🍃 43 - Pengantin Lama

648 94 55
                                    

43 - Pengantin Lama


  
  
 

Pesta perniakahan Ardan digelar mewah di sebuah gedung hotel. Di apartemen, Arkha sudah bersiap pergi, tinggal menunggu Jihan selesai bersiap di kamarnya.

Jangan tanyakan soal kejadian kemarin. Arkha sudah mencoba menanyakan alasan mengapa Jihan mengecup bibirnya kemarin tapi Jihan menyuruhnya untuk tak lagi bertanya karena gadis itu pun tak tahu alasannya apa. Jadi lah Arkha seperti orang bodoh, mengiyakan keinginan Jihan lalu bersikap seolah tak ada yang terjadi malam kemarin.

Padahal dalam hati Arkha sudah yakin kalau Jihan mulai menerimanya. Ia hanya perlu bersabar sedikit lagi untuk meyakinkan perasaan Jihan padanya.

Pintu kamar terbuka menampilkan Jihan dengan gaun warna peach yang membungkus tubuh kecilnya. Arkha mematung, menatapnya tanpa kedip.

"Aneh ya, Kha?" Pertanyaan Jihan menyadarkan Arkha dari lamunan.

"Ha? Enggak kok. Cantik, Ji. Cantik banget malah." Arkha masih diam di tempatnya, menatap Jihan yang terlihat sedikit tak nyaman dengan bajunya.

"Tapi, Ji, apa gak ada gaun lain? Aku rasa itu ... sedikit agak terbuka."

Memang, gaun yang Jihan kenakan sedikit terbuka di bagian dada dan juga punggungnya. Arkha tidak rela istrinya jadi pusat perhatian lelaki lain. "Ganti yang lain aja gimana?"

Jihan mengangguk tapi kemudian menggeleng. "Cuman ini gaun yang dikasih Jeya kemarin."

Arkha masuk ke kamarnya, mengambil paperbag yang sudah ia siapkan sejak seminggu yang lalu. "Pakai ini aja."

"Kamu dapet ini dari mana?" tanya Jihan bingung.

"Aku beli. Sengaja, takut kamu gak nyaman sama baju yang didesain sama Jeya. Dia 'kan gak tahu baju yang nyaman buat kamu kaya gimana."

"Apa gak papa? Aku gak enak kalau malah pake baju lain, Kha. Nanti baju dari Jeya gak kepake."

"Gak papa. Aku yang bakal ngomong ke Jeya nanti." Arkha tersenyum lembut. "Lagian kata siapa baju dari Jeya gak kepake? Pasti kepake kok, tapi mungkin nanti gak sekarang."

Jihan tak mengerti apa maksud ucapan Arkha tapi ia memilih tak ambil pusing dan segera masuk kamar untuk mengganti gaunnya dengan gaun pilihan Arkha.

Gaunnya pasti kepake, Ji. Nanti kalau kita cuman berdua.

***

Jihan bersyukur mereka bisa pulang lebih awal dari pesta. Tubuhnya cukup lelah meski hanya berdiri menemani mempelai wanita di sampingnya. Resya sedang hamil besar tidak mungkin menemani si mempelai, Jeya juga sibuk mengurus banyak hal. Hanya dirinya yang bisa diandalkan menemani pengantin wanita di atas pelaminan.

"Capek ya? Sana mandi dulu habis itu istirahat." Jihan hanya mengangguk mendengar ucapan Arkha. Masuk ke kamarnya lalu segera membersihkan diri. Meski belum ngantuk tapi tubuhnya cukup lelah, jadi Jihan akan rebahan saja di kasurnya sambil menunggu kantuk datang.

Ia mulai membaca buku yang sengaja dipinjamkan oleh Arkha untuk menemaninya saat lelaki itu dinas di luar kota kemarin, tapi karena Jihan sibuk latihan berjalan ia jadi belum sempat menyelesaikan bacaannya.

Saat ia membuka lembaran demi lembaran kertas tersebut, ada satu halaman yang dilipat dan menarik perhatiannya.

Lebih baik mengungkapkan dari pada tidak sama sekali. Menyesal setelah mengetahui jawabannya lebih baik dari pada menyesal karena menyembunyikannya.

Dua kalimat yang membuat Jihan terdiam.

Apa karena kalimat ini Arkha mengungkapkan perasaannya tempo hari? Apa karena kalimat ini Arkha nekat mendekatinya walau tahu pada akhirnya mereka tidak akan bisa bersama?

WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang