Kemarin, Revan sudah tau, kalau Gei adalah manusia yg paling membingungkan di dunia ini, dia memiliki watak yg membuat dirinya selalu bertanya, apakah Gei ini manusia atau monster. Seperti naga contoh nya, dia sangat langka.
Kemarin, Gei adalah gadis yg baru dia kenal, gadis yg sepertinya tidak pernah memperhatikan tata krama di depan penguasa klan.
Kemarin, Gei adalah gadis yg sangat dingin, gadis yg sudah menjadi pusat perhatian karena sudah berhasil membuat perhatian seorang pangeran yg terkenal tidak pernah peduli dengan yg namanya kaum hawa yg bernama perempuan.
Kemarin, Gei adalah gadis yg sangat jahil, sudah berani membuat kekacauan.
Kemarin, Gei adalah gadis yg selalu suka membentak, dia gadis yg tidak suka di ganggu, dia bisa tertawa karena kekacauan, dia juga bisa marah karena semua orang tidak mengikuti perintah nya, kesimpulan nya, Gei itu egois.
Tapi hari ini, Gei adalah gadis yg lemah, gadis yg sangat rapuh, gadis yg sudah hancur dalam hitungan detik usai melihat sosok yg dia sayangi terluka.
Apa jika nanti seseorang yg dia sukai terluka, Gei akan seperti ini.
Gei melirik jam yg melekat di dinding, sudah menunjukkan pukul 06.24
Posisi Gei dari kemarin belum berubah, terkadang Revan mendengar sedikit isak tangis yg tertahan, sementara Klaren dan ayah nya sudah pergi dari tadi malam.
"Kapan dia akan berhenti" batin Gei yg hanya duduk malas di sofa.
"Bunda..!"
"Ehh...???" Revan terkejut saat Gei kini duduk tenang memanggil sosok wanita yg masih berbaring di atas kasur dengan kondisi koma.
"Bunda..maaf..!" lirih Gei menunduk kembali harus meneteskan air matanya.
"Bunda maaf Gei ngk nepatin janji, janji buat selalu ada di samping bunda, bunda makasih buat semuanya, udah rawat Gei dari kecil, Gei bahagia hidup bersama bunda"
"Bunda tau tidak, di hari ulang tahun ku yg ke 16, itu adalah momen paling bahagia yg pernah Gei rasakan di dunia ini, yaitu dapat surprise dari bunda"
"Pasti bunda siapin kuenya semalaman yah, pasti bunda capek"
"Bunda, Gei ingin cerita, bunda tau? aku sudah bertemu dengan ibu kandung Gei, Gei sudah mendengarkan semua alasan mengapa Gei harus di asingkan ke sini, Gei tau semuanya, dan Gei benci mereka yg sudah membuat ibu ku menderita di masa lalu, ibu sangat berterimakasih sama bunda karna sudah merawat ku"
"Bunda cepat bangun yah, aku ingin membawa bunda melihat tempat ku tinggal, bunda...Gei sayang sama bunda"
"Bunda ingin dengar satu hal? aku pikir yg paling menyakitkan di dunia adalah, bisa melihat seorang ayah namun tak bisa menggapai nya, tapi aku salah bunda, ternyata yg benar adalah, hal paling menyakitkan yg aku rasakan adalah melihat bunda seperti ini"
"Bunda ayo bangun" Gei kembali menangis pedih, rasanya sangat sakit.
Sungguh Revan ingin menghilang dari dunia, dia baru pertama kali melihat wajah seseorang yg begitu menyedihkan, apalagi itu Gei, orang yg biasanya memasang muka datar tanpa ekspresi kini menangis.
Pintu terbuka lebar, usai menangis lebih dari satu jam, Gei kembali ke posisi seperti kemarin, menundukkan kepalanya.
Zaki, pagi ini datang membawa sarapan untuk Gei dan Revan.
"Dimana Klaren?" tanya Revan dengan wajah seadanya
Zaki tersenyum kecil, apa anak ini terang-terangan menanyakan seorang gadis kepada ayah dari gadis itu sendiri?
"Hari ini dia harus sekolah" jawab Zaki ikut duduk di sebelah Revan
"Ini makan lah, dan juga ajak Gei udah sarapan, om pamit dulu harus ke kantor"
Revan mengangguk tersenyum, setelah nya Zaki segera pergi, dia jelas tak akan mengganggu Gei yg masih terdiam dengan posisi yg sama, bahkan Zaki mengira kalau posisi itu sudah bertahan dari kemari sampai sekarang.
"Kau harus makan, kalau tidak kau nanti akan sakit" ajak Revan yg sudah berdiri di sebelah Gei.
"Gei, kali ini saja ayo, aku merasa tidak berguna disini kalau kau sampai sakit nanti"
"Baiklah, kalau kau tidak mau, aku juga tidak akan makan"
Gei segera bangkit dari tempat duduk nya langsung mengambil duduk di sofa dan membuka kotak bekal dari ayah nya Klaren.
Revan tersenyum lega, dia juga menyusul untuk makan bersama.
"Berapa hari kita disini, apa perlu aku kembali untuk memanggil tabib, siapa tau ada yg bisa menyembuhkan dia" ujar Revan memberikan saran
Tidak ada jawaban dari Gei, tatapan nya kosong tak berarti, mungkin telinga nya juga sudah tak berfungsi lagi.
"Kemarin aku bertanya pada Klaren, katanya bunda mu bisa seperti itu karena tabrak lari, aku mau tanya, apa itu tabrak lari?"
"Pranggg...!" sendok di tangan Gei terjatuh, tangan nya gemetar seketika
Yah, usai mendengarkan penuturan Revan membuat kedua pupil nya memerah, untuk kedua kalinya Revan melihat warna mata merah itu, bisa di pastikan saat ini Gei sangat marah. Tapi mengapa warna merah, harus nya biru!!
Dengan cepat dia mengeluarkan ponsel nya dan mengirim pesan kepada seseorang.
Lama sekali Gei menunggu, sambil makan sambil menunggu balasan pesan, dia tau Klaren pasti belum membaca nya karena ini masih jam pelajaran. Apa dia akan menunggu sampai jam istirahat.
"Mau kemana?" pekik Revan melihat Gei bergegas memasukkan jaket nya ke dalam ransel nya.
Gei tak bicara apapun, maka dari itu Revan hanya mengikuti nya saja.
Melihat gadis itu masuk ke dalam mobil, dia juga tanpa di suruh masuk saja dengan sekenanya, lagi pula Gei tidak merespon.
Hanya hitungan menit, keduanya sampai di sebuah halaman rumah yg sangat sederhana, Gei melirik ke arah pot bunga di dekat tiang teras, di bawah sana pasti ada kunci rumah nya.
"Apa yg kau lakukan?" tanya Revan semakin penasaran usai memasuki rumah.
Gei tanpa babibu segera menuju ke kamar nya, untuk mengambil sebuah benda dari laci, mungkin dia salah, ternyata ibu nya masih sesekali menggunakan nya, hingga laptop itu berpindah tempat menjadi di kasur.
Revan kembali tercengang, alat canggih apa lagi ini?
"Apa aku harus meretas CCTV, tapi milik siapa? dan aku tidak tau betul dimana kejadian tabrak lari itu.
Gei menutup laptop nya dengan frustasi, mengacak rambut nya dengan gusar.
Satu-satunya tujuan nya kali ini adalah sekolah.
Gei meninggalkan ransel nya yg berisi pakaian mereka berdua, dia meraih ransel lain dan membawa laptop itu di dalam nya.
"La..lalu pakaian kita bagaimana?"
"Tinggal kan saja, kita akan kembali ke sini nanti" jawab Gei dingin.
Revan segera menyusul, entah kemana lagi mereka setelah ini.***
"Kamu benar-benar ingin meretas nya? jangan bercanda Gei, aku tau kamu pintar, tapi heyy ini pelanggaran hukum, jika kamu melapor nanti kamu juga akan dapat sanksi" ucap Klaren yg kini menemani Gei di ruang UKS, yah tempat ini adalah tempat yg paling aman agar siswa yg baru saja istirahat pertama tidak heboh karena kehadiran Gei, ahk bukan tepat nya karena Revan.
"Tidak ada cara lain" jawab Gei mulai lihai memainkan laptop nya.
Geinero pintar, tepat nya jenius, dalam hitungan beberapa menit, dia sudah menemukan nya.
Gei menguatkan hati nya, CCTV itu milik dari pemilik rumah yg dekat dengan tempat kejadian, dan benar di tanggal yg di sebutkan oleh Klaren, bunda nya benar-benar tengah menunggu angkot disana.
Gei menunggu, dia tak mau mempercepat agar dia tau siapa yg salah disini.
"Awass..!" Klaren tertahan,
Tunggu apa yg terjadi? Gei melongo ternyata bunda nya ingin menyelamatkan seorang anak laki-laki?
"Apa ini tabrak lari atau apa?" ucap Gei dengan nada bergetar usai melihat tubuh bunda nya terhempas.
Banyak orang yg mengerubuti nya dan segera setelah itu, ambulans datang,
"Tunggu... dimana anak itu?" pekik Gei mulai tersadar
Segera Gei mengulang, dan memperlambat, setelah kerumunan itu datang, anak itu masih terlihat tadi, tapi setelah semuanya bubar, kenapa menghilang?
"B 164 F" Gei menulis no plat mobil itu di kertas, memperbesar rekaman dan men screenshot gambar anak yg terlihat jelas tiba-tiba menghilang itu.
"Apa yg akan kamu lakukan?" tanya Klaren
Tidak ada jawaban dari Gei, dia malah beralih untuk mencari no plat mobil tadi, dan mencari di wilayah mana mobil itu berada.
"Dapat" Gei menemukan alamat nya.
"Klaren, aku titip Revan"
"Hehh maksud kamu-" ucapan Klaren berhenti saat Gei sudah bengkit namun berhenti di dekat pintu.
"Aku akan segera kembali, tetap lah disini" pesan Gei menatap Revan dengan tatapan rumit, alhasil Revan hanya mengangguk menyetujui.
Manusia biasa tidak akan bisa melukai Gei disana.
"Benar-benar nekat, ada apa dengan nya?" heran Klaren
Tapi tunggu, bukan kah dia bisa berduaan dengan Revan disini? ahk itu ide yg bagus, tapi bukan saat nya, ini masih dalam keadaan genting.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...