23 - Si Introvert
Pagi ini Jihan menyiapkan roti bakar dengan selai coklat untuk menu sarapan mereka. Ia tidak tahu Arkha akan suka atau tidak, tapi dirinya juga bingung harus memasak apa untuk sarapan. Apa lagi saat ini perut Arkha tidak bisa mencerna makanan berat pagi-pagi.
"Pagi." Arkha menyapa. Pemuda itu sudah rapi dengan setelan kerjanya.
"Pagi," balas Jihan kaku. Rasanya sedikit aneh mendapat ucapan selamat pagi dari Arkha. Meski sebelum menikah dulu Arkha beberapa kali mengucapkan selamat pagi lewat chat, tetap saja saat mendengarnya secara langsung membuat Jihan merasa aneh.
"Masak apa, Ji?"
"Em, itu aku gak tahu kamu mau makan apa, jadi cuman bikin roti bakar aja."
Tanpa banyak komentar Arkha mengambil roti bakar di piring lalu mengolesinya dengan selai.
"Kamu gak masalah 'kan aku buatin sarapan roti?" Jihan bertanya hati-hati.
Arkha yang tengah mengunyah rotinya berhenti sejenak untuk menatap Jihan. Bisa ia lihat sorot khawatir di mata cantik itu. "Jangan terbebani sama hal-hal seperti itu. Aku pemakan segala kok."
Akhirnya Jihan bisa bernafas lega. "Arkha, kamu suka sayur?"
"Suka, kecuali terong sama brokoli."
"Kenapa gak suka brokoli?"
"Enggak suka aja. It's not yummi."
"Oke."
Arkha hanya bisa mengehela nafas maklum dengan jawaban singkat Jihan. Jarum jam terus bergerak, ia harus segera menyelesaikan sarapannya atau dirinya akan terlambar di hari pertama kerja. Oh, tidak akan Arkha biarkan Juan menggodanya hanya karena telat masuk di hari pertama setelah menikah.
"Aku udah selesai---"
"Taruh aja, itu biar jadi tugas aku buat beresin bekas sarapan kamu."
"Oh, oke." Arkha segera beranjak mengambil tas kerjanya. Di belakangnya Jihan mengekori.
Saat pintu apartment sudah terbuka, langkah Arkha terhenti. Ia berbalik dan mendapati Jihan yang sudah berdiri di hadapannya.
Keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya Arkha berdehem pelan lalu menyodorkan tangan. "Mau salim gak?"
"Harus salim emang?"
"Ya enggak juga sih." Ia hendak menarik kembali tangannya namun Jihan sudah lebih dulu menahannya.
"Sini." Ia mencium punggung tangan Arkha. "Hati-hati di jalan ya ..."
Keduanya kembali diam. Arkha yang menunggu Jihan menyebutkan namanya dan Jihan yang nampak ragu untuk merampungkan ucapannya.
"Hah~" Jihan menghembuskan nafas pasrah. Ingatkan gadis itu bahwa tangan mereka masih saling menggenggam satu sama lain.
"Hati-hati di jalan ... suamiku."
Arkha tersenyum geli melihat senyum penuh keterpaksaan di wajah Jihan. Melepas genggaman mereka, tangan Arkha beralih mengusak rambut yang lebih muda.
"Iya. Kamu juga baik-baik ya di rumah ... istriku."
"Enggak enggak!" Jihan menggeleng cepat. "Kamu gak perlu manggil aku kaya gitu. Geli tahu, Kha."
"Ya 'kan biar adil masa kamu doang yang manggil aku kaya gitu?"
"Ya itu 'kan emang kamu yang minta. Bukan aku yang mau."
Arkha berdecak. "Iya deh iya. Gak usah manggil suami, panggil Arkha aja. Udah ya aku berangkat dulu, baik-baik di rumah." Lalu pemuda itu keluar dari apartmen dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. Arkha
RomansaSelamat datang di We Got Married seri 2! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...