Bab 24 : Suka Ilmunya

139 14 0
                                    

Tumpukan kertas di atas meja membuat pikiran Gei bertambah suntuk, dia membawa semua berkas-berkas milik bunda nya, hingga di kamar nya sekarang dia bingung harus mencari Silva dengan cara apa.
     
Dia tak menemukan satu pun data diri Silva di dalam berkas-berkas itu, yg dia temukan hanya satu foto bayi kecil, yg jelas itu bukan Gei.
     
Karena di foto, bayi itu memiliki sebuah tanda lahir di pergelangan tangan kiri nya.
    
Kemungkinan itu adalah Silva, tapi bagaimana dia harus mencari Jesselin dengan hanya bermodal kan foto itu, apalagi dia tidak tau, Silva di dunia manusia atau di immortal world.
     
Bisa jadi Silva di bawa oleh seseorang, ke immortal world.
   
Ini sudah larut, Gei memilih untuk membenahi semua buku dan kertas-kertas untuk di simpan di dalam laci.
     
Gei tersenyum memperhatikan bingkai foto yg dia bawa, itu adalah foto dirinya bersama dengan bunda nya.
     
Dia pajang di atas meja, agar Gei bisa bersemangat lagi usai melihat senyuman dari bunda nya.

                               ***
     
Pagi ini Gei mengikuti sarapan lebih pagi, sebenarnya dia tidak sendiri, karena Fara juga ikut, Fara sebenarnya sengaja bangun pagi untuk memastikan apa yg di lakukan oleh Gei.
     
Hingga keduanya kini sudah sarapan lebih dulu di ruang makan.
     
Jelas nya, ruang makan ini di bagi dua, di lantai satu untuk para semua murid tanpa terkecuali, sedangkan di lantai dua, untuk para guru dan kepala sekolah atau kepala Academy Demon

"Boleh duduk disini?" tanya Laskar dengan senyuman ramah.
     
Fara terkejut sejenak, namun dia segera mengangguk, "Iya boleh" jawab Fara setelah melirik Gei sekilas, meski Laskar hanya sendirian saja, tidak bersama ke empat pangeran lainnya.
  
"Nona Aurora, sebenarnya ada beberapa hal yg ingin aku tanyakan, yah tapi sebelum itu, aku ingin tau, jika seandainya aku ingin bertanya, apa kau mau menjawab nya?" tanya Laskar serius.
    
Gei masih diam, perlahan menghentikan pergerakan nya, "Ya tentu" jawab Gei bersikap biasa.
    
"Akhir-akhir ini hubungan pangeran Revan dan pangeran Caven tidak baik, apa kau tau soal itu?"
    
Gei berdehem singkat, "Aku tidak yakin pangeran, karna seharusnya mereka tidak memiliki urusan yg membuat mereka harus berjauhan seperti itu"
    
"Tapi aku yakin, urusan mereka berdua adalah kau, benar begitu?"
     
Gei mengangguk dengan ekspresi santai, "Yah memang benar, tapi entah lah mereka kenapa juga harus ikut-ikutan"
    
"Aku tak ingin jawaban nya adalah ini, tapi aku ingin memastikan, apa pangeran Revan menyukai mu? dan juga sebaliknya?"
  
Gei cukup terkejut, Fara masih melongo di buat pertanyaan itu, entah tiba-tiba dari mana Gei sudah tersenyum kecil, "Hanya karena kita dekat, dia teman ku, hanya teman, tidak lebih, lagi pula pangeran Revan memiliki seorang gadis yg dia sukai, dan itu jelas bukan aku, dan sebenarnya itu mustahil" jawab Gei seadanya
     
Laskar cukup terkejut dengan jawaban Gei yg di luar dugaan nya.
   
"Lalu hubungan mu dengan pangeran Caven bagaimana?"
    
"Itu urusan pribadi, tidak semua orang perlu tau"
    
"Tapi, bisa kah aku minta bantuan mu, tolong satukan mereka kembali, ini sulit tapi, jika beberapa guru atau bahkan Mr. Carius tau kalau dua di antara pangeran tidak akur, ini akan membuat masalah besar dari kedua klan, kami tak ingin hanya karena mereka berdua yg bermasalah, semua klan juga ikut"
    
"Itu tergantung, tapi ya sudah lah akan aku coba sebenarnya mereka tidak ada masalah sedikit pun" heran Gei.
     
Beberapa pasang mata mulai tertuju pada meja satu itu, yah mereka bertiga, ruang makan sudah mulai ramai, mereka tentu selalu penasaran bagaimana si murid baru itu bisa langsung dekat dengan pangeran.
    
"Itu mereka sudah datang" Laskar mengangkat tangan nya saja dan tersenyum, membuat ke empat pangeran itu berjalan membelah ke ramaian menuju ke meja dimana Laskar dan yg lain berada.
   
"Kita duduk di meja lain saja" ajak Mira yg sudah melihat kondisi karena meja itu hanya cukup untuk 8 orang, tak mungkin salah satu dari mereka akan keluar.
   
"Kau terlalu pagi" sapa Louis segera mengambil posisi duduk di sebelah Fara, yah gadis dingin itu kini terbungkam, dia benar-benar gugup saat ini.
    
Revan sengaja duduk di hadapan Gei, agar dia jauh daru Caven yg duduk di sebelah Louis.
     
Sementara Xavier di sebelah Revan, dan selanjut nya adalah Laskar.
    
Makan pagi berlangsung dengan damai, tidak ada keributan di pagi hari.
    
Gei nampak sibuk menunduk sambil makan, jika orang mengira dia tengah gugup karena duduk bersama pangeran, maka mereka salah, karena dia sedang membaca buku.
   
"Kau akan kesulitan jika makan dengan posisi itu, aku heran kenapa kau harus membaca sekarang" tegur Louis tersenyum bingung
    
Gei tak menyahut, dia masih terlalu fokus, "Hemm..sudah terbiasa pangeran" jawab Fara sopan.
     
Louis manggut-manggut, "Kau sedang membaca apa?" tanya Revan penasaran.
   
Gei berdehem pelan, "Jangan ganggu" ucap nya datar.
     
Revan tidak melanjutkan kata, mereka semua bisa melihat gelas di genggaman Gei, air minum nya bergejolak seperti saat mendidih, pengendali elemen air sedang beraksi sekarang.
    
"Jangan menggunakan kekuatan elemen mu di sini" tegur Revan ragu-ragu.
    
"Aku tau" singkat Gei yg sedang dalam fase kalem, dia tak mau emosinya tiba-tiba datang di keramaian seperti ini.
    
"Kenapa tiba-tiba panas sekali" tahan Gei melirik ke sekitarnya, masih di posisi menunduk.
    
"Sialan tidak tau tempat"
    
"Kau bilang apa?" Gei berdeham segera, lalu perlahan mendongkak menatap Revan di hadapan nya.
    
"Kenapa kau diam saja?"
    
"Uhuk...uhuk..!" Revan terbatuk, apa dia berbicara dengan nya lewat telepati? Gei sudah bisa?
 
"Kau..!"
    
"Bagaimana, mengejutkan, aku belajar kemarin, dan juga dengan bantuan buku ini"
     
Revan berdecak kesal membuat semua nya bingung, "Dasar beruang kutub" sinis nya
    
"Itu lebih baik dari Rubah"
    
"Itu siluman"
    
"Aku tidak mengatakan nya siluman, hanya sekedar hewan biasa"
    
"Aku tidak cocok dengan itu, cari nama lain"
  
Gei berdeham lalu berpikir panjang, sambil mengusap dagu nya seraya berpikir. "Aku akan memberikan nya setelah tugas ku selesai"
   
"Tugas apa lagi?"
   
"Menagih janji" sindir Gei langsung membuat tubuh Caven bergetar kuat, ekspresi nya menjadi pucat.
  
"Bagaimana pangeran Sortus?" tanya Gei tersenyum miring
    
"Ohmm..itu, aku masih mencari nya, tapi aku yakin dia tidak berhubungan dengan kami" balas Caven
    
Gei mengangguk, "Jangan membuat ku menunggu terlalu lama, aku tidak ingin melanggar sumpah ku, kau tau?"
    
"Baiklah" jawab Caven cepat
    
"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Gei menatap Revan datar. Revan menatap balik, dia lebih datar lagi.
    
"Apa?"
    
"Dia bertanya soal gadis yg kau temani di sekolah"
    
"Ehhhh?" Caven dan Revan sama-sama terkejut.
    
"Ahk iya, aku masih ada urusan dengan mu, dasar nyamuk, jangan biarkan si Calvin itu menganggu teman ku" sinis Revan
   
"Dia tidak akan melakukannya"
   
"Dari mana kau tau, awas saja kalau berani mengganggu nya aku akan-"
   
"Kau menyukai nya!" potong Caven tersenyum miring
  
"Kau tidak terima" sela Gei santai
   
"Tidak, aku hanya mengingat kan, itu masih mustahil"
      
Gei manggut-manggut, "Mungkin dia bisa melawan ke mustahilan itu"
    
"Diam" geram Revan tak tahan
     
Gei tersenyum simpul, segera melanjutkan aktivitas makan nya yg sedikit terjeda karena perbincangan yg memang membuat Fara, Xavier, Laskar dan Louis merasa bingung dan aneh.
    
"Hemmm..nanti kalian ada les dari Mr. Perkins, kau sudah membaca buku yg ku berikan?" tanya Fara menatap Gei intens.
    
Gei mengangguk, "Sudah"
    
"Baru tadi malam ku berikan, kapan kau membaca nya, sementara semalam kau sibuk bermain dengan tumpukan kertas itu?"
    
"Kau ingin menguji atau bagaimana, kalau kau tidak percaya, kau bisa lihat, di halaman 97 di jelaskan bagaimana cara agar ramuan obat tidak mengeluarkan aroma busuk, halaman 162, ramuan tidak akan berfungsi jika bertolak belakang dengan elemen, di halaman 264, ramuan akan-"
    
"Aku mengerti, aku percaya, segera habiskan makanan mu, mungkin besok atau lusa kau sudah masuk kelas A" lemas Fara menunduk malu telah meragukan sosok Gei.

 
Revan tersenyum geli, Gei benar-benar suka menjahili orang, dengan cara apapun itu.
    
"Lalu ada apa di halaman 25?"
    
"Hanya ada gambar botol ramuan" jawab Gei refleks, dia belum sadar kalau yg bertanya itu adalah Xavier.
    
"Hehh kenapa aku jadi penasaran, dimana buku nya?" tanya Laskar dengan senyuman rumit.
    
"Di kamar ku" singkat Gei
    
"Apa aku bisa meminjam nya? hanya untuk memastikan saja" imbuh Louis yg di angguki oleh Laskar.
    
"Itu milik Fara, jadi aku tidak berhak memberikan nya pada siapapun" santai Gei sedikit melirik Fara yg juga kebingungan.
    
"Yah tentu" jawab Fara mengangguk cepat sebelum pangeran itu meminta.   
    
"Sudah hitungan minggu di Academy ini, kau lebih sudah guru yang mana?" tanya Laskar mencari topik
     
Gei megingat-ingat sejenak, dia mungkin lupa beberapa nama guru di sini. "Aku lebih suka Mis. Mery".
    
"Uhuk...uhuk..!" Laskar terbatuk, Xavier melongo, Revan terbelalak, Fara terbungkam, Caven mematung, dan Louis hampir saja terjekang ke belakang.
    
"Kau bercanda?" pekik Fara cengo
    
"Yah, memang nya kenapa? aku sangat suka ilmu-ilmu alam" jawab Gei jujur.
    
"Tapi dia-" Fara menggelengkan kepalanya cepat,
     
Satu-satunya guru yg masuk ke ruang kelas, akan diam sejenak, lalu mengabsen murid, menjelaskan, memberi tugas, lalu pergi, dia bahkan tak sedikit pun menyapa murid, jika murid tidur pun, dia tak akan peduli, yg lebih parah nya, jika murid tidak mengerti, dia juga tidak peduli.
     
Di tambah dengan postur tubuh nya yg gemuk, menambah kesan dongkol dari pada murid yg memberinya julukan si ratu Killer.
       
"Kau suka ilmunya, bagaimana dengan gurunya?" lemas Laskar.
    
"Tidak ada pengaruh nya juga"
    
"Kau bisa memilih satu yg lain mungkin, seperti Mr. Veru, atau Mis. Xeri juga Mr. Perkins" Louis memberikan pilihan lain.
    
"Aku tidak terlalu memusingkan hal-hal seperti itu, selagi mereka memberikan ilmu yg baik, aku akan menerima nya"
     
Tidak ada yg berani menyahut lagi, mungkin sudah jelas, itu adalah jawaban terakhir dari Gei.

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang