🍃 44 - Netflix and Chill

634 97 12
                                        

44 - Netflix and Chill

  
 
   

Mata cantiknya perlahan terbuka, mengerjap pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina. Jihan meraba space kosong di sampingnya. Tak ada Arkha di sana.

Ia juga baru sadar kalau semalam tidur memakai kemeja putih Arkha yang sangat kebesaran di tubuhnya. Wajahnya perlahan merona namun Jihan bahagia. Ia tersenyum memeluk kemeja yang ia pakai seperti ia memeluk Arkha tadi malam.

Pintu kamar terbuka. "Morning honey!"

Panggilan itu! Ya Tuhan Jihan malu sekali. Semalaman Arkha terus memanggilnya dengan panggilan panggilan manis membuat wajahnya yang sudah merona semakin memerah.

Arkha datang dengan segelas air putih, segelas susu coklat dan roti bakar kesukaan Jihan.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" tanya Arkha sembari menyimpan nampan di meja.

"Hm," gumam Jihan pelan. Ia mencoba bangun lalu duduk menyandar di headbed. Badannya memang cukup segar tapi pegal di tubuhnya juga rasa sakit di bagian bawah masih cukup terasa.

Arkha tersenyum, memberikan gelas air putih padanya. "Minum dulu biar seger."

Dengan senang hati Jihan menerimanya, meneguknya perlahan. Setelah meminum air putih, ia lanjut meminum susu coklat buatan Arkha.

"Enak gak?"

Jihan mengangguk. "Enak." Ia bahkan menghabiskannya sekaligus membuat senyum Arkha semakin lebar.

"Rotinya."

"Nanti dulu, masih kenyang," tolak Jihan. Selain karena kenyang Jihan juga malu dilayani seperti ini.

"Kamu udah makan, Kha?"

"Belum, barusan cuman minum susu doang, belum terlalu laper juga." Arkha menggeser duduknya semakin dekat dengan Jihan lalu merangkul bahu Jihan menariknya ke dalam pelukan.

"Masih sakit?" tanyanya pelan. Jihan hanya mengangguk, entah mengapa tapi rasanya terlalu malu untuknya bicara.

Perlahan usapan-usapan lembut itu ia rasakan di kepala. Tak lupa kecupan lembut juga mendarat di sana.

"Maaf ya, kamu harus ngerasain sakit karena aku."

"Kenapa harus minta maaf? Cepat atau lambat ... kita juga bakal tetep ngelakuin itu 'kan?" cicitnya pelan.

Arkha terkekeh, mengeratkan pelukannya gemas. "Iya, cepat atau lambat kita bakal tetep ngelakuin itu. Terimakasih untuk semuanya, Ji."

"Jihan. Aku mau kamu memanggilku Jihan."

Awalnya Arkha bingung tapi kemudian Arkha paham dengan perasaan sang istri saat ini.

"Kamu harus tahu, apapun panggilanku buat kamu, di hatiku saat ini cuman ada kamu ... Jihan."

Perlahan tangan Jihan terangkat membalas pelukan Arkha. Menduselkan wajah di dada Arkha yang tertutupi kaos hitamnya.

"Kamu libur 'kan sekarang?" tanya Jihan.

"Iya. Ini 'kan weekend."

"Ada lemburan enggak?"

"Enggak ada. Kenapa?"

"Aku masih ngantuk."

"Ya udah ayo tidur lagi."

Arkha terdiam saat jari Jihan mulai bermain di dadanya, membuat garis-garis abstrak di kaos hitamnya.

WGM 2 - (Bukan) Dijodohin -ft. ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang