Bab 4 : Ke Hutan!!!

213 16 0
                                    

Ini bukan mimpi, tapi ini nyata. Gei berdiam diri di kelas, dia sangat takut kalau dia harus pergi meninggalkan bunda nya.   
    
"Gei ayo maju" suruh bu Anjani, wali kelas nya
     
Di tengah-tengah mengajar begini, mengapa Gei di panggil tiba-tiba, padahal ini masih pagi, les pertama pulak.

Semuanya tentu heran, tapi mungkin Gei di suruh untuk menjelaskan sesuatu, secara dia kan pintar.
    
"Kamu mengambil kelas pagi ini untuk yg terakhir bukan, silahkan ucapkan sesuatu pada teman-teman mu, mereka sudah bersamamu selama satu tahun lebih, di akhir semester satu ini, kau malah ingin pergi" ucapan bu Anjani membuat semuanya terdiam cengo.

Gei menarik nafas dalam-dalam, perlahan dia menunjukkan senyuman nya, yah senyuman nya yg membuat semuanya terkejut, 32 siswa di kelas melongo di buat nya
    
"Terimakasih untuk teman-teman semua, jujur aku senang bisa sekolah disini, satu kelas dengan kalian, walau mungkin kalian tidak nyaman dengan ku, karna aku terlalu dingin, tapi mengenal kalian adalah hal terbaik yg pernah ada di hidup ku-"
    
"Tunggu-tunggu sebenarnya ini ada apa Gei" tahan Klaren bingung
    
"Jangan menyela Klaren, biarkan Gei berbicara" sahut bu Anjani dengan tatapan sedikit kesal kepada Klaren

Gei kembali tersenyum, "Aku akan pindah sekolah, mungkin tempat nya akan sangat jauh, jadi aku berbicara disini untuk mengucapkan kata perpisahan"
     
Klaren tersendak, dia diam dengan wajah lugu dan polos.
    
"Maaf jika seandainya aku banyak berbuat salah, dan kalian tidak nyaman, dan lebih banyak terimakasih, dan untuk Klaren, semangat" Gei mengepal tangan nya dan mengangkat nya ke udara, dengan senyuman tegar.
     
Dia sudah terlanjur menyayangi Klaren yg polos dan jujur.
     
Klaren tanpa banyak kata segera maju ke depan, memeluk sahabat nya dengan tangis pecah, mengapa Gei tidak membicarakan ini dari tadi, ini terkesan acara perpisahan nya sangat singkat, karena bunda nya Gei sudah menunggu di luar kelas.

Gei memeluk Klaren dengan erat, dia tak mau menangis di depan umum
    
"Maaf Ren, sebenarnya aku pergi untuk mencari ibu kandung ku" bisik Gei spontan membuat Klaren terkejut da melepas pelukan nya.
     
Gei masih memasang wajah sendu,  sekali lagi Klaren memeluk nya dengan erat, "Semoga ibu mu cepat ketemu yah, nanti kalau sudah ketemu, jangan lupa kenalkan padaku, dia pasti baik seperti bunda mu" bisik Klaren menepuk punggung Gei
  
"Doakan aku Ren, aku berjanji akan kembali untuk melihat mu" ucap Gei tersenyum
    
"Aku akan merindukan mu, mengatakan kalau kamu memang di takdir kan untuk selalu menjadi pemenang" ucap Klaren meniru suara Gei yg datar.
     
Bu Anjani nampak haru sampai ikut menangis, sangat di sayang kan memang murid jenius ini akan pergi.
    
"Kami akan menjaga Klaren untuk mu Gei" seru seseorang dari belakang
     
Mereka semua mengangguk, meski Gei kadang cuek pada mereka, tapi hanya mereka lah teman-teman Gei di sekolah, dan Klaren, sahabat terdekat nya.
    
"Aku akan pergi teman-teman, jaga diri kalian baik-baik, dan yah kalau Klaren meminjam sesuatu, berikan saja dia pasti selalu mengembalikan nya" ucap Gei
    
Klaren terdiam menggigit bibir bawah nya, air matanya masih mengalir jika harus kehilangan sahabat nya ini, sahabat yg selalu jahil, sahabat yg lahir di kutub selatan itu? dan sahabat yg menyebalkan.
    
"Sudah nak?" tanya Nita saat Gei sudah keluar membawa ransel nya
     
Gei mengangguk, "Mungkin Klaren ingin mnegantar mu sampai ke bandara" ucap Nita melirik ke dalam kelas dimana Klaren masih diam mematung di depan kelas.
    
Gei menoleh ke belakang, "Klaren, tak ingin mengantar ku ke bandara?" tanya Gei tersenyum simpul
     
Klaren secepat kilat menyambar tas nya, bahkan tak peduli ada bu Anjani disana, dia segera pergi bersama Gei.

                              ***
     
Koper merah di tangan Gei, membuat Klaren semakin sadar kalau Gei akhirnya benar-benar pergi.
    
"Jaga dirimu baik-baik yah" pesan Nita sambil mengusap rambut Gei perlahan.
 
 

 
Gei mengangguk, "Bunda, terimakasih selama ini sudah menjadi bunda yg terbaik untuk Gei" ucap nya memeluk Nita erat
    
"Gei...!" panggil Klaren
    
"Aku akan merindukan mu" isak Klaren yg sudah menangis di pelukan Gei.
     
Usai kembali dari sekolah, Gei sudah mengganti baju nya, "Aku akan pergi, Klaren sesekali datang ke rumah yah, jenguk bunda" pinta Gei membuat Nita semakin menangis
    
"Aku janji" ucap Klaren mengangguk memenuhi permintaan Gei. 
    
"Jangan tersesat yah, kalau sudah sampai, tanyakan saja para orang lain, siapa tau mereka tau"
    
"Iya bunda" balas Gei patuh
    
"Tetap menjadi Gei yg penurut dan baik hati" lanjut Nita tersenyum hangat.
     
Gei mulai melangkah pergi, dia sudah memutuskan untuk menemui ibu nya, dia sudah memikirkan semalaman, kalau ibu nya juga masih membutuhkan dirinya.
     
Dia bertekad untuk mengetahui semua nya, apa alasan dia di asing kan kemari. Meski dia masih bingung tentang kemana dia harus pergi, karena sesuai surat itu dan sesuai arahan dari bunda nya, dia harus pergi ke dalam hutan?
     
Dan hutan yg di maksud ada di Luar pulau, dia harus mengikuti penerbangan untuk bisa sampai kesana.
    
"Gei akan baik-baik saja kan bunda?" tanya Klaren yg sudah berada di pelukan Nita
     
Yah memang Klaren seperti itu, dia sudah memanggil Nita dengan sebutan bunda sejak dia berteman dengan Gei. Sekilas tentang Gei, pagi tadi saat dia bangun, rambut nya sudah kembali ke warna semula, dan pupil nya juga kembali menjadi hitam pekat.
    
"Aku akan segera kembali bunda, aku berjanji" ucap Gei mulai menaiki anak tangga yg menghubungkan aspal dengan pesawat yg akan membawa nya terbang untuk mencari ibu kandung nya.
     
Gei sudah berjanji tak akan menangis di saat seperti ini, yg perlu dia lalukan adalah, menemukan ibunya, di saat ada waktu untuk kembali, dia akan membawa ibunya untuk di tunjukkan pada bunda nya, juga pada Klaren.

                             ***
    
Masih menarik koper merah dan juga menggendong ransel di punggung, Gei menatap kertas di tangan nya, dia sudah membeli print peta untuk  wilayah yg akan dia kunjungi, yah hutan yg di sebut-sebut jarang di kunjungi oleh manusia.
     
Dan disini lah dia sekarang, masih di luar hutan yg akan dia tuju.
    
"Permisi pak" sapa Gei pada seorang pria paruh baya yg baru saja melintas, karena ini area masih termasuk pemukiman penduduk.
    
"Iya ada apa neng" sahut nya sopan
    
"Jadi begini pak, saya datang dari luar pulau kemari, untuk menyelesaikan tugas sekolah saya, atau tugas semester saya, kami semua memang di suruh untuk meneliti beberapa hutan yg jarang di kunjungi oleh orang-orang, dan kebetulan saya di tugaskan kemari, apa bapak tau dimana hutan yg jarang di kunjungi oleh orang-orang?" tanya Gei dengan wajah serius
   
"Ohhh..tau, tapi neng datang nya sendirian? soal nya hutan itu sepi loh, namanya juga hutan yg jarang di kunjungi sama penduduk, saya juga ngk berani soal nya masuk ke sana"
    
"Gpp pak, saya bisa sendiri, saya cuman mau liat dari bagian pinggiran nya aja dulu,.karna saya juga harus cari penginapan" ucap Gei melirik ke arah koper nya.
  
"Kebetulan neng, saya mau ke ladang juga, jadi sekalian saya anterin" tawar nya
     
Gei mengangguk, "Tapi itu koper nya ngk di titip dulu, nanti berat di bawa-bawa ke hutan" serunya
    
"Gpp pak, saya butuh beberapa barang di dalam koper, buat ngambil foto bukti" balas Gei
     
Pria itu mengangguk, lalu mengajak Gei untuk pergi ke hutan yg Gei cari, karena memang hanya itu satu-satunya hutan luas yg memang jarang bahkan tidak pernah ada lagi yg mau ke sana.
   
"Maaf pak saya harus bohong" ucap Gei dalam hati.
     
Mereka akhirnya sudah sampai, memang benar, ini sangat mengerikan, tapi aneh nya hutan ini sangat terjaga, tidak ada semak belukar yg menyusah kah, hanya ada pohon-pohon yg menjulang tinggi.
    
"Saya cuman bisa sampe sini neng" serunya merasa tidak enak
    
"Makasih ya pak, saya bisa sendiri, lagian ini masih siang, jadi mungkin sekitar satu jam disini, saya akan langsung kembali lagi, sekali lagi makasih ya pak"
    
"Sama-sama neng, hati-hati yah, jangan terlalu jauh dulu, di pinggiran sini memang ngk akan ada bahaya, tapi jangan terlalu dalam, mungkin ada hewan liar" peringat nya
    
Gei mengangguk, "Makasih pak, saya ingat pesan bapak" ucap Gei tersenyum yg di balas senyuman oleh pria tadi.
    
Dia segera pergi, barulah Gei memberanikan diri untuk memasuki hutan.
    
"Kenapa harus ke hutan coba? apa mungkin ibu tinggal di hutan agar aman dari bahaya"
     
Gei terus menarik koper nya, karna tidak banyak semak belukar, makanya koper Gei tak perlu terhalangi. Gei memeriksa ponsel nya, sudah tak ada sinyal disini. Dia hanya bisa terus berjalan, agar segera menemukan pohon dengan daun yang berwarna oranye.
     
Kata bunda nya sih, itu terletak di tengah-tengah hutan, "Astaga apa itu artinya aku akan sampai malam hari? hutan ini sangat luas" lemas Gei.
    
"Tapi aku harus cepat, aku tidak bisa belama-lama, karna kalau malam, akan lebih sulit lagi untuk mencari" Gei membulatkan tekad nya, dia segera melangkah dengan kuat terus menarik koper nya, sambil melirik ke kanan kiri, jujur saja, dia tidak penakut malah dia takjub dengan indah nya hutan disini yg di jaga sangat baik.   

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang