas di depan si senior.
Saat Juan sudah memghilang di balik pintu senyum Lia memudar begitu saja, berganti dengan tatapan sinis dan wajah judesnya. Gadis itu berjalan ke mejanya, menyimpan dokumen yang sedari tadi ia bawa ke atas meja dengan kasar.
"Nyebelin banget sih, pak Arkha!"
Ia sengaja membawa dokumen banyak untuk ditandatangani oleh Arkha agar ia bisa berlama-lama di ruangan sang atasan. Sialnya Arkha terlalu sibuk hingga memilih langsung membubuhkan tanda tangan tanpa mau repot memeriksa ulang dokumen-dokumen tersebut. Alhasil rencana Lia untuk berduaan lebih lama dengannya gagal begitu saja.
Sedangkan di dalam ruangan saat ini, Arkha masih sibuk memeriksa pekerjaan di komputernya mengabaikan kehadiran Juan.
Tak mendapat perhatian dari Arkha, Juan segera menjatuhkan tubuhnya ke sofa lalu mengambil majalah di bawah meja yang sengaja di-stok Arkha hanya untuk mereka baca di saat badmood begini.
"Kayanya semua laporan udah gue tandatangani deh. Kenapa lo tiba-tiba masuk ke sini?"
Juan memutar bola mata malas, mengangkat tangan menunjukan jam tangannya ke arah Arkha. "Bapak Arkhana yang terhormat, saya datang ke sini untuk mengingatkan perihal agenda bapak sore ini. Bapak gak lupa 'kan?"
Arkha mengernyit bingung sebelum kemudian tersentak kaget. Ia buru-buru mengecek jam tangannya lalu menghembuskan nafas lega saat sadar masih memiliki waktu cukup sebelum pergi menjemput Jihan.
"Kha, gue tanya deh sama lo. Lo niat gak sih nikah sama dia?" Pertanyaan tiba-tiba Juan membuat Arkha sedikit kesal.
"Niat lah! Kenapa deh pertanyaan lo begitu banget."
Juan berdecak. "Gue sebagai sahabat lo cuman mau ngingetin. Kalau emang lo niat coba lebih perhatiin hal-hal kecil kaya gini. Sore ini kalian ada jadwal fitting baju pengantin tapi lihat sekarang, lo hampir aja lupa. Coba kalau gak gue ingetin bisa-bisa lo beneran lupa sama jadwal lo."
"Ya itu 'kan gunanya lo di sini, Wan. Buat ngingetin gue kalau gue lupa."
"Itu hanya berlaku buat urusan kantor bukan urusan pribadi kaya gini."
"Itulah kenapa gue milih sahabat gue sebagai asisten. Urusan kerja peran lo adalah asisten. Urusan pribadi peran lo adalah sahabat."
"Dasar licik!" gerutu Juan yang malah menarik senyum geli di wajah Arkha. "Sebentar lagi lo nikah, untuk urusan pribadi gue harap Jihan bisa ngelakuin itu."
Helaan nafas kasar terhembus ke udara. "Kalau lo mau tahu gue sebenernya gugup, Wan."
"Gugup kenapa?"
"Gue mulai nyaman sama Jihan. Kalau ... kalau gue suka sama dia gimana?"
"Gimana apanya? Sebentar lagi 'kan kalian nikah, dia juga bakal jadi hak milik lo yang sah, apa lagi yang lo bingungin?"
"Masalahnya 'kan ini cuman nikah pura-pura, gak berlandaskan cinta."
"Gak ada yang namanya nikah pura-pura, Arkha. Setelah lo ijab qabul dan terdengar kata sah dari para saksi itu artinya pernikahan lo itu sah di mata hukum dan agama." Juan menghembuskan nafas lelah memikirkan urusan pernikahan Arkha. "Buat Jihan suka juga sama lo, cuman itu satu-satunya cara biar lo bisa memiliki dia seutuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. Arkha
Storie d'amoreSelamat datang di We Got Married seri 2! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...