🍃 21 - Overdosis

519 101 28
                                    

21 - Overdosis



Terbangun dengan posisi saling berpelukan erat tanpa jarak membuat Jihan segera membuka mata lebar dengan badan yang segera ia geser menjauh dari Arkha.

Ia melirik kiri kanan, entah ke mana guling yang sudah ia jadikan pembatas semalam. Lalu melirik lagi posisi Arkha yang masih memejamkan mata. Melihat pemuda itu yang tertidur di tepi ranjang, sudah dipastikan Jihan lah yang mendekati Arkha hingga masuk ke pelukannya.

"Jihan bodoh, malu-maluin aja! Pantesan rasanya hangat ternyata gara-gara dipeluk Arkha?" gumamnya seraya memukul kecil kepala.

Sadar Arkha yang mulai terusik karena dirinya, Jihan memilih segera turun dan beranjak ke kamar mandi.

Di atas kasur, Arkha membuka mata perlahan merasakan pegal di tangan kanannya. Senyum manis tersungging di bibir tipisnya dengan rasa hangat dan rona samar yang mulai menjalar di pipi.

Arkha kembali menutup mata, membayangkan kembali kejadian lucu tadi malam di mana Jihan kedinginan memeluk gulingnya. Lalu tanpa berpikir dua kali Arkha membuang guling pembatas mereka lalu bergeser hingga Jihan memeluknya. Saat pagi mulai menyingsing barulah Arkha menggeser tubuh keduanya ke sisi kiri ranjang di mana seharusnya Arkha tidur tadi malam.

Lucu banget istri gue.

Saat tengah mengingat wajah damai Jihan yang tertidur pulas di pelukannya, Arkha harus terganggu dengan suara benda jatuh dari kamar mandi. Ia bangun, melongokan kepala ke sumber suara.

"Jihan?" Ia sedikit berteriak, takut Jihan kenapa-napa.

"Iya?" Jihan balas teriak menjawab panggilannya.

"Kamu gak papa?"

Pintu kamar mandi separuh terbuka, lalu Jihan muncul dengan pakaian bagian atasnya yang basak kuyup.

"Loh kamu kenapa?" Arkha pikir Jihan jatuh di lantai kamar mandi hingga membuat tubuhnya basah. Tapi tidak mungkin. Jika gadis itu jatuh atau terpeleset di lantai harusnya tubuh bagian bawah yang basah bukan justru tubuh bagian atasnya.

"Gak papa, barusan sabun mukanya jatuh terus pas aku ambil gak sengaja showernya keteken jadi basah deh."

Astaga ceroboh aja masih kelihatan lucu!

Arkha ingin tertawa tapi tak tega.

"Baju kamu basah gitu, ganti dulu--- eh gak ada baju ganti ya?" Matanya mengedar hingga terhenti di ujung ruangan. Arkha turun dari ranjang lalu mengambil handuk yang untungnya sudah ia jemur tadi malam.

"Nih pake handuk dulu aja, sebelum asistenku datang bawain baju ganti buat kita." Arkha mendekat, menyerahkan handuk itu pada Jihan.

"Kamu kenapa?" tanya Jihan yang melihat Arkha membuang pandangan ke arah lain.

"Hah? Eng-enggak, gak papa. Sana ganti dulu baju kamu nanti masuk angin."

Jihan menurut, mengambil handuk dari tangan Arkha lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.

"Haaah~ " Arkha menghembuskan nafas lega. Mengusap dada penuh sabar.

"Pagi-pagi udah disuguhi pemandangan luar biasa. Indahnya orang menikah," kelakarnya saat kembali mengingat kemeja putih Jihan yang basah hingga membuat kain tipis itu semakin transparan. Arkha segera menggeleng mengenyahkan pikirannya yang mendadak liar tak karuan.

"Astagfirullah, Arkha. Gak boleh gitu, dosa--- tapi 'kan Jihan istri gue," monolog Arkha masih mematung di tempatnya.

Getar handphone di nakas membuat Arkha segera menolehkan kepala, berjalan cepat untuk mengambil handphonenya, ia berdecak keras.

WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang