17 - Selalu Jiana
Ruangan serba cream adalah hal pertama yang Jihan lihat saat pertama kali membuka mata. Ia mencoba bangun namun rasa sakit di kepala membuatnya kembali menutup mata.
Cukup lama Jihan terdiam hingga akhirnya suara pintu dibuka pelan terdengar lalu hangat telapak tangan mendarat di keningnya. Bisa Jihan rasakan sapuan lembut di rambutnya namun si pelaku tak kunjung bersuara sedikitpun.
Jihan masih tetap menutup mata bahkan saat telapak itu beralih menggenggam tangan kanannya.
"Cepat bangun, Ji. Jangan buat aku khawatir."
Suara lirih Arkha masuk ke pendengaran. Jihan ingin membuka mata, tapi hatinya berkata lain. Hatinya meminta agar ia tetap berpura-pura tidur hanya demi merasakan hangatnya genggaman Arkha lebih lama.
Punggung tangannya bersentuhan dengan kulit halus Arkha. Jihan tak tahu apa yang harus ia lakukan. Jika ia membuka mata saat ini mungkin keadaan akan menjadi canggung karena Arkha masih setia menempelkan punggung tangan Jihan di pipinya. Tapi jika ia terus-terusan menutup mata ... perutnya lapar minta diisi.
Sebelum Arkha mengetahui sandiwaranya, Jihan memilih segera membuka mata. Menoleh pada Arkha yang juga tengah menatapnya.
"Ji, kamu baik-baik aja? Ada yang sakit?"
Jihan menggeleng. Mencoba bangun meski kepalanya masih sedikit sakit walau tidak sesakit tadi. Dengan bantuan Arkha ia berhasil duduk menyandar di kepala ranjang dengan bantal sebagai penyangga tubuhnya.
"Arkha ..."
"Hm? Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Arkha tanggap. Namun Jihan menggeleng.
"Aku barusan pingsan ya?" tanya Jihan hati-hati.
Arkha menghela nafas kasar. Terlihat kesal namun masih bisa ia tahan. "Iya, kamu pingsan. Dokter bilang kamu kelelahan, kurang cairan makanya tubuh kamu down. Kamu kenapa gak bilang sih kalau belum makan siang? Waktu aku telpon Wina juga katanya kamu cuman sarapan roti sama minum coklat panas doang."
Mendengar omelan Arkha, Jihan mencicit pelan. "Maaf, aku pasti ngerepotin kamu."
"Aku gak masalah, tapi kamu bikin aku khawatir tahu! Kenapa belum makan siang?"
"Itu, kafe lagi rame makanya gak sempet---"
"Jangan bohong. Wina bilang kafe masih bisa di-handle apa lagi bukan cuman kamu yang kerja di sana. Ada dua karyawan lainnya juga yang bantuin, dan kamu memilih gak makan?"
"Aku cuman gak laper aja."
Kriuk ....
Wajah Jihan merona malu saat perutnya tiba-tiba berbunyi nyaring. Berbanding terbalik dengan ucapannya barusan.
Arkha menatapnya datar dengan tangan bersedekap di dada. "Itu yang kamu bilang gak lapar?"
"Aku---"
"Kamu gak lagi diet 'kan? Atau kamu lagi ada masalah?"
"Aku baik-baik aja."
"Aku udah delivery ayam richeese buat kamu tadi, tapi kalau kamu gak mau ya udah. Aku kasih kucing aja."
Mendengar nama makanan kesukaannya disebut, tentu saja Jihan tak rela makanan enak yang tadinya dibeli untuknya tiba-tiba diberikan pada kucing.
"Aku mau, aku mau makan."
"Kamu 'kan gak lapar, ngapain makan?"
"Arkha, kok kamu jahat sih?"
"Aku cuman gak suka kamu yang kaya gini, Ji. Aku mau kamu cerita kalau lagi ada masalah, jangan dipendam sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. Arkha
RomanceSelamat datang di We Got Married seri 2! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...